28- Masih sayang.

61 12 1
                                    

Selamat membaca 💜.

Maaf banyak typo.
.
..
.
.

Lira termenung sendiri di teras rumah, menunggu kakaknya itu keluar dan mereka akan berangkat bersama.

Padahal Andra semalam sudah bilang akan menjemputnya, tapi karena ini sudah siang dan cowok itu belum datang juga, akhirnya dia memutuskan berangkat dengan sang kakak.

Semalam juga Lira lupa bilang makasih ke Andra karena sudah mengantarnya. Dan baru pagi tadi dia mengirimkan pesan pada cowok itu, tapi sampai sekarang pesan yang dia kirimkan belum terbaca.

Sampai sekarang pertanyaan Andra semalam masih tergiang di pikiran. Lira tidak memberikan jawaban, pun Andra tidak bertanya kembali selama perjalanan pulang.

"Ayo berangkat."

Neo menghentikan langkah saat melihat Lira masih tak bergeming duduk di teras rumah.

"Heh!"

Lira tersentak saat kakak laki-lakinya itu mendorong pelan dahinya, membuat gadis itu berdecak kesal lalu berdiri.

"Paan sih?! Gue aduin mama baru tau rasa! Main dorong dahi aja!" kesal Lira menatap kakaknya penuh benci.

"Dasar tukang ngadu! Lagian lo masih pagi udah bengong, kerasukan baru tau rasa!" balas Neo tak kalah sengit.

"Ayo cepet masuk, ntar telat gue yang di salahin."  ujar Neo lagi.

Lira mendengus, namun tetap masuk mobil.

.
.
.

Lira tiba di koridor, berjalan sendiri, tidak seperti biasanya dengan kedatangan Andra yang tiba-tiba lalu mereka akan berjalan bersama menuju kelas.

Kali ini beda, membuat gadis berkuncir satu itu sesekali menoleh ke belakang memastikan keberadaan Andra.

"Udah siang gini masa belum berangkat?" gumamnya.

Melirik jam di pergelangan tangan menunjukan hampir pukul 7 pagi.

Karena biasanya Andra akan berangkat pagi, itu yang dia tahu dari kebiasaan cowok itu.

"Udah sampe kelas kali ya?" Lira bertanya sendiri, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

.
.
.

Andra memegang kepalanya yang berdenyut sakit, dia melepas helm, menatap pagar rumah Lira yang sudah tertutup, yang artinya gadis itu sudah berangkat.

Andra menghela napas, menumpu kepalanya dengan kedua siku bertumpu pada helm.

Dia telat, mungkin Lira menunggunya kelamaan jadi memutuskan berangkat sendiri, mengingat ini sudah siang.

Padahal keadaanya sedang tidak baik. Semalam sepulang mengantarkan Lira, Andra mendadak pusing. Lalu terbawa tidur dan paginya suhu badannya naik, dia demam namun karena dia sudah bilang akan menjemput Lira jadi dia paksakan berangkat sekolah.

Nanti juga akan hilang sendiri, begitu pikirannya.

Namun saat sampai di parkiran, pusing dikepalanya semakin hebat. Kepalanya berat, wajahnya jelas pucat. Andra menghiraukannya, tetap berjalan di koridor karena bel masuk sudah berbunyi.

🌻🌻🌻

"Cowok lo mana?"

Lira menatap bingung pada Aldo, lalu menunjuk dirinya dengan ragu.

"Gue?"

"Ya emang siapa lagi cewek yang Andra suka? Lo lah!"

Lira mendelik sebal, mengambil ancang-ancang untuk melempar cowok itu dengan buku. Membuat Aldo menutup kepala melindungi diri.

My Boy FriendWhere stories live. Discover now