Chapters 10.

227 9 2
                                    

Janu menelan salivanya saat melihat Raya mengenakkan baju pengantin yang berwarna putih dengan dada terlihat begitu seksi.

Raya berjalan dengan anggun dan menghampiri Janu yang kini sedang menatap lurus ke arahnya. Janu bangkit dari kursinya, ia merangkul pinggang Raya dan menarik kursi untuknya.

Raya melirik pada bagian pinggangnya, ia berusaha untuk melepaskan tangan Janu dari pinggangnya, namun Janu semakin mengetatkan lingkaran tangannya di pinggang Raya.

"Kenapa? Kamu malu?" Bisik Janu.

"Dengar Raya, semua orang telah memperhatikan kita dan jaga sikap mu!" Kata Janu sembari tersenyum pada para tamu yang sedang menanti ijab kabul.

Raya menutup matanya saat tangan pamannya berjabat tangan dengan tangan Janu, Raya berharap jika semua ini hanya mimpi. Tapi menikah dengan Janu adalah mimpi buruk untuknya.

"Baik para saksi sah?"

"Sah!" Seru para tamu sembari mengusap wajahnya. Air mata Raya menetes, ia masih tak terima jika akan secepat ini menikah dengan Janu. Pria yang baru saja bertemu dan kini menjadi suaminya dalam waktu yang singkat.

Janu menoleh, ia tersenyum saat melihat air mata Raya menetes. Janu menarik tisu, ia menghapus air mata Raya sembari tersenyum padanya.

"Kini kamu telah menjadi istri ku," Janu mengecup kening Raya dengan mesra dan menunjukkan sandiwara pada semua tamu.

Acara yang begitu mewah yang di senggarakan di hotel tempat Raya bekerja kini telah usai, Raya kini telah di bawa kediaman Janu. Raya masih diam di dalam mobil dan enggan untuk keluar dari mobil.

Janu membalikkan badannya saat tak menemukan keberadaan Raya di sampingnya. Janu membuka pintu mobilnya dan menarik tangan Raya dengan kasar agar segera keluar dari dalam mobil.

"Lepasin, Jan." Raya meringis minta di lepaskan, namun Janu semakin kuat menarik tangan Raya dan membawanya masuk ke dalam rumah dengan paksaan.

"Lepasin aku, Jan. Aku bisa jalan sendiri!" Raya menghempaskan tangan Janu di pergelangan tangannya.

Siluet tajam mengarahkan pada Raya yang selalu saja melawannya. Janu mencengkeram dagu Raya dan mengangkat kepala Raya agar menatap ke arahnya.

"Look at me!"

"Kamu itu sekarang sudah menjadi istri saya! Berhentilah membuat saya marah atau saya akan menyakiti keluarga mu,"

Raya membeku saat Janu mengancam akan menyakiti keluarganya, tatapan amarahnya meredup menjadi ketakutan saat Janu mengancam akan menyakiti keluarganya.

"Menurutlah jika ingin keluarga mu selamat!" Janu menurunkan tangannya di dagu Raya, ia berjalan mendahului Raya dan masuk ke dalam rumahnya.

Raya menutup ke dua mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar. Ini baru satu hari ia menjadi istri Janu, ia sudah dihadapi dengan masalah besar. Memang benar kata orang untuk tidak mencari masalah dengan orang kaya.

Ia pikir memberi Janu pelajaran dengan sapu tak akan membuatnya jera, namun justru itu berbalik pada dirinya sendiri. Tak seharusnya ia bertemu dengan
Janu pada waktu itu, jika ia menahan rasa pedulinya mungkin hal ini tidak akan terjadi padanya.

Malam harinya, Raya menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Ia mencoba berpura-pura untuk tertidur agar Janu tidak meminta haknya pada malam ini, jujur saja ia belum siap melakukan itu padanya, walaupun saat ini Janu telah menjadi suaminya tapi tetap saja ia belum bisa menerima Janu begitu saja.

Janu keluar dari kamar mandi, ia membuang handuknya begitu saja di atas meja rias. Raya semakin kuat mencengkram selimutnya dan berharap tidak terjadi apa-apa pada malam pertamanya.

Janu menarik selimut sehingga terlihat paha mulus Raya. Ini pertama kalinya ia melihat paha putih Raya dengan jelas.

Raya merubah posisi tidurnya menjadi duduk sambil menutupi ke dua kakinya dengan bantal.

"Kamu tau ini malam apa?" Tanya Janu dengan menatap ke arah Raya yang saat ini jantungnya berdegup cukup cepat.

"Iiiini malam Senin, kenapa?" Kata Raya dengan terbata-bata.

"Salah sayang, ini adalah malam pertama kita dan kamu harus melayani aku," Janu meraih tangan Raya lantas ia menciumnya. Raya menghempaskan tangannya dan beranjak dari kasurnya.

"Aku gak mau!" Tekannya.

"Baik, akan aku pastikan mamah dan ke dua adik mu akan menjadi abu besok pagi,"

Raya membulatkan ke dua matanya, kali ini keselamatan keluarganya telah menjadi taruhannya. Janu selalu saja mengancamnya jika ia tidak menuruti kemauannya.

"Mau tunggu apa lagi? Ayo ganti baju mu, aku sudah beli baju dinas mu untuk melayani aku,"

Raya mengepalkan tangannya hingga sampai memutih, rupanya Janu sudah mempersiapkan ini semua terlebih dahulu.

"Mau tunggu apa lagi? Ayo ganti baju mu!"

Raya membalikkan badannya, ia menaruh tangannya di depan dadanya. Yang ia takutkan akhirnya terjadi juga, Janu ingin dilayani pada malam ini juga.

Raya melangkah pelan sembari menormalkan degup jantungnya yang terus saja berdetak begitu cepat seperti sedang maraton.

...

Pagi harinya, Raya masih terjaga semalaman. Selama beberapa bulan ini ia merasa dibohongi oleh Janu, jika Janu sudah memperkosanya, rupanya itu akal-akalan saja agar ia mau menikah dengan Janu dengan alasan video skandal yang Janu punya agar bisa mengancamnya.

Malam itu hatinya terasa hancur saat ia mengetahui jika ia masih memiliki selaput darah keperawanan, Janu benar-benar membuatnya seperti orang yang bodoh karena mudah sekali percaya dengan omong kosongnya.

Janu bangun dalam keadaan segar bugar karena telah melepaskan sesuatu yang ia tahan selama beberapa bulan ini, Janu tersenyum saat menengok ke samping yang terdapat Raya yang sedang membelakanginya.

Janu merubah posisi tidurnya menjadi duduk bersandar, ia menggulingkan badan Raya agar menghadap ke arahnya.

Raya menatap tajam Janu dengan mata sembabnya, merubah posisi tidurnya menjadi duduk di samping Janu.

"Apa kamu sudah puas?" Tanya Raya.

"Puas? Tentu saja sayang, apalagi tadi malam adalah malam yang penuh kehangatan," goda Janu dengan mencubit dagu Raya, namun berhasil Raya menepis tangan Janu.

"Tapi aku jijik!"

"Kamu telah membohongi ku, Jan!" Seru Raya dengan napas yang memburu.

"Aku cuma menjalani trik nakal ku, Raya sayang,"

"Kalau tidak begitu kita gak bisa menikah,"

"Menikah dengan mu adalah musibah untuk ku!" Timpal Raya

"Aku membenci mu!" Teriak Raya sekali lagi.

"Aku mencintaimu," saut Janu.

"Aku mau membatalkan pernikahan ini,"

"Coba saja jika kamu berani,"

"Saya bisa membuat keluarga mu tewas di tangan ku,"

Raya menutup ke dua wajahnya, saat ini hidupnya sangat hancur tidak tersisa sedikitpun.

Janu menghapus air mata Raya dan mencium pipinya yang terus saja mengeluarkan cairan bening.

"Aku gak suka liat kamu menangis,"

"Ayo kita mandi," Janu menyentuh bahu Raya, namun Raya menepiskan tangan Janu di bahunya.

"Aku gak mau!"

"Pergi sana!" Raya mendorong dada Janu dan kembali merebahkan tubuhnya.

Janu hanya menggelengkan kepalanya, lantas ia beranjak dari ranjang dan bergegas membersihkan tubuhnya.

"Dasar wanita drama." Gumam Janu.

...

Tbc

After Days 364Where stories live. Discover now