8

133 28 4
                                    

Imperfect Me | Jaeyong

gabtiii cover lgii uweuwee

Happy reading (ू•ᴗ•ू❁)

"Tebak berapa lama yang ini.''

"Dua hari.''

"Tiga bulanan lah.''

"Tiga minggu udah mentok ni kayaknya.''

"Kalian ngitungin apa si? Tahun baru?''

Death glare keempat pemuda itu ditujukan kepada Yuda, si pelaku perusak suasana.

Juna sudah bilang kan kalau Yuda agak stress?

○●○

"Gue langsung balik aja ya Yan? Udah sore, adek gue dirumah sendiri juga.''

"Oh oke. Thanks ya.''

"Heem, titip salam ke bunda lo. Kapan kapan gue bawain kuaci.''

Tadi saat mereka dua selesai makan, gantian Tian yang bercerita tentang keluarganya ke Juna. Mulai dari dirinya yang tidak bisa makan pedas, minum kopi atau jajan sembarangan karena lambungnya yang manja. Ayahnya yang jarang ada di rumah dan bundanya yang cerewet.

Satu fakta lain yang Tian beberkan ke Juna adalah bunda Tian yang mungkin memiliki obsesi pada kuaci. Pasalnya setiap kemanapun, dimanapun, bunda Tian selalu membawa biji kuaci.

Perabotan dirumahnya juga banyak yang berbentuk menyerupai kuaci. Mulai dari keset rumahnya yang berbentuk kuaci, jam dinding, piring, hingga cat kamar mandi juga diberi motif kulit kuaci.

"Hahaha. Oke, nanti gue sampein ke bunda.''

Selepas Juna pergi Tian baru masuk ke dalam rumahnya.

"Sore banget pulangnya? Kemana aja? Bunda tanya Dito katanya kamu pulang sama temen mu? Siapa?''

"Satu - satu bundaku sayangg kalau bertanya. Iya, maaf Tian pulangnya kesorean. Tadi Tian mampir makan dulu sama Juna.''

"Siapa Juna? Mana anaknya?''

Kenapa bunda seram sekali sih kalau sedang marah? Tian jadi ciut nyalinya. Bunda kalian dirumah suka marah-marah juga tidak?

"Temen baru Tian. Anak Teknik sebelah. Tadi mau mampir tapi udah sore. Tadi anaknya juga nitip salam ke bunda, kapan-kapan mau dibawain kuaci.'' Suara Tian melirih saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

"Apa-apaan? Bunda mau di sogok sama kuaci ini ceritanya?''

Kan, bunda marah-marah lagi.

"Engg-''

"Ya udah suruh kesini buruan anaknya. Bawain kuaci yang banyak.''

Tian sweatdrop. Ini bundanya tidak sedang hamil lagi kan? Tian tidak mau punya adik.

"Ya besok dong bundaa.''

"Hm, yaudah kamu mandi abis itu istirahat. Awas kalo ngeluh perutnya sakit gara-gara jajan sembarangan.''

Bunda Tian berlalu dari ruang tamu ke dapur. Tianpun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tapi benar seperti dugaan bunda. Tian malamnya merasa perutnya melilit sampai ia menteskan air mata. Bunda yang panik pun tanpa berpikir dua kali menelepon Dito, karena ayah Tian berangkat dinas lagi tadi siang dan kembali 3 hari lagi.

Alhasil pada pukul 22.30 Dito pun tancap gas kerumah Tian dan membantu bunda membawa Tian ke rumah sakit. Lagi.

Padahal belum ada dua bulan yang lalu Tian baru pulang dari menginap di Puskesmas.

"Aduh Yan, lu abis makan apasih?'' Tanya Dito setelah Tian dipindahkan dari UGD ke ruang inap umum. Bunda yang mungkin lelah pun terlelap di brangkar sebelah yang kosong.

"Tadi cuma makan tahu campur, bersih juga kok. Nggak pedes juga.'' Tian memainkan selang infusnya. Dito pun geram dan menepuk tangannya.

"Sakit anjim!'' Sungut Tian.

Tian juga mengingat ingat apa yang sudah ia makan seharian ini. Tidak mungkin tahu campur yang ia makan dengan Juna tadi kan?

Tadi pagi sarapan dengan sop ayam buatan bunda, makan siang saat istirahat tadi ia juga membawa bekal sandwich, setelah itu membeli susu kotak rasa coklat di kantin, dan,

"OIYA!''

plakkk

"Kenapa nabok mulu sih lu?!''

"Bunda lo lagi tidur ibab.''

"Hehe.''

"Napa teriak teriak?"

"Gue inget Dit. Hehe. Tadi gue minta cilornya Ten.''

"Dikit?''

"Dua bungkus. hehe. Abisnya enak anjir.'' Tian jadi kepingin cilor lagi.

Tian ingat tadi saat ia meminta Ten menemaninya ke kantin untuk membeli susu coklat, anak itu membeli cilor goreng sebanyak tiga bungkus, kecil-kecil usus Ten panjang juga. Tian sebenarnya sudah mewanti-wanti dirinya sendiri agar tidak tergoda dengan cilor yang dibeli Ten. Tapi apalah daya, Ten malah menawarinya. Sebenarnya Ten juga tahu kalau lambung Ten bermasalah, tapi Ten kasihan dengan muka melas Tian. Memandanginya sambil mengenyot sedotan dalam kotak susu coklat yang telah habis sehingga berbunyi srooot.. sroott.. yang mengganggu.

Tapi setelah memakan dua biji cilor, Tian jadi ketagihan dan kalap sampai menghabiskan dua bungkus cilor goreng.

"Tck. Udah tidur sono. Gue balik ya? Besok balik sekolah gue ajak Ten kesini. Nanti bilangin ke bunda kalo udah bangun.''

"Iya. Thanks Dit, mau direpotin lagi. Hehe.''

"Gue sebenernya ga mau. Tadi kepepet, gue takut lo mati. Lo masih banyak utang ke gue.''

"Sialan.''

Semoga setelah ini Tian bisa mengendalikan hawa nafsu jajan sembarangan-nya. Ia juga merasa kasihan dengan bunda yang harus kesana kemari sendirian. Hahh, sepertinya bunda juga lupa mengabari ayah tadi. Biar besok saja, lagian juga sudah malam.

Thanks for Voted ☑
To be continued○○○

On process

Imperfect Me | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang