Pertemuan itu

786 124 8
                                    


Jungkook memandang kota Jakarta dari ruang kantor yang berada 200 meter dari permukaan, menyajikan atap-atap rumah yang begitu rendah dibawah juga saling berhadapan dengan beberapa gedung tinggi seolah perisai kota. Dinding kantornya terbuat dari kaca, membuat segalanya terlihat jelas. Kendaraan padat dibawah, berbaris memanjang sambil merambat lambat di jalan.

Pikiran berkecambuk mencoba membuat banyak kemungkinan skenario yang akan terjadi. Dari banyak skenario yang terpikirkan, seluruh permulaan akan menjadi buntu di satu ending yang buruk. Jungkook kemudian menghela nafas jengkel.

'Semoga Yeonjun tidak berulah nanti' hanya itu harapan Jungkook.

Ada satu kebiasaan buruk yang akan kau dapatkan jika kau berdiri pada posisi tertinggi, bahwa kau tidak akan takut akan apapun. Begitu juga Yeonjun, yang terlahir dengan segala keberuntungan yang dilimpahkan dari sang ayah membuat Yeonjun tidak pernah takut akan apapun. Jungkook berjuang sangat keras untuk menanamkan tata krama pada sang anak, namun ketika amarah memuncak akal sehat sering kabur.

Kotak makan berwarna hitam legam mengkilau dihadapan Jungkook, kotak makan yang sangat mahal karena bahan dan model modern yang juga sedang trend akhir-akhir ini. Sepucuk kertas berwarna merah jambu menempel pada tutup kotak makan tersebut, aroma manis vanilla menempel pada setiap sudut kertas itu. Jungkook menyerambah, menatap pesan singkat diatas kertas tersebut.

Tulisan tangan Taehyung apik dan rapih, dengan lekukkan gemulai yang indah. Di kertas itu tertulis  

'Terimakasih untuk cicinnya,
 aku membuatkan makan siang ini karena aku tahu kamu akan tersenyum ketika menerimanya

Kim Taehyung'

Taehyung tidak salah, Jungkook tersenyum pada pesan singkat tersebut. Masih dengan senyum yang mereka, Jungkook membuka kotak bekal tersebut. Aroma daging bakar itu kemudian menyerbak, hangat masih terasa di permukaan sang daging. Jungkook hampir-hampir meneteskan liur oleh aroma sedap bekalnya ini. Taehyung memang cukup lihai memanjakan kekasihnya, bahkan indra pengecap pun rasanya terpuaskan sekali.

Maka siang itupun Jungkook menyingkirkan saja jauh polemik pikirannya, menikmati daging yang lezat harus dengan suasan hati yang bagus agar semakin terasa daging tersebut.


***


Yeonjun menatap pantulan diri pada cermin, tampak gagah dengan jas hitam legam membalut tubuhnya. Jungkook tidak jauh gagahnya, hanya saja akan semakin gagah tanpa bulir keringat yang rebas di wajah. Yeonjun tidak mengerti mengapa sang ayah nampak mengkhawatirkan, apakah ini rapat terkait bisnis yang menyangkut harta mereka selama ini? Hanya itu pikiran Yeonjun ketika Jungkook mengajaknya makan malam dengan orang yang katanya 'teman' Jungkook.

Mereka telah memesan sebuah meja, dalam setiap langkah yang Jungkook ambil ia merasa mual. Jungkook begitu gugup sampai-sampai dia tidak bisa membedakan apakah ini mual atau sakit perut.

Dilain sisi, Taehyung sudah terduduk manis di meja. Taehyung terus melatih senyum untuk mempersiapkan diri menemui Yeonjun. Taehyung nampak anggun dengan make up tipis dan blusong dengan bahan ringan yang memiliki kerutan di bagian pinggul membuatnya mengembang dan menggantung di bawah pinggang Taehyung yang ramping.

Yeonjun tidak nampak curiga ketika telah berdiri berhadapan dengan Taehyung. Yeonjun bahkan terkesima sesaat oleh pesona indah sang omega. Tangan Taehyung yang menjabat tangan Yeonjun terasa lembut seperti sentuhan kain sutra yang melayang-layang di kulit. Yeonjun masih sempat tersenyum, pikirnya urusan bisnis apa sang omega dengan ayahnya.

"Yeonjun tampan ya seperti ayahnya" Ucapan itu kemudian mengalir dari belah bibir Taehyung, mengalir hangat mencoba mencairkan suasana. 

Tapi hal ini tidak ditangkap baik oleh Yeonjun. Matanya memicing tajam kepada Taehyung, ucapan rayuan yang Yeonjun tangkap dari ucapan Taehyung. Kemudian rasa curiga sedikit tumbuh di diri.

"Tentu... siapa dulu ayahnya" Jungkook si mencoba santai, menegakkan tulang punggung sambil meneguk segelas air mineral. "Kamu sudah pesan makanan?"

Taehyung terus menampakkan senyum manis, tak lepas juga tatapan mata penuh perhatian pada Jungkook. "Mas saja yang pesankan. Aku tidak tau rekomendasi disini" Ucap Taehyung. Nama panggilan dari Taehyung untuk Jungkook terus terngiang di telinga Yeonjun, seolah menaburkan pupuk di bibit kecurigaan yang telah tumbuh di diri Yeonjun.

Yeonjun tak lepas dari sikap waspada, menatap tiap gerik kedua pasangan yang nampak saling bercengkrama penuh tawa bersama. Jungkook nampak lebih santai, pancaran matanya berbinar indah dibawah cahaya malam rembulan. Taehyung sendiri tidak dapat menyembunyikan rona merah pada pipi dengan pandangan penuh perhatian pada Jungkook. Yeonjun menyaksikkan segalanya, seperti potongan klise film romance.

Namun satu hal yang kemudian menarik kesadaran Yeonjun. Aroma manis vanilla yang selalu menempeli sang ayah, aroma yang perlahan-lahan melebur bersama aroma sang ayah sampai terasa samar di udara seolah kedua aroma tersebut telah menjadi satu. Yeonjun menarik sudut bibir membentuk senyum yang sinis.

"Sudah berapa lama kalian bersama?" Kata itu menghentikan segala kegiatan meja. Membuat Jungkook dan Taehyung sama-sama tertegun.

Taehyung masin nampak manis dengan senyumnya, meletakkan peralatan makan untuk lebih memperhatikan percakapan dengan Yeonjun. "Belum lama ini, ayahmu baru saja memberikan saya courting gift yang sangat cantik sekali" Taehyung bercerita, kisah yang kemudian terasa mencekik Jungkook saat itu.

"Yeonjun..." Jungkook mencoba meraih tangan Yeonjun, namun Yeonjun langsung menepis sang ayah.

"Kalau gitu nggak sulit dong untuk kalian putus?" Kata itu mengalir begitu saja dari Yeonjun dengan nada datar dan pandangan tanpa eksperisi kepada Taehyung.

Taehyung tertegun, menatap penuh rasa bingung kepada anak remaja dihadapannya. Jungkook nampak lebih panik, ia terus saja berusaha mengajak bicara sang anak dengan terus memanggil namanya.

"Aku nggak butuh orang tua lain selain ibu dan ayah. Jadi om bisa tolong tinggalkan ayah aku"

Kali ini Taehyung mengerti alasan dari segala kegelisahan Jungkook akhir-akhir setiap pembahasan Yeonjun diantara mereka. Taehyung mengetahui hal ini bisa saja terjadi namun tidak terbesit sedikitpun. Kebahagiaan terlalu menyelubung sampai-sampai melupakan kemungkinan buruk.

"Yeonjun!" Jungkook membentak, suara alpha yang jarang ia gunakkan terlepas begitu saja. Menggegerkan restoran sampai-sampai seluruh kegiatan disana terhenti. Taehyung bahkan nampak terkejut, tidak pernah ia melihat sosok Jungkook yang melepaskan seluruh aura alphanya.

Tapi Yeonjun malah terpingkal tertawa merespon suara sang ayah. "Sekarang ayah mau paksa aku pakai suara alpha ayah? Cuman demi omega ini ayah berani paksa aku?" Yeonjun tidak nampak takut, walau nada suara bergetar karena emosi namun tak sedikitpun ia nampak terpengaruh. "Ayah bisa memilih pasangan untuk ayah, tapi aku juga punya hak untuk menerima atau menolak sosok omega yang akan menjadi orang tua aku!" dan dengan kata itu Yeonjun bangkit, pergi meninggalkan segala keadaan yang telah berantakan.

Yeonjun berlari dalam diam, rebas air mata perlahan yang kemudian coba ia sembunyikan dengan menyekanya. Panggilan dari Jungkook terdengar beberapa kali sebelum akhirnya Yeonjun semakin cepat menjauh. Ia hanya ingin sendiri, hidup sendiri. Baru kemudian ia merasakan rindu yang amat besar terhadap ibunya. Namun percuma menghubungi sang ibu, toh sang ibu kurang peduli dan jarang mengangkat telepone dari Yeonjun. Jadi Yeonjun merasa sendiri, seorang diri di dunia ini. Terkhianati oleh ayah sendiri, setidaknya itu yang ia pikirkan.

Marry Your Dad | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang