O - 16

1.4K 379 41
                                    

"Gua salah liat gak sih? Itu ada orang di depan?"

Mashiho mengangguk. "Ada dua."

Jihoon menarik lengan Mashiho untuk dia bawa berlari ke arah dua orang itu. Mereka berdiri di belakang kedua orang itu yang tengah duduk di aspal. Mereka merasa kagum, bagaimana bisa sesantai ini saat berada di situasi mengerikan saat ini?

"Hei,"

Junkyu dan Asahi terlonjak kaget lalu menoleh ke belakang. Mereka berdua menghela nafas saat tau, kalau manusia yang memanggil mereka. Asahi berdiri, sedangkan Junkyu masih leha-leha.

"Kenapa kalian disini? Apa kalian berdua tidak mau pergi ke perbatasan?" Tanya Mashiho.

Junkyu terkekeh. "Gua kan mau mati. Ya gak Sa?"

"Mati jangan ajak-ajak." Balas Asahi datar. Junkyu mengerucutkan bibir.

Jihoon menatap Junkyu. Dia masih bingung, kenapa Junkyu asik beristirahat di tempat terbuka. Seolah, keadaan seperti ini bukan situasi yang mengerikan baginya. Jihoon bahkan tidak pernah tau, ada manusia setenang Junkyu di dunia ini.

"Mau bergabung?" Tawar Mashiho. Asahi mengangguk saja. Dia tidak bisa berjalan berduaan dengan Junkyu. Mereka terlalu menyedihkan karna gampang lelah.

Junkyu akhirnya bangun dari duduk. Dia berbalik badan, lalu terdiam memperhatikan wajah Jihoon. Junkyu menutup mulut, terkejut, membuat Jihoon, Mashiho dan Asahi menatap Junkyu bingung.

"Astaga, kau mirip sekali dengan Doyoung." Heboh Junkyu. Dia tidak berbohong, Jihoon memang mirip dengan adiknya. Junkyu bahkan sempat berfikir kalau Adiknya itu mengubah warna rambut. Tapi di fikir lagi, mana bisa?

Jihoon yang tidak tau Doyoung hanya bisa diam, tidak tau harus bereaksi seperti apa.

Lalu, wajah Junkyu berubah sendu. "Doyoung adikku, dia.. Aku tidak tau dia dimana. Aku ingin bertemu dengan dia, tapi aku bahkan tidak tau, Doyoung masih hidup atau tidak." Lirih Junkyu membuat ketiganya merasa iba dan simpati.

Jihoon menepuk punggung Junkyu berusaha menguatkan pemuda itu. "Sudahlah, adik lo pasti sudah di perbatasan. Dia pasti menunggu kedatangan lo disana." Ia menarik nafas dalam. "Jadi ayo, kita ke perbatasan sama-sama."

Mashiho mengangguk. "Kita bisa saling melindungi."

Asahi tersenyum kecil. Akhirnya ada yang mau mengajak ia, dan menyemangati ia saat kehilangan percaya diri. Asahi senang, akhirnya bisa mendapatkan hal seperti ini.

Karna, di sekolah, Asahi selalu di anggap tidak ada karna student ghosting.

***

Yoshi membantu Hyunsuk duduk di pinggir jalan. Ia memberikan botol minum pada pemuda itu. Yoshi merasa lega, karna ia berhasil bertemu dengan Hyunsuk. Yoshi ingin menangis saat tau kalau Hyunsuk masih bertahan tanpa luka sedikit pun.

"Bagaimana keadaan lo hyung?"

Hyunsuk mengangguk. "Baik." Lalu ia sadar sesuatu. "Dimana yang lain? Kenapa sendirian?" Tanya Hyunsuk. Yoshi merunduk, tidak tau harus menjawab apa.

Hyunsuk paham, ia mengangguk. "Lo terpaksa kan tinggalin mereka? Gua percaya, lo lakuin sesuatu yang udah lo pikir matang." Ujar Hyunsuk menepuk bahu Yoshi.

Hyunsuk juga berterima kasih dengan Yoshi. Kalau tadi, Yoshi tidak mengalihkan perhatian zombie tepat waktu, maka Hyunsuk yang naik tangga itu pasti sudah dimakan zombie.

"Hyung, apa lo ketemu sama Jihoon?"

Hyunsuk mengangguk. "Dia sama Mashiho, gua ninggalin mereka karna harus lakuin sesuatu." Jawab Hyunsuk. Yoshi menghela nafas lega, untung Jihoon masih bisa bertahan. Yoshi tau, Jihoon memang kuat.

Lalu, Mashiho.. Yoshi tidak mengenalnya. Tapi, sepertinya, ia pernah mendengar nama itu, tapi tidak tau dimana.

***

Jihoon, Mashiho, Junkyu dan Asahi sekarang sudah saling mengenal satu sama lain. Mereka mudah dekat meski di situasi mencekam. Junkyu selalu bisa membuat keadaan jadi sedikit tenang, dan Mashiho sangat lucu di mata Jihoon. Asahi, dia selalu di ajak berbincang oleh Junkyu agar tidak diam-diam saja.

Asahi senang, dia di anggap.

Mashiho menunjuk sebuah toko. "Kita kesana dulu. Ada yang harus ku ambil."

Jihoon mengerutkan kening. Itu toko buku. Untuk apa Mashiho mengambil buku?

"Kau ingin belajar? Jinjja? Di keadaan kaya gini?" Tanya Jihoon tidak habis fikir. Mashiho tertawa pelan mendengarnya lalu pergi begitu saja membuat Jihoon kelabakan dan mengikuti Mashiho.

Junkyu dan Asahi membuang nafas sebelum berlari.

Di dalam toko, Mashiho berjalan-jalan mencari buku yang dia cari. Sebuah buku lama tentang percobaan aneh. Biasanya, para ilmuwan yang menciptakan zombie. Sebuah percobaan gagal atau di sengaja. Pasti buku seperti itu ada disini, pikir Mashiho.

"Jihoon hyung, bantu aku cari buku tentang percobaan ilmuwan." Pinta Mashiho. Jihoon hanya mengangguk meski tidak tau apa-apa.


BRUGH!

Junkyu dan Asahi tergeletak di lantai. Jihoon dan Mashiho membulatkan mata lalu berlari ke arah mereka. Mereka langsung panik saat Junkyu dan Asahi dalam keadaan mata terpejam.

"Hyung!" Pekik Mashiho.

Junkyu berdecak. "Apa? Tar dulu, gua cape nih di suruh lari-larian." Ujar Junkyu sambil ngos-ngosan. Asahi mengangguk setuju.

Mashiho dan Jihoon yang tadi panik langsung mendatarkan wajah. Keduanya pergi dari sana, lanjut mencari buku. Asahi dan Junkyu masih asik berbaring di lantai yang untungnya bersih, hanya jejak kaki saja.

Masa bodo, baju sudah kotor, mereka belum mandi, dan... Bau?

Gak kok.

Cuma bau darah doang.

Jihoon tersenyum lebar saat menemukan judul buku yang di cari. "CIO!! GUA KETEMU BUKUNYA!!" Teriak Jihoon kesenangan. Mashiho pasti berterima kasih dengannya, hehe.

Mashiho yang mendengar itu lantas mendekat ke arah Jihoon. Dia tersenyum senang dan berpelukan dengan Jihoon sambil loncat-loncat. Jihoon tidak tau kenapa Mashiho sesenang ini, dia ikut-ikut bahagia saja.

Junkyu dan Asahi menatap jengkel mereka. Reaksi keduanya seolah dapat harta karun saja.

Find your TREASURE!

Mashiho duduk di salah satu kursi. Jihoon di sebelahnya. Mashiho membuka lembaran buku itu dan mencari halaman yang ia cari. Jihoon ikut mencari walaupun tidak tau harus mencari apa?

"A!" Pekik Mashiho menemukan halaman yang ia cari. "Sebuah percobaan gagal yang menghasilkan virus mematikan. Disini, ada beberapa kasus yang terjadi." Kata Mashiho lalu mulai serius.

"Virus burung, atau infuenza. Virus yang di tularkan dari burung ke unggas manusia. Sempat mewabah di Asia, Afrika, Timur Tengah. Pernah di perkirakan hanya flu biasa, karena gejalanya batuk dan pilek. Namun, penularan yang cepat membuat beberapa kasus masuk ke dalam garis kematian."

Mashiho menarik nafas dalam.

"Kasus zombie, dimana seorang ilmuwan bisa di katakan sengaja. Karna virus ini tidak mungkin dapat dari gagal. Biasanya, ilmuwan menjadikan zombie sebagai senjata di peperangan, namun karna zombie memiliki otak yang mati, makhluk itu mulai merajalela membantai makhluk bumi."

Melihat Mashiho yang terengah-engah membaca, membuat Jihoon mengambil alih buku itu.

"Tidak ada cara untuk menangkal virus ini. Jika satu kota kala itu sudah di huni 98% zombie, maka pemerintah secara legal akan mengebom kota itu demi keselamatan kehidupan manusia."

***

[I] OUT✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu