O - 8

1.7K 467 27
                                    

Jihoon mengerjap. Dia melirik sekeliling. Perlahan Jihoon mengubah posisi menjadi duduk. Dia bisa melihat dua orang duduk di depannya, namun nampak buram.

"Jihoon, akhirnya lo sadar juga."

"H-hyunsuk hyung...?"

Hyunsuk mengangguk. Dia mendekati Jihoon lalu memeluk erat sahabatnya. Jihoon menangis, tidak kuasa menahan rasa senang di hatinya. Sedangkan Mashiho hanya duduk sambil memperhatikan mereka dengan senyum kecil.

"Andai aja gua juga bisa ketemu dia.." Lirih Mashiho dalam hati.

Jihoon melepas pelukannya. Dia mengelap air mata lalu mengecek badan Hyunsuk teliti. "Lo gak apa-apa kan Kak? Lo gak ke- infeksi kan??" Tanya Jihoon cerewet. Dia terlalu khawatir membuat Hyunsuk terkekeh.

"Gua gak apa-apa. Justru lo yang kenapa-napa. Muka lo pucet banget tau gak? Apa perlu kita ke apotek?"

Jihoon menggeleng. "Gak perlu. Gua ok aja selama bisa di samping lo Kak." Kata Jihoon senang. Hyunsuk tersenyum lantas kembali berpelukan dengan Jihoon.

Mashiho membuang nafas berat membuat Jihoon dan Hyunsuk sadar kalau ada orang lain. Mereka menyengir saat Mashiho menunjukan ekspresi kesal karna tak di anggap. Mereka menghampiri Mashiho kemudian memeluknya bersamaan.

Mashiho tidak bisa menolak. Pelukannya terlalu nyaman untuk di lepaskan. Terlalu memberikan rasa aman bagi yang di peluk. Hyunsuk tau, Jihoon pasti bisa menjadi pahlawan bagi mereka berdua.

Perlahan, Jihoon melepas pelukannya. "Kalau gitu sekarang kita berangkat aja gimana? Lebih fast lebih good." Ajak Jihoon semangat. Hyunsuk dan Mashiho sama-sama diam.

Mashiho memegang perutnya. "Makan dulu yuk.."

Jihoon tertawa pelan. "Di tas gua ada makanan. Cuma snack sama minuman doang sih."

"Gak pa-pa." Seru Mashiho senang dan mengambil tas Jihoon. Dia mengeluarkan beragam snack untuk dia makan.

"Lo makan juga Kak." Suruh Jihoon. Hyunsuk mengangguk lalu mengambil salah satu snack untuk dia konsumsi. Jihoon pun juga mengambilnya.

"Yang lain gimana? Kok lo sendirian?" Tanya Hyunsuk. Jihoon menghela nafas.

"Mereka gua tinggal di mobil. Yoshi sama Yedam ambil alih kemanan Haruto, Jeongwoo sama Junghwan."

"Kenapa lo keluar sendiri?"

"Karna gua mau cari lo." Jawab Jihoon kemudian merunduk. "Gua kehilangan arah Kak. Gua frustasi hidup di tengah virus kaya gini. Gua takut lo gak bisa bertahan, gua terlalu takut kehilangan lo." Jihoon menangis. Hyunsuk menepuk-nepuk punggung Jihoon.

Mashiho memutar pandangan berharap menemukan transportasi. Dia tidak bisa berjalan kaki terus-menerus. Mereka harus menemukan mobil dan keluar dari Busan bersama-sama.

"Mashiho kan nama lo." Tanya Jihoon.

Mashiho mengangguk.

Jihoon mengulurkan tangan. "Gua Park Jihoon. Makasih karna mau selamatin Kakak gua. Makasih." Jihoon sangat berterima kasih membuat Mashiho tidak enak.

"Yang selamatin Kak Hyunsuk bukan gua Kak. Tapi seseorang. Kita belum sempat kenalan, dia udah..." Mashiho tidak sanggup melanjutkannya dan Jihoon cukup mengerti. Mashiho menyeka air matanya. "Dia orang yang baik Kak. Walaupun sifatnya agak dingin, tapi dia perduli sama kita Kak. Dia selamatin kita berdua. Tapi.."

"Kalo sudah gak kuat omongin dia gak perlu bicarain lagi." Jihoon memberi nasihat. Mashiho menangis langsung. Jihoon memeluk Mashiho dan menenangkan Mashiho yang menangis.

"Kita gak bisa selamatin dia Kak. Kita ninggalin dia."

Jihoon mengangguk mendengarkan.

Hyunsuk merunduk. Diam-diam dia menangis. Dia juga merasa bersalah lagi karna meninggalkan Yoonbin. Perasaan itu terus melukai hati mereka. Di saat Yoonbin susah mereka justru meningglkan. Tapi Hyunsuk hanya mengabulkan permintaan Ha Yoonbin saja.

Jihoon menghela nafas berat lalu merangkul keduanya. "Jangan sedih lagi. Dia menyuruh seperti itu untuk menyelamatkan kalian. Jadi jangan sia-siakan pengorbanan dia. Keluar dari sini dan hiduplah dengan baik."

"Kau bersama kami kan Kak?"

Jihoon tertawa. "Tentu saja." Jawabnya yakin. Ntah kenapa, Hyunsuk justru punya perasaan lain.

***

"Udah malem, kita istirahat dulu." Kata Yedam

Yoshi memperhatikan wajah Junghwan yang pucat. Terlalu banyak menangis adalah faktor utamanya. Yoshi merangkul Junghwan membuat pemuda itu menatapnya. Yoshi tersenyum. "Ada kita. Jangan sedih. Jihoon hyung, Hyunsuk hyung, Jeongwoo dan Haruto akan kembali. Dan kita akan keluar dari sini bersama-sama."

Junghwan diam. Pikirannya terlalu takut. Ia terlalu takut apa yang terjadi selanjutnya tidak sesuai ekspetasi. Junghwan hanya terlalu takut tidak bisa bertemu dengan sahabatnya yang dia anggap keluarga satu-satunya.

Selama ini, Junghwan seorang diri. Setidaknya sampai Hyunsuk mempertemukannya dengan Jeongwoo, Haruto. Mereka adalah keluarga pertama bagi Junghwan sebelum yang lain datang.

Yedam tiba-tiba berhenti berjalan. Yoshi dan Junghwan pun ikut berhenti. Yedam mundur diam-diam, Junghwan dan Yoshi langsung tau kalau di depan sana ada zombie.




Klontang!




"LARI!!" Teriak Yedam langsung berlari menjauh. Sebelumnya ia menarik tangan Junghwan lebih dulu.

Yoshi mengekori mereka dari belakang. Namun dia kehilangan jejak Yedam dan Junghwan. Yoshi kalang kabut dan memilih asal jalan, asal dia bisa lepas dari kejaran zombie.

***

Jeongwoo dan Haruto berjalan bersama. Setelah Jeongwoo memberikan obat ke Haruto dan memberikan makan untuk minum obat, keadaan Haruto sudah jauh lebih baik. Mualnya sudah bisa teratasi, jadi seragamnya dia buka dan tersisa kaos hitam.

"Serius lo gak kedinginan?" Tanya Jeongwoo ntah yang keberapa kali. Haruto sampai kesal mendengarnya.

"Iya, nggak."

Jeongwoo tetap saja cemas. Masalahnya udara malam sangat dingin. Jeongwoo takut kalo Haruto malah terkena demam, nanti repot lagi.

Siapa yang susah?

Jeongwoo lah!

"Yakin nih? Gak mau pakai seragam gua aja?"

Haruto menatap datar Jeongwoo membuat pemuda itu akhirnya mengatup bibir. Haruto kembali menatap depan. "Ngomong-ngomong makasih ya Woo. Gua gak tau kalau lo gak bawa gua ke apotek tadi." Ujar Haruto tulus, Jeongwoo bisa merasakannya.

Jeongwoo diam-diam menangis. Haruto menghela nafas lalu merangkul sahabatnya. Mengusap-usap punggung Jeongwoo agar sahabatnya bisa berhenti menangis. Karna situasi sedang tegang, bukan emosional seperti di kelas puitis.

Akhirnya Jeongwoo berhenti menangis. Dia menoleh ke belakang dimana ada dua orang laki-laki yang mereka temui di apotek karna salah satu dari mereka terluka.

"Apa luka temanmu sudah baik-baik saja?" Jeongwoo bertanya sopan membuat Haruto menggerling malas.

Yang berwajah imut itu menganggukan kepala. Temannya berjalan dengan dia papah. Kakinya terluka karna tertembak bukan karna di gigit. Untung Jeongwoo dan Haruto percaya dan mengajak mereka menjadi sekubu.

Haruto mengalihkan pandangan ke arah sekitar. Dia melihat-lihat apa saja yang di sekitar. Haruto butuh mobil, dia tidak bisa terus-terusan menghirup udara Busan yang baru.

Netranya melihat ada mobil yang menurutnya bisa di pakai. Haruto berjalan mendekati mobil itu mengajak Jeongwoo untuk memastikan. Haruto membuka pintu mobil dan melihat kondisi mobil di dalam masih lengkap.

Haruto beralih pandang kedua orang itu. "Siapa yang bisa mengendarai Mobil?"

Jaehyuk menunjuk orang di sebelahnya. "Ha Yoonbin bisa mengendarainya."

***

[I] OUT✓Where stories live. Discover now