Bab 47

2.6K 285 75
                                    

• Haruno Sakura •

“Ah … hei?” sapaku bingung, menatap dari pintu kamar Sasuke tempat Izumi berdiri. Dia tersenyum lebar dan melompat-lompat kegirangan, terlihat bersemangat akan sesuatu. Melihat Izumi seperti ini membuatku cemas, karena ia menatapku penuh antisipasi. Sepertinya Izumi berharap aku melakukan sesuatu dengannya, dan setelah perjalanan spa beberapa hari yang lalu ketika aku entah bagaimana bisa setuju untuk waxing kemaluanku, aku tidak begitu yakin definisi bersenang-senang yang kumiliki akan sama dengannya.

Izumi tidak langsung bilang apa-apa, dia terus menatapku berseri-seri, jadi kulihat sekeliling kamar untuk sekali lagi memastikan bahwa aku sendiri. Aku terbangun dari tidur nyenyak beberapa saat yang lalu, karena ada suara gedoran keras, dan aku masih agak linglung karena mengantuk. Sasuke sudah tidak ada ketika aku bangun, sisi tempat tidurnya kosong dan dingin, sepertinya dia sudah turun dari tadi. Kulirik meja, sebagian besar hal-hal yang selalu dia bawa sudah tidak ada, kecuali arlojinya yang masih tergeletak di sana, dan itu membuatku bingung. Awalnya kukira aku bangun kesiangan, karena kunci mobil dan dompet Sasuke tidak ada, jadi jelas dia benar-benar sudah pergi, tapi tidak masuk akal Sasuke berangkat ke sekolah jika Izumi berdiri di depanku, padahal mereka satu sekolah. Kulirik jam, berusaha menjernihkan pikiran. Sekarang jam biasa aku dan Sasuke bangun tiap pagi.

“Apa kau butuh sesuatu?” tanyaku setelah beberapa saat, kembali ke Izumi. Dia mengangguk.

“Aku ingin kau ganti pakaian agar kita bisa pergi,” kata Izumi. Dahiku berkerut karena bingung.

“Kita mau kemana?” tanyaku ragu-ragu.

“Kita akan habiskan hari ini bersama,” kata Izumi bersemangat. “Kita akan pergi sarapan dan kemudian berbelanja. Kita juga ada janji hari ini di spa … “

Saat kata itu keluar dari bibir Izumi, aku langsung tegang, mataku melebar. “Spa?!” aku langsung menyela, panik karena membayangkan harus kembali ke tempat itu lagi. Izumi berhenti bicara dan menatapku.

“Ini spa tangan dan kaki, khusus manikur dan pedikur. Kita hanya akan merawat kuku tangan dan kaki saja,” kata Izumi.

Aku curiga menatapnya. “Benarkah?” tanyaku. Izumi tersenyum dan mengangguk.

“Ya, sungguh! Sumpah, kita akan tetap pakai baju,” kata Izumi. “Lagi pula, ini ide Sasuke, jadi kau tidak bisa menyalahkanku kali ini.”

“Sungguh?” tanyaku penasaran, bertanya-tanya kenapa Sasuke menyarankanku pergi ke spa hari ini. Kulirik tanganku, melihat kuku-kuku jari yang sering kugigiti dan menghela napas. Aku tahu kakiku juga tidak terlalu bagus, tapi Sasuke mestinya paham kondisi kakiku buruk, karena semua pekerjaan yang terpaksa kulakukan dulu. Aku langsung bertanya-tanya apa Sasuke tidak senang dengan kondisi kakiku, tapi dia terlalu sopan untuk mengatakan sesuatu tentang hal itu. Sasuke pada dasarnya bukan orang yang menahan diri jika punya pendapat, tapi aku juga tahu Sasuke takkan mengatakan sesuatu yang berpotensi menyakiti perasaanku.

“Ya, sungguh,” kata Izumi lagi, membenarkan bahwa itu memang ide Sasuke. Aku menghela napas dan mengangguk, meliriknya.

“Oke. Tapi bukankah kau harus sekolah?” tanyaku. Izumi tersenyum dan mengangkat bahu.

“Aku izin libur. Ada hal yang jauh lebih penting untuk dilakukan hari ini daripada duduk di kelas,” kata Izumi.

“Oke, kalau begitu.” Aku tersenyum kecil padanya, terkejut Izumi berpikir menghabiskan hari denganku atas permintaan Sasuke akan lebih penting daripada sekolah. “Aku mandi sebentar dan bersiap-siap.”

Izumi mengangguk. “Bagus! Aku akan menunggumu di dapur.” Izumi berbalik dan berlari menyusuri lorong dengan penuh semangat, kuikuti saja apa yang telah mereka rencanakan untukku. Aku termenung sejenak menatap depan pintu sebelum melirik tanganku lagi. Kugigit-gigit bibir ini dengan gugup. Apa bentuk tangan dan kakiku benar-benar mengganggu Sasuke?

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang