CHAPTER 15

250 7 40
                                    

TRY SOMETHING

"Jangan takut untuk mencoba sesuatu. Setidaknya kamu pernah melakukannya untuk menghilangkan rasa penasaranmu."

✿✿✿

Keheningan. Tak ada yang lebih baik daripada itu bagi Adrian. Keheningan akan menciptakan ketenangan dalam jiwanya, serta kenyamanan untuk hidupnya. Duduk seorang diri di bawah rindangnya pohon kiara payung adalah keberuntungan baginya. Iya, semua orang mengincar tempat itu selepas bel istirahat untuk bersinggah.

Melihat Adrian berada di sana mereka pun mengurungkan niatnya untuk bersinggah. Lebih baik mereka mengganti destinasi lain daripada bergabung dengannya. Mereka tahu Adrian lebih suka menyendiri. Tak ada seorang pun yang berani mengusiknya. Kecuali Risa.

Ia duduk di bangku panjang berbahan kayu sembari memejamkan mata. Kepalanya mendongak lambat sampai tengkuk lehernya menyentuh ujung sandaran punggung bangku. Kedua lubang hidungnya membesar kala ia menarik napas. Ia ingin mengisi paru-parunya dengan udara sejuk di siang hari.

Ia menaruh headphone berwarna putih di atas kepalanya. Setelah memutar lagu dari playlist kesukaannya ia kembali memejamkan mata. Mendengar setiap ritme musik yang terekam dari gendang telinganya. Musik yang ia pilih merupakan musik easy listening rekomendasi Hari untuk memulihkan kondisinya.

Dalam pandangan gelap itu muncul semacam bayangan. Bayang yang merupakan hasil refleksi dari pengalaman nyata itu menampilkan dirinya bersama Rio yang tengah berbincang di kantor guru beberapa waktu lalu.

Flashback On

"Pak Rio," sapa Adrian yang berada di depan meja kerjanya.

"Iya, Adrian?"

Adrian mengunci bibirnya sesaat sehingga ia tak bisa mengeluarkan suara. Mungkin saja saat ini ia tengah meramu kata dengan baik. "Maaf... saya berhenti karate."

Rio tersentak mendengar kabar buruk itu. Ia bahkan hampir jatuh dari kursinya. "Loh... kenapa tiba-tiba, Adrian? Padahal setelah ini kamu akan ikut...."

"Berhentikan Adrian dari ekstrakurikuler karate," sambung Yulia baru saja masuk ke kantor guru. Ia berjalan santai menghampiri Rio dan Adrian yang tengah berbincang. "Adrian tidak boleh lagi ikut karate."

Rio beranjak dari kursinya. Ia hendak menentang kebijakan atasannya yang merupakan kepala sekolah. "Tidak bisa begitu, Bu. Adrian sudah memberikan banyak prestasi non-akademik untuk sekolah kita."

"Ini sekolahku. Semua orang yang berada dan di bawah naunganku wajib mengikuti semua perintahku. Mengerti?"

Rio tak gentar mendengarkan ucapan itu. Ia masih ingin mempertahankan Adrian untuk berada di karate. "Maaf, Bu, jika saya lancang. Akan tetapi Adrian ini...."

Yulia menunjukkan jari telunjuknya pada Rio, menginterupsinya agar ia diam. "Rio, saya memberikanmu peringatan pertama."

Yulia yang hendak pergi menuju ruangnya segera dicegat oleh Rio. Tampaknya ia tak puas dengan jawaban wanita itu. "Tolong, Bu, pikirkan baik-baik. Adrian sangat berkompeten dalam bidang karate. Adrian pasti...."

"Tutup mulutmu, Rio. Saya bertindak seperti ini karena mengikuti permintaan papanya. Dia sendiri yang berpesan kepada saya untuk mengeluarkan anaknya dari karate."

Rio spontan melirik Adrian yang terdiam merenung. Pandangannya lurus ke bawah menatap kosong permukaan lantai. "Adrian...."

"Saya harap kamu bisa mengerti, Rio," pungkas Yulia melanjutkan langkah menuju ruangannya.

She's Dating a Cold BoyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon