Part 5. Pagi Yang Buruk

1.5K 243 224
                                    

Sorry for typo:)

Happy Reading
.
.
.

Pagi ini Vano terus mengembangkan senyum miring, yang penuh arti. Mamanya sudah berangkat bekerja untuk memeriksa butik. Jadi, di mansion mewah ini hanya ada Papanya, Niel dan dirinya, serta para maid.

Sudah siap dengan stelan sekolahnya, Vano berjalan diam-diam menuju ruang kerja Papanya. Vano memiliki ide licik, yang akan membuat Kakaknya-- Niel di marahi oleh Papanya nanti.

Ah, Vano jadi tidak sabar melihat raut wajah lemah Kakaknya itu nanti.

Kriet!

Dengan perlahan, Vano membuka gagang pintu kayu jati berwarna kecokelatan itu. Pertama, ia menyembulkan kepalanya untuk memeriksa apakah ada Papanya di dalam ruangan ini. Ternyata tidak ada.

Vano mengedarkan pandangannya ke segala arah, dan ia mendengar suara air dari toilet ruang kerja Papanya ini. Dapat ia yakini, Papanya ada di dalam sana.

"Jadi nggak sabar gue mau ngerjain lo El, hihi!" gumam Vano.

Vano berjalan pelan menuju meja kerja Papanya, yang terdapat banyak berkas penting tersebut. "Hmm, kayaknya ini bakal seru deh," gumam Vano.

Byur!

Vano menyiram berkas penting tersebut tanpa peduli apa yang ada di dalamnya dengan kopi panas milik Papanya, yang berada di atas meja tersebut.

"Ups! Gue sengaja!" ucap Vano sembari menutup mulutnya, berakting pura-pura kaget.

Ia mendengar suara kran air mata mati di dalam toilet yang di dalamnya terdapat Papanya. Dengan cepat Vano, meletakkan cangkir gelas bermotif itu di tempat semula kemudian ia berlari pelan untuk keluar dari ruang kerja Papanya ini.

"Maafin gue Niel, haha!"

****

Niel yang hendak membuka gagang pintu dapur untuk berangkat sekolah terpaksa harus ia hentikan, kala mendengar bentakan nyaring Papanya dari atas tangga mengalun indah di indera pendengarannya.

"NATHANIEL JOVARDAN VALENDRA!"

Niel sangat terkejut, ketika Papanya menyebut nama lengkapnya dengan nyaring dan penuh penekanan.

Para maid yang berlalu lalang, langsung menundukkan kepala dan segera pergi dari sana ketika mendengar Tuan besar mereka menyebut nama Tuan muda mereka dengan lengkap, yaitu Niel. Bi Ira? Dia pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan pokok majikannya saat pagi tadi.

"I-iya, Pa?" Niel berbalik dengan kaku, menghadap Papanya yang masih berada di atas tangga dengan wajah yang memerah.

Daniel--- Papa Niel, turun dengan cepat menuju putra tunggalnya itu yang berada di ambang pintu dapur dengan napas memburu.

Plak!

Oh My God! Kepala Niel tertoleh ke samping, dan ia sangat terkejut kala Papanya menampar pipi kirinya untuk pertama kalinya dengan cukup keras hingga meninggalkan bekas kemerahan.

Ada angin apa sampai Papanya menampar dirinya? Apa Niel membuat kesalahan lagi?

"K-kenapa, Pa?" lirih Niel.

Going Is The Best Choice [END] ✅Where stories live. Discover now