O - 14

1.5K 382 15
                                    

Sepanjang jalan, Jihoon dan Mashiho hanya diam saja. Pikiran mereka menuliskan nama Hyunsuk. Mereka tidak tau bagaimana nasib Hyunsuk sendirian menghadapi makhluk aneh itu. Dalam dada yang bersimbuh hati, mereka menancapkan pin bertuliskan Hyunsuk. Mendoakan di setiap jalan mereka, bahwa Hyunsuk harus bisa berada di perbatasan nantinya.

Jihoon mengeratkan pegangannya saat di depan sana berdiri berpuluh zombie. Mashiho menoleh, menatap Jihoon yang berpandang lurus. Rahang tegas juga jakun di lehernya, tampak jelas di mata Mashiho.

"Kita, harus bertahan hidup." Ujar Jihoon. Zombie di depan sana berlarian ke arah mereka. Tangan Jihoon mengambil pisau di balik bajunya. "Hyunsuk hyung, pasti menunggu kedatangan kita."

Mashiho tersenyum sambil memasang posisi untuk menyerang. Tangannya siap dengan pisau. "Tentu. Kita tidak boleh membiarkan Hyunsuk hyung, menunggu kita terlalu lama."

Jihoon smirk sebelum akhirnya ia berlari ke arah zombie itu bersama Mashiho di sebelahnya. Keduanya menusuk zombie itu dengan sekali tusukan lalu beralih ke lainnya. Mashiho membantu Jihoon dari belakang tubuh pemuda bongsor itu. Saling bersandar punggung, mereka berhasil membantai zombie itu dengan cepat.

Jihoon menyeka darah yang terciprat di wajahnya. Ia tersenyum bangga dengan sekali kekehan. Mashiho menunduk mengatur nafasnya sambil tersenyum senang.

"Kajja." Ajak Jihoon menarik lengan Mashiho untuk berjalan lagi. Kini, Jihoon dan Mashiho, sama-sama mempunyai tekad dan percaya diri yang besar. Dan itu, cukup membuat mereka bertahan hidup.

***

Yedam sedari tadi hanya menunggu Junghwan untuk terbangun. Dia terlalu takut, jika Junghwan akan pergi meninggalkannya sendirian. Yedam sudah cukup di tinggalkan semua sahabatnya. Kini, anggaplah, ia hanya punya Junghwan untuk di jaga.

Yedam menggengam tangan dingin Junghwan dengan kepala merunduk, menangis. "Gua mohon Hwan... Bertahan. Gua gak punya siapa-siapa lagi.. Gua sendirian. Setidaknya, sampai Yoshi bawain obat..."

Yedam terlalu takut. Ia semakin menguatkan genggamannya di tangan Junghwan. Wajah pucat itu tampak pulas, membuat Yedam menangis parau dan frustasi.

"Mianhee.."

Yedam bangun kemudian pergi meninggalkan Junghwan. Dia harus keluar dari sini. Basement ini tempat aman. Yedam harap, Junghwan bisa bertahan dan Yoshi bisa segera kembali membawa obat.

***

Junkyu mati-matian menahan rasa lelahnya. Berjalan kaki cukup lama seperti ini membuat dia hilang kekuatan. Tenaganya habis terkuras, dan sialnya, Asahi pun sama lelahnya. Nyatanya, mereka berdua di satukan karna persamaan, yakni mudah kelelahan.

Junkyu berhenti berjalan untuk mengatur pernapasannya. "Bisa kita duduk dulu?" Junkyu tanpa menunggu jawaban Asahi, langsung jatuh ke tanah. Asahi ikut duduk di tanah.

"Tapi, kita baru saja berjalan sepuluh menit yang lalu."

Junkyu masa bodo. Dia sudah lelah. Ia lebih suka mengendarai mobil. Tapi, semua kendaraan yang di laluinya, hanya barang rusak yang sudah tidak bisa di gunakan lagi. Mau tidak mau, ia dan Asahi harus mandiri berjalan kaki menuju perbatasan.

Asahi memandang langit dengan kedua tangannya bertumpu di belakang. Ia bertanya-tanya, bagaimana nasib kedua sahabatnya. Semoga saja, Jaehyuk tidak terlalu menangis dan mempergunakan kesempatan untuk berlari menjauh. Juga, membantu Yoonbin. Asahi melakukan itu, untuk mereka berdua. Ia sudah berfikir matang jadi tidak mungkin mati begitu saja.

Lalu bertemu dengan Junkyu, saat dia sudah lepas dari jejak zombie. Saat itu, Asahi melihat Junkyu yang pingsan karna melihatnya. Jadi, Asahi memutuskan untuk membantu Junkyu. Hitung-hitung menemaninya di situasi seperti sekarang ini.

Sedangkan Junkyu masih memikirkan kejadian tadi. Dia mendengar suara Doyoung, adiknya. Namun, kenapa tidak ada siapapun? Apa perlu, Junkyu menghampirinya tadi? Tapi, sepertinya sekarang tidak ada gunanya. Junkyu saja tidak tau, apakah adiknya itu masih bertahan atau tidak.

Semoga saja, iya.

Junkyu merunduk untuk menghela nafas berat. Asahi menoleh, menatap ke arahnya. Junkyu sangat memikirkan nasib adiknya. Junkyu sudah bilang, dia hanya punya Doyoung saat ini. Sebab.. Dia sudah membunuh Neneknya sendiri. Orang yang ingin Doyoung dapatkan pengakuannya, namun Junkyu sudah membuat impian itu hancur.

Alasannya, karna Junkyu benci jika Doyoung bertemu dengan Neneknya.

***

Hyunsuk tidak pernah mau di suruh berhadapan dengan zombie-zombie itu. Ia terlalu takut, walaupun sudah pernah berhadapan. Hari sudah siang, jadi wajar jika zombie melihat dirinya, bahkan Hyunsuk tidak membuat suara sekecil apapun.

Karna tidak mau berhadapan, Hyunsuk memutar arah dan berlari menjauh. Kemampuan larinya memang tidak secepat Junghwan, tapi Hyunsuk berusaha berlari melebihi kecepatan So Junghwan agar bisa kabur dari perkumpulan zombie tadi.

Hyunsuk mengerahkan seluruh tenaganya, sampai ia berakhir di ujung. Sebuah tembok besar yang menghalangi jalannya, membuat Hyunsuk buntu jalan. Zombie-zombie tadi, tidak bertoleransi sama sekali. Mereka langsung berlari menghampiri Hyunsuk.

***

Yoshi yang baru pertama kali mengelana sendiri itu hanya bisa bingung dan kesepian. Sejak tadi, dia tidak melihat adanya toko obat walaupun sudah berjalan mencari-cari. Yoshi ingin kembali, namun sepertinya sudah terlalu jauh dari basement.

Yoshi harap, Yedam dan Junghwan bisa bertahan.

"Sekarang, gua harus kemana?" Tanya Yoshi celingukan. Beruntung disini sepi, tidak ada zombie. Yoshi memilih untuk duduk di trotoar dan meneguk botol minumnya.

Sekali lagi Yoshi menghela nafas berat. Di setiap jalannya tadi, yang di lakukan Yoshi adalah membuang nafas. Meski tau udara Busan tidak enak di hirup, tapi setidaknya, Yoshi masih bisa hidup karna udara itu.

Berharap, Yoshi bisa bertemu dengan salah seorang.

Yoshi kembali bangkit, berniat pergi saat melihat zombie berlarian ke arahnya. Zombie cukup cekatan melihat sesuatu meski dari jauh. Karna itu, Yoshi berlari menjauh sebelum mereka lebih dulu menangkapnya.

Yoshi yang tidak sanggup lari itu, akhirnya memilih berhenti berlari. Dia tidak menyerahkan diri, tetapi melawan untuk menyelamatkan diri. Sebuah pisau di keluarkan dari balik bajunya. Yoshi bersiap untuk menghabisi zombie itu satu-persatu. Walaupun tau, zombie itu akan melawannya secara brutal dan bersama-sama.

Langkah zombie itu semakin dekat. Yoshi menarik nafas dalam lalu membuka mata tajamnya. Dia berlari menerjang satu-persatu zombie itu, dengan menusukan pisau tepat di otaknya, lalu menghalau beberapa zombie yang hendak menyerangnya menggunakan kaki, juga menginjak zombie-zombie yang sudah terkapar di tanah, tepat di bagian wajahnya.

Selesai. Yoshi menjatuhkan pisaunya dengan nafas sulit. Dia membungkukan badan untuk mengambil pisaunya lalu pergi dari sana meninggalkan zombie yang tidak lebih dari sepuluh itu.

Yoshinori tidak pernah berfikir, akan melakukan hal seperti ini. Ia fikir, apa yang sudah dia lewati adalah sesuatu yang sulit, namun sekarang, Yoshinori tau, apa arti sulit sebenarnya. Sulit menjaga diri, dan sulit menahan rasa takut, saat tidak ada orang di sisinya.

Yoshi tidak pernah tau, bahwa ada hal yang lebih sulit dari pada di berikan beban oleh orang tua.

***

[I] OUT✓Where stories live. Discover now