Chapters 9.

146 6 2
                                    

Arjuna kini sedang berada di salah satu cafe untuk bicara sesuatu pada Raya, setelah mendapat kabar jika Raya tidak boleh bekerja lagi, ia sampai tidak bekerja dan langsung menemui Raya.

"Apa orang yang kamu maksudkan itu Janu?" Ucap Arjuna tak basa-basi lagi.

"Bukan, aku menikah dengannya karena aku cuma balas budi karena Janu telah membayar semua biaya rumah sakit dan pendidikan adik ku hingga dia lulus kuliah,"

"Tapi kenapa kamu mau Raya?" Arjuna berdecak frustasi karena Raya akan segera menikah dengan Janu.

"Dia langsung melamar ku di depan orang tua ku, kalau saja Janu tidak mengatakan itu pada mamah ku, maka aku akan menerima lamaran mu,"

"Astaga Raya! Jadi selama ini kamu diam-diam dari ku jika kalian punya hubungan?"

"Maaf, aku cuma gak mau nyakitin kamu aja," cicit Raya pelan, ia tak berani untuk melihat wajah kecewa Arjuna yang di sebabkan olehnya.

"Kamu diam begini justru aku semakin sakit, Raya."

Janu memakirkan mobilnya di depan cafe. Ia berlenggang masuk ke dalam sana untuk menghampiri Raya yang sedang berduaan dengan Arjuna.

Sungguh keterlaluan! Mereka harus di beri pelajaran agar tidak melakukan hal seperti ini untuk ke yang dua kalinya.

Janu menarik tangan Raya untuk berdiri di sampingnya. Arjuna mengeraskan rahangnya saat Janu menarik kasar tangan Raya.

Janu menyembunyikan Raya tepat di belakang tubuhnya.

"Bisa gak sih? Jangan kasar?!" Pekik Arjuna sangat kesal saat melihat keberadaan Janu di tempat ini, seketika ia melupakan posisi Janu sebagai atasannya.

"Kenapa?! Raya adalah calon istri ku, aku bisa melakukan apapun padanya,"

"Ayo kita pulang!" Janu menarik kasar tangan Raya, namun Raya menahan kakinya hingga tidak mengikuti Janu.

"Kita pulang Raya!"

"Enggak, aku masih mau di sini!" Raya menghempas tangan Janu di pergelangan tangannya.

Plak

Janu menampar pipi Raya hingga tertinggal bekas lima jari di sana. Raya memegangi pipinya yang terasa panas dan perih.

Bugh

Arjuna meninju rahang Janu karena telah berani menyakiti Raya seperti itu. Napasnya naik turun karena telah berani memberi setelah pada Janu yang terlalu kasar pada Raya.

Janu memegang pada rahangnya, ia ingin memukul Arjuna. Namun Raya berdiri tepat di hadapan Arjuna dengan melebarkan ke dua tangannya.

"Kamu gak boleh mukul dia!" Pekik Raya.

"Minggir Raya,"

"Enggak! Kamu gak boleh sakiti dia!" Seru Raya dengan mendorong dada Janu untuk menjauh darinya.

Janu menarik tangan Raya dan membawanya pergi. Arjuna ingin mengejarnya, namun Raya menggelengkan kepalanya untuk tetap diam di sana.

Langkah Raya tergopoh-gopoh saat Janu menarik tangannya, ia berusaha untuk menyeimbangi langkah Janu yang panjang dan cepat.

"Pelan-pelan, Jan." Kata Raya dengan napas tersengal-sengal, ia tidak bisa menyeimbangi langkah Janu.

Janu mendorong Raya untuk masuk ke dalam mobilnya dengan kasar. Raya menghela nafasnya, ia membenarkan posisi duduknya menjadi merapat pada pintu. Matanya masih tertuju pada cafe itu, Janu mencengkram dagu Raya menjadi menatap wajahnya.

"Apa begini kelakuan mu di belakang ku? Kalian berdua diam-diam bertemu, sedangkan aku bekerja keras untuk mu!" Teriak Janu, Raya menutup ke dua telinganya saat Janu berteriak keras kepadanya.

After Days 364Where stories live. Discover now