CHAPTER 34

87 3 0
                                    

DESTINY'S MISTAKE

"Kehilanganmu adalah salah satu takdir yang tidak pernah aku inginkan."

✿✿✿

Natta berada di teras rumah seseorang. Rumah ini seringkali ia kunjungi beberapa tahun silam. Sejenak waktu ia merotasi sinar mata ke sembarang arah. Menilik semua objek yang ada di sekitarnya. Ia menyadari bahwa tidak ada perubahan dari rumah ini sejak kepergiannya tiga tahun lalu.

Ia memandang parasan pintu berbahan jati dalam waktu yang lama. Barangkali ada sesuatu yang menelusuk pikirannya. Dalam pikirannya saat ini tersemat wajah seseorang. Wajah gadis belia yang selama ini menjadi pemeran utama di hatinya, Risa.

Iya, Natta tengah memikirkan Risa disela pandangan hampanya. Memikirkan keberadaan Risa di masa sekarang. Setahunya Risa masih berada di sekolah. Lantas, atas dasar apa ia berkunjung apabila Risa sedang tidak berada di rumah?

Tujuannya hadir di sini bukanlah karena Risa. Ia hanya ingin mencari tahu kebenaran. Perihal alasan Risa yang tak pernah mengiyakannya untuk berkunjung ke rumah. Ia yakin ada suatu hal yang disembunyikan Risa.

Natta pun menjangkau parasan pintu lalu mengetuknya berulang. "Halo, permisi."

Natta menangkap suara derap langkah yang berasal dari balik pintu. Ia yakin sang pemilik rumah tengah menghampirinya. Lantas pintu itu pun terbuka dengan lebar dan menunjukkan wajah sang pemilik rumah.

"Selamat sore, Om Ikhsan," sapa Natta sedikit membungkuk saat bersalaman dengannya.

Ikhsan menyipitkan mata kala menatapnya. Ia terdiam sejenak merekam seluruh wajah Natta di dalam kepalanya. Wajah itu terlihat tak asing dalam ingatannya.

"Kamu... Natta yang dulu tinggal di sebelah?" terka Ikhsan menunjuk rumah di sebelahnya.

"Iya, Om."

Ikhsan menarik tangan Natta hingga tubuhnya tertarik ke depan. Ia mendekap tubuh Natta melepas kerinduan. Ia mengusap punggung lebar Natta dengan penuh perhatian. Hubungan keduanya tidak hanya sebatas tetangga lama. Ikhsan telah menganggap Natta seperti anak sendiri karena tak memiliki anak laki-laki.

Ikhsan melepas dekapan seraya tersenyum haru melihat pertumbuhan Natta telah remaja. Ia mengusap kedua bahu Natta dan menepuknya lambat. "Kamu sudah dewasa sekarang, Natta."

Ikhsan mundur selangkah untuk membuka jalan. Ia merentangkan tangannya serupa menyuruh Adrian masuk ke dalam rumahnya. "Mari masuk, Natta."

Natta duduk di sofa ruang tamu. Menantikan Ikhsan yang tengah berkutik di ruang dapur. Barangkali ia menyiapkan jamuan untuk tamu istimewanya. Ikhsan pun kembali menemui Natta membawa nampan berisi segelas minuman berperisa dan cemilan. Ia menaruh nampan itu di atas meja berhadapan dengan Natta.

"Silakan dicicipi, Natta."

Natta tersenyum canggung. Merasa tak enak telah merepotkan tuan rumah. "Mm... makasih, Om."

Ikhsan mendaratkan tulang duduknya di atas sofa empuk. Ia duduk berhadapan dengan Natta agar perbincangan mereka nantinya tersampaikan dengan baik.

"Sayang sekali kamu datang saat Risa tidak ada di rumah."

"Iya, Om. Risa masih ada kegiatan di sekolah."

Ikhsan membulatkan netra. Terkejut mendengar pernyataan Natta. "Loh, kok kamu tau Risa masih di sekolah? Om saja tidak tau dia sekarang dimana. Anak itu tidak bisa diduga pulangnya jam berapa."

Natta menunjukkan sederetan giginya tertawa kecil. "Natta satu sekolah sama Risa, Om."

"Kamu sekolah di Rasi Bintang juga? Sejak kapan?"

She's Dating a Cold BoyWhere stories live. Discover now