19. Khawatir

119 20 49
                                    

Safira dan Nathan kini tengah dalam perjalanan mengantar si gadis pulang setelah selesai belajar bersama. Sebenarnya tidak bisa disebut begitu karena hanya Safira yang belajar sementara Nathan sibuk dengan ponselnya.

Seketika gadis itu teringat jika ia belum membeli perlengkapan bulanannya karena stok di rumah sudah menipis.

Ia menepuk punggung Nathan pelan dan sang empu menoleh.

"Nath, kita mampir ke minimarket dulu, ya. Aku mau beli sesuatu," katanya lalu Nathan mengangguk.

Setelah sampai, Safira langsung masuk dan mengambil keranjang yang tersedia di dalam, bahkan ia melupakan Nathan yang langsung ikut mengekor di belakangnya.

Safira mengambil beberapa keperluan dapur dan alat mandi serta beberapa camilan dan kebutuhan wanita.

Gadis itu sibuk memilah produk mana yang akan ia beli, sesekali melihat label harga. Ia harus berhemat, pasalnya ini adalah akhir bulan dan keuangannya sudah menipis.

Setelah sekiranya selesai membeli barang yang ia butuhkan, gadis itu langsung beranjak ke kasir.

Nathan membawakan belanjaan gadis itu setelahnya dan mereka berdua keluar dari minimarket.

Safira kembali memeriksa barang yang dibawa Nathan, setelah dirasa tak ada yang kurang gadis itu menggandeng tangan Nathan.

Tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang baru turun dari mobilnya dan sepertinya hendak menuju ke arah minimarket juga.

"Papa," batin Safira, ia panik sekarang. Dengan cepat ia menarik tangan Nathan dan berjalan dengan tergesa.

"Nath, ayo cepet!" katanya sambil menyeret kekasihnya.

Nathan sedikit bingung kenapa tiba-tiba Safira menjadi panik dan wajahnya berubah pucat seolah baru bertemu dengan hantu. Bisa ia lihat bahu gadis itu bergetar.

Ingin ia bertanya apa yang terjadi padanya, tetapi Nathan pikir itu akan membuat gadisnya tidak nyaman, jadi ia urungkan niatnya.

Lelaki itu melajukan motornya setelah keduanya naik dan perlahan motor mulai bergerak menjauhi area minimarket.

Di sepanjang jalan Safira hanya diam, lebih sering melamun. Nathan sangat penasaran ada apa dengan gadisnya, tetapi mulutnya kaku.

Bahkan gadis itu langsung turun dan berjalan duluan ke dalam rumah tanpa menunggu Nathan.

Setelah membuka kunci pintu rumah, Safira langsung mengusir Nathan dengan halus. "Nath, kamu pulang aja, ya. Aku capek hari ini."

Nathan kira Safira akan menceritakan hal yang membuatnya tiba-tiba berubah gundah, tetapi kenyataannya gadis itu malah mengusirnya.

"Lo kenapa, Saf?" tanya Nathan, ia sudah tak tahan lagi memendamnya.

"Aku gak apa-apa, cuma sedikit pusing," bohong Safira.

"Lo sakit? Kita ke rumah sakit aja, ya?" tawar Nathan, ia merasa iba melihat wajah Safira yang masih tampak pucat.

"Aku cuma butuh istirahat aja, jadi mending sekarang kamu pulang." Lagi, Safira mengusirnya.

Nathan memaksakan senyum lalu membelai rambut gadisnya. "Kalau perlu sesuatu langsung telpon gue, oke?" Safira hanya mengangguk.

Gadis itu langsung masuk ke rumahnya setelah motor Nathan melaju, menjauh dari sana.

Safira menutup pintu dan menguncinya, ia menjatuhkan dirinya di balik pintu.

"Kenapa harus ketemu Papa lagi? Untung aja tadi aku cepet pergi jadi Papa gak sempet liat aku," dengkusnya.

Fall in Love with Gangster Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang