Chapter 12.

137 7 1
                                    

Sudah empat hari Janu tidak pulang ke rumahnya, namun Raya harus rajin untuk mengabari setiap jam yang ia lakukan di dalam rumahnya. Tapi lain halnya dengan Janu, ia sedang sibuk bergulat dengan mahasiswi yang baru saja ia kenal di aplikasi pencari jodoh.

"Akh.... Lebih cepat sayang," desah mahasiswi itu dengan erotis.

"Pasti sayang, aku sebentar lagi akan keluar," Janu mencium pipi gadis yang ada di bawahnya.

Janu semakin kuat menghentak alat vitalnya hingga sesuatu keluar dari dalam tubuhnya. Janu menikmati sisa-sisa pelepasannya. "Kamu sangat nikmat sayang." Janu bangkit dari tubuh mahasiswi itu, lalu kemudian berdiri untuk mengambil handuk untuk menutupi pinggulnya.

"Kamu masih mau di sini?"

"Lalu kamu mau ke mana?" Tanya mahasiswi itu yang bernama Juwita.

"Aku mau pulang, sudah empat hari aku meninggalkan istri ku di rumah sendiri,"

Juwita terduduk dengan menutupi dadanya dengan selimut. "Istri? Kamu sudah punya istri?"

"Sudah. Jangan banyak bertanya lagi!" Janu menutup pintu kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Juwita masih terpaku, bagaimana mungkin Janu sudah memiliki istri sedangkan ia mulai jatuh cinta padanya. Bodoh! Pertama kali ia sudah jatuh cinta pada teman kencannya.

Di lain waktu, Raya naik ke atas kasurnya. Ia benar-benar bosan di rumah sebesar ini dan sendiri tanpa siapapun yang menemaninya.

Raya mengumpulkan rambutnya dan menggulung rambutnya, Raya mulai menutup mata, namun ponselnya berdering dan tertera nama Janu di layar ponselnya. Dengan malas Raya menjawab panggilan dari Janu.

"Hm, apa?" Kata Raya.

"Bukain pintu, aku di luar,"

"Iya." Raya menaruh ponselnya dan membiarkan panggilan Janu yang masih terhubung tanpa ingin mengakhiri panggilannya.

Janu merapikan jasnya, berusaha mungkin ia tampil rapi dan tidak berantakan agar tidak curiga jika ia habis bercinta dengan seorang gadis belia.

Pintu terbuka, Raya muncul di depan pintu dengan wajah sedikit menahan kantuk.

"Kenapa pulang semalam ini sih, Jan? Kenapa ga sekalian pulang pagi,"

"Ini rumah aku, aku yang berhak mau pulang apa enggak!"

"Ya ya ya, itu benar." Raya membalikkan badannya, berjalan meninggalkan Janu yang masih berdiri di depan pintu.

Janu menggelengkan kepalanya, melangkah masuk lalu kemudian mengunci pintu dan menaruh sepatunya di rak sepatu. Janu melonggarkan dasinya, kemudian menyusul Raya ke kamar.

Pintu terbuka, Raya menoleh dan pandangannya tertuju pada Janu yang sedang menaruh tas kerja di atas sofa.

Janu membuka jas dan kemejanya, membuang begitu saja pakainya di atas lantai dan merangkak naik ke ranjang.

"Mandi dulu baru naik ke atas kasur,"

"Aku sudah mandi di kantor, sekarang aku mau tidur." Janu menepuk bantal sebelum mendaratkan kepalanya.

"Matikan lampu dan manjain aku," ucapnya, Raya menyatukan keningnya. Merasa tak pantas untuk memberikan sentuhan untuk Janu. Belum sempat membalas ucapannya, Janu meraih lampu tidur dan memadamkan lampu.

Raya menggeser beberapa senti dari Janu untuk menghindari kontak fisik dengannya. Janu menoleh dengan cepat, menarik tangan Raya agar tidur berdekatan dengannya dan kemudian mengulurkan tangan Raya untuk mengusap keningnya.

After Days 364Where stories live. Discover now