O - 0

2.1K 310 55
                                    

Siapa yang masih simpan book ini?;v
















































































2,6k








































"Bagaimana keadaan Haruto sekarang?"

"Untuk sekarang, kondisinya masih lemah karna kekurangan vitamin dan konsumsi. Tolong perhatikan makan teman kamu nanti jika Haruto sudah di perbolehkan pulang."

Jeongwoo mengangguk. "Apa saya bisa ketemu dia?"

Dokter itu mengangguk. "Silakan. Tapi kalau Haruto sedang istirahat, jangan di ganggu ya." Pesan Dokter sebelum pergi.

Jeongwoo masuk ke dalam ruangan. Manik gelapnya menatap sang sahabat yang terbaring di bangsal. Sudah sangat lama saat terakhir kali mereka bertemu. Jeongwoo kangen, tapi baru bisa datang hari ini. Ia hanya takut, Haruto marah padanya.

Kali ini, Jeongwoo siap kalau Haruto mau koar-koar.

Pemuda itu duduk di kursi. Jeongwoo rasanya mau nangis liat wajah yang di banggakan sahabatnya berubah pias dan pucat pasi. Tangan Haruto di suntikan cairan yang Jeongwoo tidak tau namanya. Maklum, belum menjadi seorang mahasiswa.

"Baru jenguk sekarang, bagus banget." Sindir Haruto dengan mata terpejam. Jeongwoo sampai kejungkal saking kagetnya membuat Haruto tertawa karna mendengar suara kursi jatuh. Mata pemuda itu perlahan terbuka lalu melirik Jeongwoo yang meringis di lantai. "Kemana aja? Gua tungguin tau!" Sungut pemuda Jepang itu kesal.

Jeongwoo bangun dan menatap Haruto kaku. "Gua kira lo gak mau ketemu gua.."

Haruto tertawa lemah mendengarnya. "Apaan banget sih? Drama ah. Lagian, kenapa juga gua gak pengen lo jenguk?" Haruto menggelengkan kepalanya heran. "Gua sih gak heran kalo lo jenguk gak bawa buah tangan."

Jeongwoo cengir. "Lo udah tau kebiasan gua ya." Katanya malu. Haruto menggerling malas mendengarnya.

"Ya tapi, di ubah dong! Buah tangan itu wajib!"

"Heh! Di jenguk itu yang penting mah do'a! Jangan mikirin buah tangan!" Balas Jeongwoo membela diri sendiri. Haruto menggelengkan kepalanya seterah. Jeongwoo duduk lagi di bangku. "Kapan lo sembuh? Gak mau balik ke rumah? Kali ini, bolehlah nginep di rumah gua. Gua tau rumah lo belum di bersihin."

Haruto mendelik tidak terima, tapi dipikir lagi, memang bener sih. "Hari ini sih gua mau pulang. Tapi Dokter-nya yang ngeyel." Ujar Haruto lesu. "Oh ya, gimana kabar lo? Baik kan?"

Jeongwoo mengangguk. "Setidaknya gua gak koma kaya lo." Ia berdesis sombong. "Gua cukup kuat karna sering gym." Ujarnya membuat Haruto mendengus. Jeongwoo tertawa, "Lo kalo mau kuat, kita bisa nge- gym bareng."

Haruto menggeleng dengan senyum kecil. "Gak perlu. Gak minat." Lalu Haruto cengir. "Kalo ada apa-apa kan ada lo." Ucapnya tanpa beban membuat Jeongwoo gantian mendengus. Haruto terkekeh, "Wo."

"Apa?" Jawab Jeongwoo sewot, tidak santai.

Haruto tersenyum kecil. "Sekarang gua emang gak mau gym, tapi nanti di kehidupan selanjutnya, gua pasti jadi orang yang kuat dan gak lemah kaya gini." Ucap Haruto membuat Jeongwoo terdiam. Pemuda Jepang itu terkekeh, "Liat aja, nanti gua yang bakal lindungin elo."

Ucapan Haruto membuat Jeongwoo tersenyum kecil. Kepala pemuda Park itu mengangguk pelan.

Ruang rawat itu tiba-tiba sepi. Ntah Haruto yang masih lemah untuk sekedar berbincang atau Jeongwoo yang masih merasa bersalah meski Haruto saja tidak tau apa-apa.

[I] OUT✓Where stories live. Discover now