Chapters 3.

166 13 2
                                    

Raya mengerjapkan ke dua matanya, ia membuka matanya merasa ada yang berbeda dari tempat ini. Lantas Raya bangkit dari tidurnya. Ia mengitari kamar yang asing, ini bukan kamarnya lalu ini kamar siapa? Raya baru menyadari jika ada yang berbeda dari dalam selimut ini.

Raya mengintip ke dalam selimut, ia tertegun saat tubuhnya polos tanpa sehelai kain. Raya berteriak merututi atas kebodohannya, bagaimana mungkin ia bisa seceroboh ini dan dengan siapa melepaskan keperawanannya.

Raya menjuntaikan kakinya, ia melihat terdapat bercak darah di sprie putih itu membuat Raya menutup mulutnya. Raya menatap ke cermin, ia bisa melihat terdapat bekas tanda cupang di leher dan juga di dadanya.

Raya semakin merasa bersalah. Tak seharusnya ia pergi ke acara itu dengan pakaian yang terbuka dan berakhir menyedihkan seperti ini.

Raya mencoba untuk mengingat dengan siapa ia bercinta semalam, namun otaknya tak bisa mengingat dengan jelas.

"Astaga apa yang telah ku perbuat," Raya menutup matanya hingga ia menemukan secarik kertas di atas meja. Gea langsung membacanya.

Untuk gadis yang memakai baju berwarna peach.

Saya ucapkan terimakasih telah menyerahkan keperawanan mu pada ku, orang yang tidak kamu kenal. Sungguh kamu adalah wanita pertama untuk ku yang masih perawan, saya tak menyangka jika kamu adalah gadis binal dan hot. Saya suka dengan suara desahan mu.
Dan maaf saya telah pergi lebih dulu karena saya ada meeting pagi ini.
Kamu tak perlu khawatir saya sudah menyiapkan make up untuk menutupi bekas cupang itu selain itu juga saya sudah menyiapkan baju ganti dan juga uang sebagai tanda terimakasih saya.

Dari saya
Jrt

Raya meremas kertas itu dan kemudian membuangnya. Semudah itu dia pergi darinya setelah menikmati segalanya dan tak ada yang tersisa darinya kecuali aib. Ia akan bilang apa pada mamahnya jika ia telah diperkosa dengan pria yang tidak di kenalnya. Gak! Dia tidak boleh bercerita dengan siapapun termasuk dengan mamahnya, ia tak mau membuat mamahnya bersedih karena dirinya.

Kini Raya sudah keluar dari hotel. Jarak antara hotel dan rumah Janu hanya sekitar 300 Meter, ia harus cepat meninggalkan hotel ini sebelum Janu melihatnya.

Tin
Tin

Raya menoleh ke samping terdapat Janu sedang membuka kaca mobilnya. Yang ia takutkan akan terjadi juga, Janu melihatnya.

"Raya? Kamu dari mana?" tanya Janu.

Raya hanya menunduk sambil meremas ujung bajunya.

"Apa kamu sedang melamar di hotel ini?" tebaknya.

"Tidak, pak. Saya hanya menemui teman saya," kilahnya.

"Teman pria mu?"

"Bukan, pak."

"Oh, kamu butuh tumpangan?"

"Tidak, pak."

"Kenapa?"

"Saya tidak ingin merepotkan bapak,"

"Ayolah. Saya sekalian mau ketemu  dengan Winda,"

"Baik,"

Raya mengitari mobil, ia membuka pintu mobil milik Janu dan kemudia ia masuk dan duduk di sebelahnya.

"Sudah siap?" kata Janu pada penumpang di sebelahnya.

"Sudah, pak."

Janu menjalankan mobilnya dan ia membela jalan raya, sesekali ia melirik pada Raya yang hanya melihat ke depan dengan tatapan yang kosong.

After Days 364Donde viven las historias. Descúbrelo ahora