Chapters 8.

136 10 3
                                    

Raya terkejut saat melihat Janu berada di depan rumahnya, Raya tak memperdulikannya, ia tetap pergi kerja dengan mengendarai motornya. Raya melewati Janu begitu saja.

"Dasar sombong sekali!" Gumam Janu, mengikuti Raya dari belakang. Janu menyalip motor Raya, lalu membuka kaca jendelanya dan mengacungkan jari tengahnya.

"Dasar orang stres!" Teriak Raya, lantas menyalip mobil Janu dan melajukan motornya.

Sesampainya di hotel, Raya memakirkan motornya, Raya hendak masuk lewat pintu belakang namun di cegah oleh satpam.

"Eh. Pak ada apa ini?" Raya bingung dengan satpam yang tak memperbolehkannya untuk masuk.

"Mba Raya tidak boleh lewat pintu belakang,"

"Ya. Terus saya lewat mana kalo gak lewat pintu belakang."

"Pintu depan!" Suara bariton itu membuat Raya membalikkan badannya dan menunjukkan wajah tak sukanya kepada Janu.

"Kamu lagi!" Seru Raya seraya menunjukkannya dengan jari telunjuknya.

"Sopan sedikit! Aku adalah bos mu! CEO muda." Janu mengingatkan posisinya yang sebagai CEO muda di hotel ini.

"Ya. Aku minta maaf!" Ketus Raya.

Janu menarik tangan Raya, Raya memukul tangan Janu untuk melepaskan tangannya dari cengkeraman Janu tapi Janu tidak mendengarkannya dan terus saja menarik tangannya dengan kasar.

Janu semakin mempercepat jalannya, ia melepaskan tangannya dari lengan Raya. Semua sepasang mata tertuju pada Raya yang di tarik paksa oleh Janu.

"Dengar semua!" Kata Janu, semua karyawan yang baru datang kini berkumpul. Raya menghadap pada Janu.

"Mulai hari ini Raya sudah tidak bekerja di sini lagi,"

"Tapi kenapa, pak?" Tanya salah satu karyawannya.

Janu tersenyum ke arahnya. "Karena  sebentar lagi Raya akan menjadi istri saya. Benarkan begitu, sayang?" Janu meraih tangannya Raya dan menciumnya di depan para karyawannya.

Sontak semua orang terkejut mendengarnya dan sedikit tak percaya jika Janu akan menikah dengan Raya, bahkan saat di hotel mereka biasa saja dan tak menunjukkan tanda-tanda bahwa Janu dekat dengan Raya. Dan kini d

"Tepat akhir bulan ini saya akan menikah dan hanya ini saja yang saya sampaikan, ayo kita ke ruang ku, sayang." Janu merangkul Raya dan membawa Raya ke ruangan kerjanya.

Tin

Janu keluar dari lift, ia tetap merangkul mesra Raya yang kini menjadi pusat perhatian para pegawai yang lainnya.

"Itu Raya, kan? Kok mesra banget sama pak Janu?"

"Iya. Itu Raya, mungkin Raya selingkuhannya pak Janu kali, ya."

"Bisa jadi."

Raya menurunkan tangan Janu di pinggangnya, namun Janu justru semakin merapatkan rangkulannya dan tak mau melepaskan Raya.

"Tak perlu malu, sayang." Bisik Janu bahkan mencium Raya di depan pintu ruangannya. Janu menoleh ke belakang untuk memastikan jika di belakangnya sudah tidak ada orang. Janu mendorong Raya untuk masuk ke ruangannya, Janu mengunci pintunya dan mendudukkan Raya di sofa.

"Menyenangkan bukan duduk di sini bersama ku?" Janu mengangkat dagu Raya untuk menatap matanya, Raya menatap ke arahnya kesal, ia tak menyangka jika Janu telah membocorkan hubungannya dengan teman-teman yang lain.

Raya sudah bisa menebak jika teman-teman yang lain pasti berpikiran buruk tentangnya, tak bisa Raya pungkiri jika Janu akan membocorkan hubungannya ini ke publik, Raya belum bisa menerima ini namun bagaimana lagi jika Janu sudah mengatakan pada semua orang, benar-benar keterlaluan.

After Days 364Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang