-Dua Puluh Dua

16 4 0
                                    

Terkadang kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya
.

"Harvey!" seru Esme berlari ke arah pub yang tengah ramai.

Ia berencana memeluk Harvey di tempat umum dan langsung membuat Harvey menghindar, ia tengah membawa baki pesanan soalnya.

"Ih, sialan," kata Esme kemudian langsung membekap mulutnya. "Ah, iya maafkan-maafkan," katanya lagi. Sepertinya diet kalimat-kalimat yang tidak enak didengar berhasil dilakukan betulan.

Aku, Esme dan Lyona saat ini tengah mampir ke pub untuk makan siang. Setelah menaruh barangku dan Lyona di rumah serta mengantar Esme ke rumahnya, kami janji bertemu di sini untuk makan siang. Ash masih mengikutiku di belakang. Aku tidak sempat mengobrol dengannya kuharap dia masih mau menunggu dan mengikuti kami.

"Kenapa tidak kau suruh dia tinggal di rumah saja?" tanya Harvey tiba-tiba usai mengantarkan baki pesanan dan menyuruh kami mencari tempat duduk. Tempat duduk di luar pun ditiadakan ini karena musim dingin, siapa pun bisa mati membeku menikmati makanan di siang yang pendek tanpa pemanas. Jadi, kami duduk di dalam dan memilih tempat paling pojok yang tersisa.

Aku mendesah karena Harvey seenaknya berkomentar. Namun, aku tidak banyak mengomeli mengenai tingkahnya yang biasa menguping pikiran orang karena aku cukup kelaparan saat ini. Ini musim dingin yang mudah membuat orang kelaparan.

Kami disodori buku menu makanan. Semua menu makanan di sini tidak banyak berubah, hanya tambahan menu seperti pizza berwujud kertas yang ditempel di buku. Aku sudah pernah mengincipi semua makanan di menu bersama Esme. Jadi, kuputuskan meminta menu makanan utama rekomendasi hari ini. Kami memutuskan hanya untuk memakan menu utama.

"Menu rekomendasi hari ini, Lamb rump, mungkin biasanya kalian lebih suka bagian kaki atau bahu domba, tapi pantat domba tidak kalah enak dinikmati di musim dingin ini. Terlebih daging domba ini cukup fresh karena tadi pagi baru datang," kata Harvey semangat. Aku mengangguk-angguk memilih itu dan diikuti dengan yang lain.

Karena terlalu fokus dengan menu yang akan kupesan, aku melupakan keberadaan Ash. Aku tidak melihat keberadaannya di sekitarku yang langsung membuatku panik setengah mati. Panggilan Esme dan Lyona bahkan tidak terdengar di telingaku, tetapi aku tahu Harvey akan menjelaskan sesuatu. Dia bisa mendengar pikiranku.

Aku segera mengambil jas mantel yang sebelumnya kugantungkan di pojok dekat pintu—tersedia tiang berdiri tempat menaruh jas mantel kami. Ketika aku di luar dan berjalan sedikit menyusuri sungai, aku menemukan Ash berdiri menghadap sungai dengan angsa yang tengah berenang di sana. Mungkin, bukan angsa yang ia lihat tetapi sosok kecil yang kukenal.

"Xi!" Aku setengah berbisik memanggil makhluk yang sepertinya tengah berbicara dengan Ash. Meski aku setengah berbisik aku tidak menutupi diri kalau aku berbicara pada dua makhluk yang tidak bisa dilihat nyata ini. Ini karena tidak ada banyak orang di sekitarku, mendung di siang musim dingin lebih nyaman untuk tinggal di rumah saja.

"Jadi, ini yang kau maksud kapan hari, kawan Xi? "

Aku mengiyakan dan membuat Xi menilai Ash dari atas ke bawah. Ini memang pertama kalinya Ash kuajak ke desaku setelah dua tahun ini kusuruh tinggal di sekolah.

"Bisakah kau membantu kami?  Dia termasuk duniamu kan?"

Xi membenarkan perkataanku tetapi langsung mengomeli karena mendadak ia sepertinya tahu kalau ada yang memberitahukan hal itu padaku. Dugaannya pun benar bahwa si Willy adalah pelakunya.

Xi kemudian akan segera mengabariku kalau sudah menemukannya dan sampai saat itu tiba Ash dipinta untuk membantunya sebagai ganti pertolongannya.

Ya, aku meminta tolong Xi untuk mencari informasi mengenai portal roh. Awalnya Xi cukup sulit dibujuk, katanya portal roh itu menakutkan karena tidak mengenal ampun pada makhluk mistis seperti mereka. Bisa-bisa portal roh itu menyedot mereka dan lenyap begitu saja. Jadi, Xi hanya akan menunjukkan area tempat portal itu muncul. Lagipula portal itu tidak akan muncul di bawah kasurku lagi, mereka mengatakan sudah memindahkannya.

{END} Look Before You LeapWo Geschichten leben. Entdecke jetzt