"Niel tidur sebentar dulu, ya?"
Kapan pun dan di mana pun, entah karena penyakitnya atau pun hal lainnya, kematian selalu mengincar mangsa yang lemah.
****
Kepo dengan lanjutannya? Cus, langsung baca aja.
𝐇𝐢, 𝐰𝐞𝐥𝐜𝐨𝐦𝐞. 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 �...
"Seorang anak tak akan pernah bisa membenci kedua orang tuanya. Meski kadang sikap orang tua sangat keterlaluan pada diri kita."
-Niel & Author-
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kalian mau 'kan temenin kisah hidup Niel sama ending? Lupyu, Bestie❤
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gelap.
Satu kata yang dapat mendefinisikan sebuah lorong panjang dan juga hampa, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia di sini.
Niel berjalan tertatih-tatih menyusuri lorong gelap itu dengan tatapan kosong yang tidak memiliki makna apa pun. Berjalan tanpa arah dan tujuan, itulah yang kini Niel lakukan.
Niel tidak tahu ini di mana. Lorong tersebut terlihat menakutkan, namun Niel terus saja melanjutkan langkahnya tanpa henti.
"Mau mati ..." gumam Niel tanpa sadar, masih dengan tatapan kosong miliknya.
Napasnya terengah-engah, namun remaja laki-laki tersebut terus saja berjalan. "Pilih kasih ..." gumamnya lagi.
Hingga sebuah suara asing yang selalu ia dengar setiap malam mengalihkan antesinya. Spontan Niel mencari sumber suara tersebut dengan perasaan campur aduk.
"Niel, ayo bangun, Nak."
Suara siapa itu?! Mengapa ia bisa mengetahui namaku? Akh! Niel berteriak kesal.
"Itu suara siapa sih?!"
Dan, dalam hitungan detik Niel tertarik kembali pada realita sesungguhnya. Di mana ia berada di dalam kamarnya sendiri dengan penerangan minim dari lampu tidurnya.