23/ Baper

55 12 1
                                    

Selamat membaca 💜






🌻🌻🌻

Anna:

Dra,

Gue cuma mau ngasih tau kalo kak Gafin sama keluarganya udah pindah  ke singapura. Jadi lo ga perlu khawatir lagi dia ganggu hubungan lo sama Lira.

Dan Araa sama keluarga gue, mereka putusin buat nitipin Ara ke keluarga gue selagi mereka disana.

Mungkin gak kembali, cuma akan sering berkunjung aja katanya. Dan waktu kapannya gue gak tau, Ara juga akan dibawa kesana.

Cuma itu aja sih, sori kalo gue lancang bilang gini. Kalo lo ada waktu lo bisa ketemu Ara.

Andra menatap layar ponselnya yang masih menyala, menampilkan room chatnya dengan Anna.

Cowok itu menghela napas panjang. Dia...mungkin senang Gafin pergi. Tapi di satu sisi, secara tidak langsung Gafin lah yang akan selamanya dekat dengan sang mama. Menemani masa pengobatannya disana.

Boleh nggak sih Andra iri? Jujur dia tidak rela. Dia ingin menemani sang Mama hingga pulih. Atau nggak, minimal dia masih bisa bertemu meski nggak bisa bertatap langsung.

Tok! Tok! tok!

Ketukan pintu dari luar kamar membuyarkan pikirannya, dia bangkit berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Dari sekolah,"

Andra menatap sebuah surat yang di sodorkan adik laki-lakinya, menerimanya lalu menatap remaja yang terpaut usia 3 tahun dengannya itu.

Sebelum pergi, remaja berusia 16 tahun itu menatap kakaknya singkat.

"Lo gak harus datang....kalo sibuk." ucapnya lalu berlalu pergi.

Argio Ditya, adik satu-satunya yang selama ini bergantung padanya setelah orangtua mereka pisah. Dan tentang kepergian sang mama dari sini, kakak maupun adik nya belum mengetahui.

Mereka jarang berkomunikasi namun Andra lah yang selalu ambil peran sebagai wali nya disekolah, mengambil raport, mendatangi acara penting yang mengharuskan membawa orang tua. Semua Andra yang melakukan.

Beda dengan dirinya yang kadang masih bisa menghubungi sang kakak untuk mendatangi acara seperti itu.

Argi tidak mempunyai keberanian untuk itu, setelah perdebatan keduanya beberapa tahun yang lalu sampai remaja itu harus menerima tamparan keras dari sang kakak, mulai saat itu Argi memutuskan hubungannya dengan kakak mereka. Menjauhinya sampai hanya bertatap muka saja enggan.

Dan satu lagi, fakta yang membuat keduanya benar-benar merasa tidak mempunyai siapapun di dunia ini lagi, karena kakak mereka, orang yang harusnya menjadi sandaran untuk keduanya sudah lama pergi dari rumah, dia tinggal di luar kota, bekerja disana mengurus perusahaan yang ditinggalkan Papanya begitu saja. Hanya sering mengirimkan uang untuk membiayai sekolah keduanya, jarang berkunjung juga ke rumah.

Andra menutup pintu, berjalan menuju kursi meja belajar dan duduk disana.

Dia membuka surat itu, membacanya.

Harus hadir pukul 9 pagi, dan Andra pasti harus izin, atau nggak dia bolos. Toh, nggak seharian dia bolos. Jadi bisa di atur.

Ponsel nya kembali menyala, nama Lira tertera disana. Andra dengan cepat membukanya.

Lira: Dra, besok bisa ga jemput gue?
Kalo ga juga gapapa, ga maksa.

Andra: iya.

My Boy FriendWhere stories live. Discover now