24. Berakhir

125 21 71
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi yang menandakan bahwa waktu ujian telah berakhir.

Dua guru yang bertugas sebagai pengawas mengambil lembar soal dan jawaban milik para siswanya lalu menata dan memasukkannya ke dalam map.

"Baiklah, karena waktu sudah selesai kalian bisa pulang. Selamat istirahat. Jangan lupa besok kembali masuk untuk melihat pengumuman lebih lanjut mengenai libur semester," kata sang guru lalu pergi keluar kelas.

Semua siswa tampak senang karena akhirnya sebentar lagi sekolah kembali libur setelah menghabiskan waktu dua minggu untuk ujian semester satu.

Safira masih duduk di tempatnya, tidak memedulikan teman-teman sekelasnya yang sibuk berbincang mengenai rencana liburan bersama.

Hari ini adalah hari terakhir ujian berlangsung dan ia sama sekali belum melihat Nathan karena kelas mereka terpisah menjadi dua, bahkan ia tidak tahu di kelas mana Nathan mengerjakan ujiannya.

Safira mengambil sesuatu dari dalam kantungnya, sebuah cincin yang terbuat dari akar yang terlihat sedikit layu.

Ia menggenggam cincin tersebut sambil menghela napas kasar. Kembali mengantonginya dan berjalan keluar kelas sambil menggendong tas punggung miliknya.

Sudah hampir satu bulan ia tidak berkomunikasi dengan Nathan, dan selama itu pula Maurin kembali mengganggunya meski tidak secara terang-terangan.

Dan hari ini terjadi lagi, gadis itu rupanya sudah menunggu Safira di luar kelasnya.

Menatapnya dengan tatapan malas, Safira kembali bertanya, "Mau apa lagi? Belum puas?"

Maurin menariknya dan mendorong Safira hingga membentur tembok di belakangnya. "Gue gak akan puas sebelum liat lo bener-bener hancur dan menjauh dari Nathan."

Safira tertawa sinis. Bagi Safira, Maurin adalah gadis yang cantik, bahkan ia mengakui kalau Maurin lebih cantik dari dirinya, namun mengapa gadis cantik seperti dirinya tidak memilih untuk mendekati pria yang jelas-jelas tidak merespon dan memandang keberadaannya. Padahal sudah jelas jika Maurin adalah gadis populer di sekolah, pasti banyak lelaki yang mengincarnya bukan?

Maurin yang melihat senyum Safira merasa terhina. Gadis itu kembali menabrakkan punggung Safira di tembok yang ada di belakangnya.

Safira meringis. "Kenapa? Sakit?" tanya Maurin sambil menyeringai.

"Sekarang Nathan udah gak peduli sama lo lagi, jadi gue bisa bebas siksa lo kayak satu tahun yang lalu." Maurin melayangkan tangannya, ingin menjambak rambut Safira.

Namun gadis itu mencekal lengan Maurin, merematnya hingga Maurin kesakitan. "Lepas!"

Safira mendorong Maurin hingga jatuh. Ia berjongkok di depan gadis itu. "Kamu denger baik-baik. Selama belum ada kata putus dari bibir Nathan maka Nathan masih milik Safira.

Gak peduli seberapa sering kamu deketin dia, Nathan tetap milik aku. Oh, satu lagi yang harus kamu ingat, aku gak pernah takut sama kamu, Maurin."

Safira menepuk pundak Maurin lalu pergi dari sana. Semua orang terkejut melihat keberanian Safira yang mendadak muncul.

"Maurin, lo gak apa-apa?" tanya salah satu temannya. Mereka membantu Maurin bangkit.

"Ngapain masih di sini? Kejar dia!" pekiknya.

Sementara Safira, setelah turun dari lantai dua, ia bergegas berlari karena yakin Maurin dan teman-temannya akan mengejar dirinya.

Dan benar saja, suara langkah kaki mereka terdengar, mengikuti Safira dari belakang.

Fall in Love with Gangster Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang