✉ 36 ; paket

3.7K 625 96
                                    

gak kerasa udah h-2 ujian, haruto sekarang lagi belajar di rumah jeongwoo. ya betul, belajarnya cuma 20% sisanya pacaran, ngerdusin jeongwoo dan unyel-unyel pipi cowok itu yang keliatan makin tembem.

kayak sekarang, haruto duduk di kasur, nyender ke headboard ranjang dengan jeongwoo yang juga duduk di sampingnya. bedanya, jeongwoo nyender dengan nyaman di bahu haruto sambil baca buku rangkuman. tangan haruto ngelingkar erat di pinggang jeongwoo dan tangan satunya lagi ngelus kepala yang lebih muda.

"udahan dong belajarnya, udah jam 10 tuh. bayi gaboleh tidur larut malam," kalimat terakhirnya diucapin haruto sambil berbisik di telinga jeongwoo. bikin jeongwoo lantas mendelik kesal dan ngelepas dirinya dari rengkuhan yang lebih tua.

"udah jam 10," gumam jeongwoo sambil sesekali ngelirik haruto yang udah siap-siap ngambil jaket dan kunci motornya, "haru... besok hari minggu kan?"

haruto senyum, dengan jaket kulit yang tersampir di bahu, cowok itu perlahan ngelus pipi jeongwoo, "iya, besok hari minggu. udahan belajarnya, cuci muka gosok gigi terus tidur. besok kita jalan-jalan terus makan enak. oke?"

jeongwoo gigit bibir bawahnya, "udah malem banget loh ini, kamu yakin bawa motor jam segini? bahaya tau... kalau ada begal gimana?" digenggamnya lengan haruto, "haru nginep aja ya?"

haruto ketawa, "aku gak bawa baju, sayang."

"pake baju akuu! ya ya ya, nginep ya?"

jeongwoo natap haruto dengan tatapan kayak 🥺🥺🥺 dan kalo udah kayak gitu mana bisa haruto nolak :(

haruto ngehela napas, cowok itu ngetik sesuatu di hpnya terus balikin jaket sama kunci motornya di meja belajar jeongwoo.

"ngechat siapa?" jeongwoo curi-curi pandang ke roomchat yang dibuka haruto.

"aku ngabarin bang asa kalau aku nginep disini. kenapasih? kamu kira aku ngechat siapa emang?"

jeongwoo cemberut, "kirain..."

setelahnya, jeongwoo buka lemarinya, ngebiarin haruto milih baju. sehabis milih kaos abu-abu dan celana flanel, haruto keluar buat ganti baju sekaligus bersih-bersih di kamar mandi yang letaknya gak jauh dari kamar jeongwoo.

"eh haruto, mau pulang? udah malem banget loh ini, gak nginep aja?" tanya rosè yang kebetulan papasan sama dia pas keluar dari kamar mandi.

haruto garuk tengkuknya canggung, "tadinya ruto mau pulang, tante. tapi jeongwoo nya minta nginep."

rosè senyum lebar, "yaudah nginep aja. toh besok kan hari minggu."

haruto balik lagi ke kamar jeongwoo. senyumnya tersungging tipis ngelihat pacarnya yang duduk di atas kasur dengan kaki menekuk, meluk lututnya sendiri.

"woo?"

"iya?"

haruto natap ragu ke space kosong di kasur jeongwoo, "aku beneran boleh tidur disini?"

jeongwoo ngangguk tanpa ragu, "emang mau tidur dimana lagi?" ditariknya tangan haruto dan bikin cowok itu jatuh di atas kasurnya.

haruto nurut, dipandanginya tiap gerakan jeongwoo mulai dari dia matiin lampu kamar sampai cowok itu duduk di kasur lagi buat nyalain lampu tidur. jeongwoo narik selimut, dorong bahu haruto buat berbaring di sampingnya dan meluk yang lebih tua erat-erat.

haruto ngehela napas, "jeongwoo."

"hng?"

"kamu kalau mau kayak gini aba-aba dulu dong. jantungku belum siap kamu serang terus-terusan gini."

jeongwoo ketawa, "serang gimana maksud kamu?" dengan iseng, cowok itu kasih kecupan kecil di pipi haruto yang gak tau sebenernya arwahnya sendiri masih bertahan atau udah keluar dari raganya karena nggak kuat. hdeh.

haruto akhirnya balas meluk jeongwoo, lengannya dijadiin bantalan buat yang lebih muda sedangkan lengannya yang satu lagi meluk erat cowok itu. haruto bener-bener ngejadiin jeongwoo kayak boneka sinchan yang dipeluknya tiap malam.

"goodnight, sayangku."

🥀

ini kali pertama haruto temenin jeongwoo buat konsul ke psikiater. dan ketika denger kalau kondisi pacarnya itu semakin hari membaik, haruto sama sekali gak bisa nahan perasaan bahagianya.

"trauma ini bisa kambuh kapan saja. banyak kok orang-orang yang sayang sama kamu, jeongwoo. tolong semua perasaan yang mengganjal di hati kamu jangan dipendam sendiri. kamu boleh minum obat penenang dari saya kalau kamu merasa butuh, tapi jangan lupa buat selalu terbuka ke orang-orang terdekat."

"buat sehari-hari, berarti jeongwoo udah gak perlu konsumsi obat-obatan ya dok?" tanya haruto sambil genggam erat tangan jeongwoo di bawah meja.

anggukan dari dokter bikin dua anak adam itu tersenyum lega. setelah ngucapin terima kasih, mereka pamit dan keluar dari ruangan itu. dengan senyum lebar, haruto kelihatannya sama sekali gak berminat buat ngelepas tautan tangannya sama jeongwoo.

"eh, doyoung?"

langkah mereka berhenti. haruto lantas eratin tautan tangannya.

doyoung senyum tipis, reflek langsung nyembunyiin map yang ia genggam ke belakang punggungnya, "jeongwoo, lo habis konsul kah?"

jeongwoo ngangguk tipis, "iya. lo... mau ketemu bokap?"

doyoung ngangguk kecil sambil senyum tipis, tangannya perlahan nepuk bahu jeongwoo, "gue duluan ya. kalian berdua hati-hati di jalan," katanya sebelum cowok itu berlalu dari hadapan jeongwoo sama haruto.

kim doyoung perlahan ngetuk pintu warna putih gading di hadapannya, sebelum dibukanya pintu itu dan dia duduk di hadapan ayahnya. doyoung nyerahin map di genggamannya, ditatapnya gerak sang ayah yang mulai ngebuka map itu.

"berangkat tepat habis selesai ujian. bisa kan?"

dokter kim natap putranya dengan dahi mengerut, "kamu yakin? gak mau main sama temen-temen kamu dulu? ayah kasih kamu waktu satu minggu setelah ujian biar kamu bisa main sebelum berangkat ke amrik."

doyoung ngulum bibirnya, "semua formulirnya udah doyoung isi, kemarin juga udah sempet rekap nilai-nilai dari semester satu. semuanya ada di map itu. ayo berangkat satu hari setelah ujian, doyoung gak mau lama-lama disini."

🥀

"

aku kenyang banget ihh," jeongwoo turun dari motor sambil megangin perutnya. bibirnya mengerucut lima senti, bener-bener bikin haruto gak tahan buat memekik gemas dalam hati.

"yaudah nanti duduk duduk dulu, jangan pecicilan, jangan langsung tiduran. mami kamu ada di dalam kan?" tangannya gerak buat ngusak-ngusak rambut jeongwoo.

"tadi sih mami ngabarin katanya ada reuni sama temen SMA. gak tau paling bentar lagi pulang," jeongwoo senyum, "yaudah, kamu pulang sana. hati-hati, sampai rumah langsung kabarin aku."

cowok itu akhirnya masuk rumah dengan senyum yang senantiasa tercetak di wajahnya setelah mastiin motor sang pacar udah menjauh dari hadapannya. tapi begitu jeongwoo nutup pintu pagar, sebuah motor berhenti di depan rumahnya, bikin jeongwoo buka pagar itu lagi.

"paket ya?" tanyanya.

"iya, buat park jeongwoo."

jeongwoo nerima paket itu. dahinya mengerut samar, jeongwoo sama sekali gak ngerasa kalau dia habis belanja online. diam-diam dilihatnya penampilan si kurir yang cukup mencurigakan. tapi jeongwoo sebisa mungkin buat mikir positif.

"mungkin kado dari orang? tapi kok kurirnya cuma bawa paket buat gue doang?"

setelah bergelut sama pikirannya, jeongwoo akhirnya masuk ke dalam rumah. duduk di sofa, perlahan cowok itu ngebuka kotak kardus itu dengan perasaan gak enak.

dan betapa kagetnya jeongwoo ketika ngebuka kardus itu. yang ternyata berisi seutas tali, secarik kertas, dan sebuah cutter beserta gunting yang berlumuran darah.



































































lari dik jeongwoo, cepat lari...

insecure - hajeongwoo [✔]Where stories live. Discover now