24/ Jadian, mau?

64 11 4
                                    

Selamat membaca 💜.

Andra masih berdiam diri di bangkunya padahal kini sudah jam pulang, kebiasaannya, dia akan menghampiri Lira saat teman-teman gadis itu sudah pergi.

Lebih leluasa saja, agar tidak canggung jika menghampiri Lira saat dia masih bersama teman-temannya.

"Pulang sama siapa?" tanyanya saat Lira baru akan bangkit dari duduknya.

"Elo." jawab Lira.

"Gak dijemput?"

Lira menatapnya heran, dia memakai tasnya, keluar dari bangku dan mulai melangkah diikuti Andra dibelakangnya.

"Tumben banget nanya gitu, biasanya juga lo yang maksa gue buat pulang bareng." sahut Lira.

Gimana ya? Andra tidak mungkin menawarkan pulang bersama jika dia saja tidak ada motor. Maksudnya, motor miliknya kan dipakai Argi untuk pulang. Jadi mungkin dia akan naik taksi atau angkot lagi.

"Emang lo mau pulangnya jalan kaki?" tanya Andra kemudian.

Lira menatapnya sontak, mengerutkan dahinya.

"Kan pake motor lo,"

"Enggak, jalan kaki."

"Tadi pagi kan-"

"Udah deh, sana lo kedepan, nunggu kakak lo jemput." titah Andra menyela ucapan Lira.

"Tadi pagi gue nyuruh lo jemput gue tuk kak Neo lagi sibuk, ada acara gitu, dia juga gak bisa jemput. Jadi gue pulangnya sama lo."

Tapi kan Andra juga tidak tega membiarkan Lira jalan kaki bersamanya seandainya mereka tidak menemukan taksi sore hari seperti ini.

"Emang motor lo kemana?"

"Di pinjem."

"Siapa?"

"Temen."

Iya bohong, nggak mungkin Andra bilang di pakai Argi.

"Yaudah, kita bisa naik taksi."

Iya kalau ada. Kalau nggak?

"Kalau nggak ada jalan kaki, mau?"

Lira terdiam beberapa saat, sebelum kembali menatap Andra.

"Atau angkot?" tanya Andra lagi.

Boleh juga, mengingat selama ini Lira tidak pernah naik transportasi umum kecuali taksi.

"Ya-yaudah."

"Yaudah ayo."

Andra menarik tangan Lira untuk cepat-cepat sampai ke depan, karena setahunya angkot atau taksi di sore hari susah di temukan.

"Gue gak maksa lo ikut gue, lo bisa ikut pulang sama temen lo." ucap Andra saat mereka sudah sampai di pinggir jalan, menunggu angkot atau taksi muncul.

Lira menatap Andra tidak suka.

"Jadi gue gak boleh ikut lo?" tanyanya.

Andra menatap Lira, menghela napas sesaat sebelum berujar.

"Takut lo gak nyaman naik transportasi umum."

Andra tahu, Lira bukan tipe orang yang suka menggunakan transportasi umum. Gadis itu lebih sering dijemput kakaknya dan berpergian menggunakan mobil atau terbiasa membonceng motor bersamanya.

"Apasi Dra? Lo kira selama ini gue berangkat pulang sekolah naik mobil dan bonceng lo, terus gue jadi gak mau naik transportasi umum gitu?" tanyanya sensi.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang