CHAPTER 2

1.5K 146 202
                                    

TROUBLE MAKER

"Ada beberapa hal seseorang akan mengingatmu, salah satunya ketika kau seringkali bermasalah dengannya."

✿✿✿

Wanita itu tersenyum memandang kotak bekal di tangannya. Kotak bekal berwarna merah mudah kesukaan Risa telah ia siapkan sejak mentari muncul di ufuk timur. Indra pendengar menangkap derap langkah dari ruang tengah. Tanpa menoleh pun ia bisa menebak pemilik derap.

Kakinya bergerak menuju ruang tengah. Di sana netra menjerat sesosok gadis belia baru saja menuruni anak tangga. Netra menilik seragam sekolah yang dipakai gadis itu tampak kusut. Padahal ia sudah menggosok dan menaruh rapi di lemari. Dasi sekolah hanya digantung di kerah baju, tidak dia pakai sungguh-sungguh. Namun ia tak terkejut lagi melihat penampilan Risa. Sudah menjadi kebiasaannya tampil porak-poranda.

Mona berlari kecil menghampiri gadis yang hendak menuju pintu depan. Mengingat waktu pukul 07.01 dia harus bergegas ke sekolah sebelum bel masuk berdering pada jam 07.10. Mau bagaimana pun dia akan tetap terlambat karena jarak dari rumah ke sekolahnya cukup jauh.

Sudah menjadi kebiasaan Risa yang selalu bangun kesiangan. Bila kalian berpikir Mona tidak membangunkannya maka itu adalah kesalahan besar. Ini bukan kesalahan Mona lagi. Ia sudah membangunkan Risa sebelum ia membuat bekal. Memang kepribadian Risa saja yang gemar mengulur waktu.

"Risa, tunggu," pinta Mona tersenyum penuh harap. Tangannya mengulur hendak memberikan bekal itu pada Risa. "Mama udah...."

Risa mengambil kasar bekal itu bak merampas permen dari anak kecil. "Lihat! Gara-gara lo gue jadi telat karena nggak lo bangunin!" bentak Risa menyalahkannya.

Di mata Risa ia selalu terlihat salah. Mau sesempurna apapun ia melakukan sesuatu, selalu saja di cap buruk olehnya. Risa takkan pernah mengubah sudut pandang itu. Sampai kapan pun dia tak akan mengubahnya. Rasa benci itu telah bersemayam di dalam hatinya. Susah memang untuk mengubah hal buruk menjadi baik.

"Ta...tapi, Risa. Mama...."

"Jangan sekali-kali lo sebut mama di depan gue. Lo nggak pantas dapat panggilan itu dari mulut gue." Tanpa berpamitan Risa melewatinya dengan menabrak bahu Mona sehingga ia mundur selangkah untuk menyeimbangkan tubuh.

Apa yang dilakukan Mona saat itu? Tidak ada hal lain yang ia lakukan selain menunjukkan garis lengkung. Bahkan di situasi seperti itu dia bisa melakukannya dengan baik. Dan selalu begitu acap kali menerima perlakuan yang sama. Ia mencoba terlihat baik-baik saja meski hatinya tengah rapuh. Namun binar matanya tak dapat berbohong. Ia ceroboh karena tak bisa menyembunyikan itu. Lantas genangan tirta di pelupuknya menghilir di paras wajah. Jatuh kian deras seiring waktu. Tangannya menjamah dada. Seperti ada yang remuk namun dia tak bisa melihatnya secara nyata. Hatinya remuk.

Risa....

✿✿✿

"Sial!" decak Risa. Dari kejauhan Risa mengamati sesosok wanita berdiri di bawah gapura sekolah. Tentu saja ada tujuan ia berada di sana. Dengan membawa sebilah rotan ia menyuruh beberapa siswa di sana membentuk barisan. Mereka yang tergabung di dalam barisan itu tak lain siswa yang datang terlambat.

Sekali lagi kalau kalian masih saja bolos dan terlambat, Ibu akan mendatangi rumah kalian.

Kalimat itu malang-melintang di dalam kepala dan memenuhi pikirannya. Bukankah ia pengingat yang baik hingga mengingat detail ucapan Ester. Takut? Tentulah tidak untuk orang seperti Risa. Hanya saja ia tak ingin bila Ester datang ke rumah dan bertemu dengan Mona.

She's Dating a Cold BoyWhere stories live. Discover now