Prolog

19K 1.1K 89
                                    

Tepat hari ini, enam belas tahun yang lalu, seorang gadis berbaring di tanah yang lembap, di tengah gubuk kecil yang kumuh, gelap, agak bau jerami bercampur kotoran hewan, melahirkan bayi perempuan yang prematur. Dia sangat ketakutan. Dia berusaha melakukan segalanya sebaik mungkin, mengertakkan giginya agar tidak bersuara meskipun sakit yang dia derita begitu hebat, mengejan dan menyambut bayi ke dunia ini sendirian. Dia potong tali pusar si bayi dengan gunting kebun dan membedungnya dengan kain yang telah dia kumpulkan, berusaha sekeras mungkin agar bayinya tetap hangat. Dia tahu dia melahirkan bukan pada waktunya, tidak mungkin usia kandungannya sudah menginjak usia 9 bulan. Bayi itu mungil - dia tidak tahu berapa berat badannya, tapi sepertinya tidak lebih dari 2,5 kg. Jerit tangisnya terdengar lemah, tubuhnya agak biru, tapi dia tidak akan menyerah demi putrinya. Dia gendong bayi mungil itu sepanjang malam, menimang-nimangnya, berusaha memberinya makan, tapi dia sama sekali tidak tahu bagaimana cara membimbing putrinya agar mau menyusu.

Membayangkan hidup setelah melahirkan membuat gadis itu ketakutan, dan dia mengalami serangan panik. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dia ngeri membayangkan apa jadinya jika dia punya anak kembar. Menghadapi satu orang bayi saja rasanya dia akan gagal, dia tidak tahu bagaimana cara membesarkan seorang anak. Dia pun sebenarnya masih kecil, masih remaja, usianya bahkan belum genap enam belas tahun. Saat dia gendong bayinya malam itu, menatap wajah kecilnya yang mengernyit sambil membelai tangan mungilnya dengan satu jari, dia bayangkan dunia luar yang dia tinggalkan. Dunia di mana bayi perempuannya ini bisa berkembang. Di mana putrinya bisa pergi sekolah dan punya teman, dunia di mana putrinya bisa jatuh cinta dan menikah. Dunia di mana putrinya bisa memiliki rumah sendiri, karir sendiri, dan keluarga sendiri. Dunia di mana putrinya bisa punya pilihan, kebebasan.

Karena dia tidak memiliki semua hal itu. Dia hanyalah seorang budak, nasibnya berada di tangan orang-orang yang memilikinya. Dia diculik ketika masih bayi, kedua orangtuanya dibunuh. Para penculik tahu mereka bisa dapatkan uang dalam jumlah besar dengan menjualnya ke penawar tertinggi, tak peduli apa yang akan mereka lakukan padanya.

Di satu sisi, dia merasa beruntung. Dia tahu dia bisa saja berakhir di tempat pelacuran pedofil, tapi untungnya tidak. Dia dibeli sebagai hadiah, sebagai anak untuk wanita yang sangat menginginkan anak perempuan, tapi tak dapat hamil lagi. Wanita itu sudah memiliki seorang putra, proses kelahirannya berjalan sangat traumatis hingga membuatnya mandul. Mereka tidak bisa mengadopsi anak secara legal, karena suaminya memegang catatan kriminal yang begitu serius, dan izin adopsi takkan pernah dikabulkan oleh hakim mana pun. Jadi mereka beli seorang anak di pasar gelap.

Kehidupan tidak berjalan dengan baik, gadis itu malah jadi bumerang. Alih-alih mengisi kekosongan, kehadirannya justru jadi pengingat bagi wanita itu bahwa dia tidak bisa lagi punya anak dari darah-dagingnya sendiri. Gadis itu lalu disingkirkan, diabaikan. Dia memang memiliki nama depan yang sama dengan mereka, tapi mereka tidak punya ikatan darah dan rasa kekeluargaan. Segera setelah dia cukup besar dan pandai berjalan serta bicara, dia dibiarkan untuk berjuang hidup sendiri dan dipaksa mengurus seluruh kebutuhan mereka.

Keluarga itu punya kekuatan yang besar. Dia sesungguhnya tidak begitu tahu mereka terlibat apa, tapi yang jelas - apa pun yang mereka lakukan bukanlah hal yang baik. Mereka punya beberapa orang budak, dan selama bertahun-tahun dia lihat sendiri budak-budak dibunuh karena berusaha melarikan diri. Tidak ada yang bisa melarikan diri. Kau akan segera ditangkap jika coba-coba, dan kau akan dibunuh di depan semua budak lain sebagai pengingat bahwa merekalah pemilikmu.

Dia tidak terlalu sering melihat putra mereka, karena putra mereka itu sekolah di asrama dan biasanya menghabiskan libur musim panas dengan bepergian bersama keluarga. Dia selalu ditinggal saat mereka berlibur, tapi tak pernah dia ditinggal sendiri. Selalu ada seseorang yang mengawasi.

One Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang