-Tiga Belas

32 8 0
                                    

Terkadang kesimpulan terlihat lebih mudah daripada aslinya
.

Apa yang dikatakannya memang benar.

Dia bukan hantu, jelas.

Dia bukan Georgie Porgie, aku baru tahu tadi.

Dia alumni sekolah ini, aku baru tahu barusan.

"Beritahu aku lebih lanjut soal, dia mungkin alumni sini. Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku pada Esme yang kini sudah duduk bersimpuh di lantai karpet yang mengalasi ruang kamar ini.

"Harvey bilang padaku, walau hanya sekadar analisisnya, kalau sesuatu yang seperti itu pasti ada kaitannya dengan sekolah ini. Amsusikan saja itu guru atau murid. Namun, melihat gelagatnya bukankah dia menciumi para gadis? Kau bilang dia mencari seseorang kan? Harvey bilang akan lebih masuk akal jika penampilannya seperti kita."

Aku mengangguk dan menambahi, "dia seumuran seperti kita."

"Gotcha! Kita tinggal cari album alumni dengan bantuan Isla," seru Esme.

"Sayangnya kita harus mencari mulai tahun berapa? Kau tahu sendiri kan. Sekolah ini juga sudah cukup tua."

Lyona yang menambahi barusan berkata benar. Cukup sulit harus mencari ribuan atau bahkan ratusan ribu alumni sekolah ini di album sekolah. Aku dan Esme membuang napas berat.

"Isla, apakah kau tidak menemukan petunjuk dari penampilannya? Barangkali dia mengenakan seragam."tanya Lyona padaku.

Aku mencoba mengingat-ingat tampilannya.

"Dia setinggi dirimu, Lyona. Rambutnya pendek berdiri. Hidungnya bengkok. Matanya abu-abu. Pakaiannya kupikir itu pakaian bebas. Kalau seumpama itu seragam dari sekolah ini, aku pasti langsung yakin kalau dia alumni sini."

Kami mendesah tidak menemukan cukup banyak petunjuk.

"Tapi, dia berbicara padaku. Tidak hanya berteriak lagi dan menanyakan kaukah itu seperti biasanya."

Mata Esme dan Lyona berbinar.

"Nah, berarti kita tinggal menemukannya dan kau dapat menanyainya. Masalah ini akan beres, dia dapat pergi ke Surga atau mana pun itu dan kita tidak perlu parno akan makhluk menjijikkan itu lagi."
Esme berseru dengan bahagia

Setelah itu, aku memberitahu mengenai kejadian tadi. Kejadian ketika makhluk itu di kamar kita dan gertakanku akan Puding dan Pai. Setelah itu, kami menemukan konklusi seperti ini:

-Dia alumni sekolah ini (berdasarkan analisis Harvey)
-Dia pembenci Puding dan Pai
-Dia jelas bukan Georgie Porgie seperti yang diduga di awal
-Tujuannya mencari seseorang yang pernah ia cium dengan mencoba menciumnya lagi
-Sepertinya ia lupa ingatan makanya dia mencari orang itu
-Konklusi terakhir tadi ditulis oleh Lyona yang membuat kami merenung cukup lama saat ini.

"Bukankah begitu? Dia terlihat lupa siapa orang yang ia cium makanya dia berteriak "Kaukah itu!?" yang sebenarnya dia juga lupa siapa dirinya. Seperti di film-film."

"Ah, ya ... Terdengar sangat masuk akal di film fantasi," kata Esme.

"Yah, tapi bagiku saat ini kalian adalah salah satu makhluk fantasi itu."

Aku dan Esme terdiam. Ada benarnya juga memang. Terutama aku.

"Ah ya, bicara mengenai fantasi. Aku sepertinya bisa menanyakan hal ini ke Pixie daerah ini. Xi pernah memberkatiku agar aku diterima ramah oleh semua saudaranya," kataku yang kemudian sangat disetujui oleh Esme maupun Lyona.

"Perlu ditemani?" tanya Esme.

Aku menggeleng karena tahu tidak semua Pixie menyukai orang asing. Berkat yang diberikan Xi kupikir memiliki kemampuan agar aku tidak dianggap asing oleh mereka. Seingatku begitu, lagi pula berkat itu diberikan beberapa hari setelah aku berteman dengan Xi tiga tahun yang lalu. Aku sudah lupa tentang berkat itu.

{END} Look Before You LeapWhere stories live. Discover now