O - 24

1.3K 360 10
                                    

15 menit mereka berada di bus, kelima orang itu sudah tertidur pulas. Hanya Hyunsuk yang masih bertahan meski dia sangat mengantuk dan pegal-pegal. Disini hanya Hyunsuk yang bisa membawa bus. Lagipula, ia senang bisa melihat wajah pulas sahabatnya.

Hyunsuk membuang nafas. Jembatan sudah dekat, apa itu artinya, Hyunsuk bisa membawa sahabatnya keluar dari Busan? Hyunsuk tidak menyangka ia bisa membawa sahabatnya keluar dari situasi ini sebentar lagi. Meski tidak ada Jihoon, Mashiho dan Jeongwoo Hyunsuk tetap memberikan doa terbaik.

Yoonbin membuka matanya. Dia susah tidur padahal sangat kelelahan. Dia melirik Haruto di sebelahnya hanya untuk memastikan. Yoonbin mengecek deru nafas Haruto. Takut saja, bukannya tidur justru..

Yoonbin menggelengkan kepala. Apa-apaan pikirannya itu?

"Hyung.."

Yoonbin menoleh ke arah Junghwan. Pemuda itu sedang mengigau? Siapa yang Junghwan panggil? Ada banyak yang lebih tua darinya. Tapi perhatian Yoonbin beralih ke arah Haruto saat pemuda Jepang itu mulai bergerak.

"Air.."

Yoonbin berdiri namun ia langsung meringis sambil memegang kakinya. Kulitnya benar-benar dalam kondisi yang buruk. Mendengar ringisan Yoonbin yang cukup keras, Yedam terbangun. Ia pergi ke wilayah penumpang untuk mengecek keadaan.

"Air.."

Yedam tanpa basa-basi langsung pergi ke tas Junghwan. Namun sebelum mengambil botol minum, Yedam panik saat Junghwan juga mengalami krisis.

"Air.. Uhuk!"

Yoonbin berdecak lalu berdiri dan mengambil minum di tas Junghwan. Dia tanpa melihat kondisi si termua langsung ke arah Haruto dan memberikan minum pada pemuda Jepang itu. Haruto dengan mata terpejam langsung meminum air di botol.

Yedam duduk di sebelah Junghwan. Dia mengusap-usap dada si termuda agar lebih tenang. Hyunsuk semakin panik, dua orang paling muda disini sedang tidak dalam kondisi yang baik dan butuh perawatan segera. Apalagi kaki Yoonbin yang benar-benar buruk kondisinya.

Hyunsuk bimbang. Apa dia tinggikan kecepatan? Tapi Haruto bisa saja mual dan Yoonbin akan marah-marah nantinya.

"Ha-Haruto! Dengar. Gua bakal naikin kecepatan biar kita semua bisa cepet sampe! Kalian pegangan, terutama lo To! Jangan kaget apalagi mual!!" Teriak Hyunsuk memperingati.

Sebelum menaikan kecepatan, Hyunsuk menarik nafas dalam dengan mata terpejam. Saat matanya terbuka, Hyunsuk terbelalak melihat seseorang berdiri di depannya. Ia langsung menginjak rem membuat Haruto langsung muntah dengan tubuh condong ke depan.

"Hyunsuk hyung ada apa??" Yoshi bertanya cemas.

Hyunsuk tidak menjawab. Dia terlalu kaget. Hampir saja dia menabrak orang. Hyunsuk yakin itu manusia karna zombie bukanlah makhluk pendiam seperti orang di depan bus itu.

"M-mianh, gua gak sengaja nginjak rem mendadak." Ujar Hyunsuk. "Di depan bus kita ada orang. Apa perlu kita angkut?"

Mereka semua kompak menggeleng kecuali Haruto, Yoonbin dan Junghwan.

Hyunsuk mendesah. Dia tidak tega kalau meninggalkan orang di depan itu sendirian. Tapi demi keselamatan sahabatnya, Hyunsuk tidak mau ambil resiko dan harus segera pergi dari sini, karna banyak yang membutuhkan pertolongan medis.

Saat Hyunsuk ingin kembali melajukan mobil, dia menatap lamat pemuda di depannya. Hyunsuk justru memundurkan bus lalu cahaya dari bus bagian depan tersinar ke arah wajah pemuda itu. Hyunsuk menutup mulut, dia Kim Junkyu!

Hyunsuk langsung turun dari Bus membuat mereka semua kaget. Hyunsuk menghampiri Junkyu kemudian ia langsung memeluk tubuh bongsor pemuda yang diam saja sedari tadi. Hyunsuk benar-benar menangis melihat orang yang tidak ia duga berada disini.

"Kenapa lo ada disini? Lo harusnya di Seoul Junkyu." Hyunsuk berucap ketakutan. Junkyu tetap tidak merespon, tapi Junkyu meliriknya.

"Siapa kau?"

***

Jeongwoo tertidur. Sekarang Jaehyuk yang membawanya. Mereka sempat bercecok soal siapa yang mengendarai. Jaehyuk merasa kasihan karna Jeongwoo sangat mengantuk di tambah kelaparan. Jeongwoo masih muda, dan Jaehyuk tidak bisa membiarkan orang yang lebih muda darinya menderita.

Kaki Jaehyuk memang sakit, tapi untungnya, Jaehyuk adalah aktor yang mudah beralibi di depan Jeongwoo. Kalau saja Jaehyuk bilang kakinya masih sakit, pasti Jeongwoo tidak akan memberikan izin Jaehyuk yang membawa mobil.

Cara Jaehyuk bawa mobil sudah cukup baik. Dia di ajarkan Jeongwoo tadi.

Kuku Jaehyuk menjentik di stir. Perasaannya aneh saat ini. Perihal mimpinya soal pagi hari, kenapa terlalu menyedihkan? Jaehyuk takut, akan ada yang gugur. Intinya, jangan sampai salah satu orang yang Jaehyuk kenal. Ia tidak mau tau apa itu kehilangan saat ini.

"Ah.. Asahi? Bagaimana keadaannya sekarang? Yoonbin? Gua harap kakinya.." Jaehyuk kembali mendesah.

Pemuda itu melirik Jeongwoo. Jaehyuk harus bertahan demi bisa menemui teman-temannya di perbatasan. Jaehyuk tidak ingin buat orang yang menunggunya merasa sedih. Adapun dengan Jeongwoo. Pasti banyak yang menunggu kehadiran pemuda itu di perbatasan.

Jaehyuk mencengkram kuat stirnya. Padangannya lurus ke depan. "Ayo Yoon Jaehyuk, lo pasti bisa keluar dari Busan."

***

Jihoon berani bertaruh, dia akan bunuh diri kalau Junkyu sampai mati disini. Dia bukannya tidak perduli Junkyu kenapa-napa tadi. Jihoon hanya emosi karna Junkyu tidak percaya pada Doyoung. Jihoon yang tidak tau kalau Doyoung itu lemah, menganggap Doyoung bisa bertahan.

Jihoon hanya tidak tau, hanya Junkyu yang tau kalau Kim Doyoung itu seperti boneka kertas.

Mashiho tidak bisa berhenti cemas. Dia takut kalau Junkyu mati disini. Mashiho cukup tau, kalau Junkyu itu.. Bukan lemah sih, lebih tepatnya malas. Bagaimaan kalau Junkyu malas bertarung dengan zombie? Atau, Junkyu malas hidup lagi?

Ah.. Pikiran Mashiho jadi kacau begini.

Asahi sejak tadi sudah tertidur. Lihatlah boneka kertas kedua ini. Asahi lemah dan mudah lelah. Paket komplit untuk seorang student ghosting. Asahi sangat lelah jadi tidur adalah cara paling ampuh untuk mengembalikan sedikit energi.

Jihoon membanting punggung bersandar di jok sembari mendesah berat. Sejak tadi yang di lakukan Jihoon tidak lebih dari mendesah kesal, marah, takut, cemas, panik. Mashiho sampai ikutan mendesah melihat Jihoon seperti itu.

"Mashiho.."

"Ya?"

Jihoon menghela nafas. "Bisa bawa mobil? Gua perlu tenangin diri."

Mashiho agak ragu, tapi dia mengangguk. Mashiho tipe orang belajar dengan cepat. Dia sudah cukup memperhatikan cara Jihoon membawa mobil.

Setelah bertukar tempat duduk, Jihoon langsung menyandarkan punggung lalu menutup mata dengan lengannya. Dia menangis pelan. Mashiho memperhatikannya lewat kaca lalu mulai menyalakan mesin.

Mashiho berdoa dalam hati. Semoga ia bisa membawa Jihoon dan Asahi sampai perbatasan. Mashiho hanya takut dia menabrak atau bahkan buta arah nantinya. Lalu beban Jihoon akan bertambah. Mashiho ingin menjadi berguna, setidaknya di saat-saat terakhir.

Mashiho menarik nafas dalam lalu mulai menginjak gas dengan pelan.

***

[I] OUT✓Where stories live. Discover now