Ayah

1K 150 18
                                    

Yeonjun kurang peka, ia jarang sekali memperhatikan sekitar. Sejak kecil ia sudah terbiasa menjadi center dunia. Dunia ayahnya dan dunia sekitar. Bukan tanpa sebab, Yeonjun tampan dan cerdas tidak ada yang tidak mengenalnya bahkan omega sering berkelahi memperebutkannya.

Ayahnya juga memperlakukan hal yang sama. Tidak pernah sekalipun ayahnya tidak mendengarkannya. Walau pola didik ini kurang baik, namun menurut Jungkook ini adalah cara untuk menebus rasa bersalah atas kehilangan ibu omega disaat Yeonjun sangat membutuhkannya.

Yeonjun jarang menaruh perhatian pada detail kecil. Jarang menanyakan kepada sang ayah bagaimana harinya. Walau begitu terkadang Yeonjun selalu senang jika sang ayah bercerita masa muda atau berbagi ilmu padanya.

Tapi sejak pertemuan dengan Taehyung, ia merasa lebih sensitif pada sekitar. Segala hal mengusiknya, perkataan teman, gongongan anjing tetangga yang bising, aroma caviar, lagu yang tengah populer dan selalu diputar di radio hingga sikap ayahnya.

Tidak ada perubahan pada Jungkook dalam mata Yeonjun sampai malam itu menyadarkan Yeonjun.

Malam itu ia melihat sang ayah terduduk dalam kegelapan dengan gelas wine. Warna pekat merah marun wine memantulkan sinar rembulan dan sang ayah bergeming saja pada kesunyian.

"Dihari tua nanti, dia mungkin akan terduduk diam seorang diri" ucapan Taehyung terdengar dalam kepala Yeonjun seperti potongan klip film yang diputar berulang-ulang.

Ucapan itu perlahan menjadi kenyataan, kesendirian yang selama ini luput dari Yeonjun nampak jelas mendekap sang ayah erat. Saat itu juga Yeonjun merasa takut, merasa takut kegelapan akan membelengguh sang ayah dan membawanya pergi.

Sejak itu kemudian kegelisahan yang Yeonjun rasakan terjawab. Ia takut kehilangan sang ayah, ia takut jika kesepian atau sosok omega lain merebut sang ayah.

Dengan gelisah Yeonjun meraih ponselnya, mencoba menghubungi satu nomor yang sangat ia hafal. Ia ingin menolong sang ayah dengan caranya sendiri. Dengan cara yang ia pikir adalah cara terbaik.

***

Amerika memiliki perbedaan waktu yang sangat jauh dari Indonesia. Hampir mencapai 12 jam perbedaan di kota Ibu Yeonjun tingga—Park Yuri.

Saat itu Yuri sedang berada dalam salah satu rapat direksi yang penting. Ponselnya memang ia silend namun seolah bayi yang meraung meminta asi, ponsel itu terus bergetar memanggil Yuri.

Yuri membaca kilas nama sang anak—Yeonjun—pada layar ponsel namun tetap memilih mengacuhkannya. Keadaan saat ini sangat tidak baik untuk ditinggalkan barang sesaat, terutama dihadapan direktur utama yang memiliki temprament kurang baik.

Walau begitu seketika rapat selesai Yuri langsung meraih ponsel dan menghubungi kembali. Jika pekerjaan telah terkendali, Yeonjun akan kembali menjadi prioritasnya. Hal ini membuat Yuri lupa pukul berapa di Indonesia saat itu.

Tengah malam, lebih tepatnya jam dua pagi dini hari. Yeonjun belum tertidur karena ia sudah hafal betul tabiak sang ibu yang baru bisa dihubungi beberapa jam berikutnya.

"Mom?" Yeonjun memanggil antusias. "Kapan main kesini?" Langsung Yeonjun pada tujuan utama.

"Ada apa? Kamu kangen mommy? Mau main kesini?" Yuri berucap sambil menatap lamat-lamat berkas pekerjaan. Memastikan notulen rapat hari ini tidak ada kesalahan penulisan.

Yeonjun menghela nafas, "aku mau mommy kesini—" pintanya dengan suara yang sedikit dimanjakan.

"Tidak bisa, sayang. Mommy banyak pekerjaan" kata klise yang sudah sangat Yeonjun hafal. Tapi Yeonjun tidak ingin menyerah kali ini, tidak demi sang ayah.

Marry Your Dad | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang