O - 5

2K 502 28
                                    

Mashiho mengerjapkan matanya. Dia terbangun saat subuh baru saja menyelimuti bumi. Hawa dingin itulah yang membuat pemuda berwajah Jepang itu terbangun. Ia melirik Hyunsuk yang menatap depan dengan pandangan kosong.

Melihat kondisi Hyunsuk sekarang, semakin membuat Mashiho khawatir. Semakin lama, wajah Hyunsuk akan semakin pucat. Mashiho takut, Hyunsuk akan mati karna ketakutan bukan zombie.

Tangan Mashiho memegang perutnya. Baru ingat dia belum makan. Sekali lagi, Mashiho melirik Hyunsuk. Diam dengan tatapan kosong seperti itu malah membuat Hyunsuk menyeramkan.

"Hei, kau tidak tidur?" Tanya Mashiho.

Hyunsuk menoleh ke arah Mashiho dengan pandangan datar. Tanpa menjawab, Hyunsuk kembali menatap depan. Mashiho bergidik. Hyunsuk kalau ketakutan malah terlihat seram.

"Jangan diam begitu dong." Ujar Mashiho ketakutan. Hyunsuk merunduk untuk membuang nafas. Dia menoleh ke arah Mashiho.

Hyunsuk bangkit dari duduknya lalu berdiri di depan Mashiho. Ia mengulurkan tangan. "Ayo keluar dari sini bersama-sama." Ajak Hyunsuk dengan senyum tipis. Mashiho terkekeh lalu menerima uluran itu.

Uluran tangan yang menjadi pegangan itu Mashiho kuatkan. "Kalau kau takut, ada aku disini. Jika aku takut, ada kau di sisiku." Kata Mashiho membuat hati Hyunsuk tenang. Setidaknya, mereka saling memberikan rasa aman. Bagi Hyunsuk, Mashiho adalah orang yang ingin dia ajak keluar bersama, begitu pun sebaliknya.

"Kajja."

Hyunsuk mengangguk kemudian mereka berdua sama-sama keluar dari rumah kosong itu. Hal pertama yang mereka lihat adalah bangunan rusak dan jalan yang penuh darah. Beberapa manusia tergeletak dengan organ tubuh keluar, juga mata melotot tajam menandakan dia mati dalam keadaan sangat kesakitan.

Hyunsuk sangat mual. Muntahnya tidak bisa di tahan. Bau anyir subuh ini lebih mendominasi ke arah bau bangkai. Mashiho merasa prihatin, dia ingin melakukan sesuatu agar Hyunsuk bisa bertahan sampai mereka keluar dari Busan.

Akhirnya, Mashiho menghampiri Hyunsuk. Tangannya sibuk mengelusi punggung lemas Hyunsuk. Mashiho melihat wajah pucat Hyunsuk semakin parah. Sepertinya, Hyunsuk akan terus mual di sepanjang jalan kalau mencium bau bangkai.

Sekarang, apa yang harus mereka lakukan?

Tidak ada yang bisa di lakukan. Hyunsuk menyerah sebab perutnya terus di kocok. Bayangkan saja, mencium bau bangkai yang menyengat terus-menerus. Di tambah dengan pemandangan menjijikan dan harus waspada dengan zombie. Hyunsuk tidak bisa. Dia terlalu takut menghadapinya. Bahkan sekalipun, zombie itu palsu.

Mashiho sebenarnya tidak ingin mati disini. Masih ada mimpi yang belum dia kejar. Mashiho seorang pemimpi yang berusaha menggapai apa yang dia impikan. Tapi melihat kondisi Busan saat ini membuat impiannya harus ter-urungkan. Sekarang Mashiho hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk keluar dari sini agar bisa setidaknya kembali mencapai mimpi.

Hyunsuk tidak tega melihat Mashiho yang kehilangan semangat. Baru saja tadi dia menguatkan tekad untuk keluar bersama Mashiho. Tapi sekarang, Hyunsuk sadar kalau sekuat apapun tekadnya, dia tidak bisa memghilangkan rasa takut.

"Aku minta maaf."

Mashiho menatap Hyunsuk bingung.

"Maaf karna aku, kau jadi seperti ini. Tidak punya semangat dan kehilangan arah karna rasa takutku. Aku minta maaf." Imbuh Hyunsuk mulai menangis. Suasana di antara mereka berubah menjadi emosional. Hyunsuk tidak bisa menahan rasa bersalah di hatinya.

Mashiho terdiam cukup lama sampai ia mengukir senyum tipis. "Tidak apa kalau kau takut. Aku pun juga sama takutnya. Tapi," Mashiho menggenggam tangan Hyunsuk. "Ada mimpi yang harus di kejar. Aku tidak mau mati disini. Dan kau, harus punya pikiran seperti itu."

[I] OUT✓Where stories live. Discover now