CHAPTER 10

477 23 65
                                    

FAILED ATTEMPT

"Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Bila ingin mendapatkan hasil yang baik maka berusahalah semaksimal mungkin. Semua bergantung bagaimana kamu mengusahakannya."

✿✿✿

Dua siswi berdiri di ambang pintu kelas. Sembari menjinjing ransel di punggung, mereka tengah mengawasi pergerakan seseorang di depan sana. Sosok gadis belia duduk di bangkunya sedang mengerjakan tugas rumah. Sudah sepatutnya ia mengerjakan tugas di rumah, bukan di sekolah. Namun apalah daya kapasitas orang semacam Risa lebih memilih cara instan dengan menyalin dari buku temannya.

"Risa," panggil Helen menghampirinya, disusul Mika membuntutinya di belakang.

Risa hanya berdehem untuk menanggapi Helen. Netra sibuk menatap objek di hadapannya. Ia tak ingin menyiakan kesempatan sebelum bel masuk menunjukkan eksistensinya.

"Kita mau nanya, nih."

Risa menunjuk telapak tangannya seolah ingin membungkam mulut Helen yang duduk di depannya. "Nanti dulu. Gue mau nyelesain tugas Bahasa Indonesia dulu."

"Tugas yang mana?" tanya Mika spontan melihat isi buku dan membacanya dalam hati. "Astaga, Sa. Ini kan tugas dari minggu kemarin. Parah sih lo baru ngerjain sekarang."

"Sibuk," jawab Risa cepat.

Beberapa menit berlalu Risa menyudahi kegiatan menulisnya dengan menyingkap buku hingga buku tulisnya tertutup rapat. Ia telah selesai menyalin tugas temannya. Setelah itu ia mendongak kepala memandang Helen dan Mika yang tengah memandanginya.

"Mau nanya apa kalian?"

Mika duduk di kursi sebelah Risa dan menariknya agar lebih dekat. "Gimana hasil latihan lo sama Adrian?"

Risa menjauhkan diri dengan memundurkan badannya. Wajahnya tampak frustasi bersama munculnya helaan napas panjang. "Nggak maksimal."

"Kenapa?"

"Dari minggu ini terhitung dua hari Adrian nggak latih gue. Alesannya sibuk. Emang sibuk ngapain coba? Pernah aja dia kabur dari gue lewat jendela toilet."

"Kemarin dia juga mau pulang duluan. Tapi karena gue nangis jadinya dia nggak jadi pulang," sambung Risa.

Mika dan Helen tertawa kecil mendengar itu. "Ada-ada aja lo pakai acara nangis segala."

"Cuma itu cara yang paling ampuh, Len, Mik," jawabnya antusias.

"Bentar. Waktu Adrian nggak latihan sama lo itu pas kapan? Kira-kira lo inget nggak?" celetuk Helen. Agaknya ia menemukan keganjalan.

Risa mendongakkan kepala seraya menggaruk dagunya yang tak gatal. Barangkali ia tengah mengingat sesuatu. "Kemarin lusa dia pulang duluan nggak ngelatih gue."

"Pulang duluan?" seru Helen membulatkan mata. "Tapi gue lihat waktu itu dia pulang sekitar jam tigaan. Itu jam biasa lo habis latihan sama dia, kan?"

"Lo serius, Len? Iya, sekitar jam tigaan itu jam latihan kita habis dan Adrian udah dijemput sama pengawalnya."

"Iya, Sa. Gue nggak ngibulin lo kali ini."

"Anjir. Berarti sebelum-sebelumnya lo sering ngibulin gue."

"Itu nggak penting. Sekarang kalian dengerin dulu cerita gue."

Risa dan Mika mengangguk serempak dan mengunci bibir agar tak mengeluarkan suara. Mereka ingin mendengarkan cerita Helen dengan khidmat. Helen pun menceritakan bagaimana ia bertemu Adrian. Kala itu ia baru saja pulang dari minimarket. Ia memilih jalan pulang melewati sekolah karena itulah satu-satunya rute menuju rumahnya. Dari kejauhan ia melihat Adrian baru saja turun dari ojek online. Pengendara itu menghentikan motornya tepat di bawah gapura sekolah.

She's Dating a Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang