Part 37. Penyakitnya Kambuh

1.2K 95 71
                                    

Sorry for typo:)

Happy Reading
.
.
.

"Tidak selamanya kebencian mampu menguasai perasaan manusia. Kebencian itu tidak abadi di dunia ini."

-Nathaniel Jovardan Valendra-

Cerita ini makin sepi, ya? Gatau lagi deh, saya udah terlanjur sedih, cug

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini makin sepi, ya? Gatau lagi deh, saya udah terlanjur sedih, cug.

Seusai mengantar Queen pulang ke rumahnya dengan selamat, Niel memutuskan untuk berhenti sebentar di depan warung kecil yang menjual ramen Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seusai mengantar Queen pulang ke rumahnya dengan selamat, Niel memutuskan untuk berhenti sebentar di depan warung kecil yang menjual ramen Jepang. Bukan tanpa alasan Niel berhenti di sini, namun karena perutnya tiba-tiba terasa kosong akibat lapar. Padahal pukul delapan malam di apartemen Albeth tadi ia sudah makan, walau pun sedikit.

"Ramen pedas satu porsi aja, Pak." Kata Niel sembari memilih meja dan kursi untuk ia duduki.

"Oke, siap!" sahut penjual ramen dengan antusias.

Niel mengeluarkan handphone-nya yang ada di dalam ransel sekolahnya untuk memastikan sesuatu. Pukul 12:21 AM yang artinya sudah setengah satu dini hari. Niel menghela napas berat, rasanya ia malas pulang ke rumah untuk bertemu kedua orang tuanya, namun Niel tidak bisa berbuat apa-apa selain pulang ke rumah.

"Pesanannya sudah siap, Dek." Ucap paman penjual ramen pada Niel seraya tersenyum ramah.

"Terima kasih, Pak." Sahut Niel seraya menerima mangkok ramennya.

Niel menatap mie ramennya dengan mata berbinar seraya tersenyum tipis. Sudah lama Niel tidak memakan ramen di warung kecil seperti ini, biasanya Niel akan memakan ramen di restoran mewah yang lebih berkualitas.

Tidak lupa sebelum makan, Niel berdoa terlebih dahulu pada Tuhan. "Amin," ucapnya.

Dengan hati yang gembira Niel menyeruput ramennya menggunakan sumpit. "Rasanya nggak kalah sama ramen yang ada di resto, tapi ramen di sini lebih enak, weh." Batin Niel.

Going Is The Best Choice [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang