Bab 63 - Charity Night

107 29 2
                                    

Pagi Izy dimulai dengan meriah. Teman-teman Andrew membuat formasi nama IZY di halaman sekolah dengan badan mereka. Lalu formasi itu langsung bubar bak pin bowling yang berhamburan terkena lemparan sepatu Andrew.

Kemeriahan tidak berhenti di sana. Siang harinya Daisy menahan Izy di lorong di belakang kantin. Izy langsung tahu kalau ini pasti soal Andrew. Benar saja, dengan tangan terlipat di dada, Daisy memindai Izy dari ujung rambut sampai ujung kaki sampai membuat Izy risih. "Lo nggak beneran pacaran sama Andrew kan?"

Tidak ada sapaan 'Kak', tidak ada kalimat pembuka, Cewek itu menyerocos saja padahal mereka sama sekali tidak kenal satu sama lain. Pada titik itu, lambung Izy keburu mendidih. "Kenapa?" tanya Izy balik.

"Lo kan..." Daisy tidak melanjutkan kalimatnya. Namun, dari caranya memandang Izy, Izy tahu apa yang hendak dia sampaikan.

"Apa? Nggak secantik elo? Nggak sekaya elo?"

Daisy bungkam, memainkan rambut sambil melempar pandangan ke arah tembok. Menyebalkan sekali.

Izy menjentikkan jari di depan wajah Daisy, bukan untuk menghipnotis tapi mengembalikan fokus cewek itu. "Lo pasti pernah denger kan gue pacaran sama Galen Valda? Kalau sama Galen aja gue bisa, kenapa sama Andrew nggak?"

Selama beberapa detik mereka beradu pandang jengkel satu sama lain. Kalau saja Andrew tidak muncul secara tiba-tiba, Izy sudah pasti balas menggebrak Daisy.

Memangnya Izy takut? Izy punya guru soal gebrak-menggebrak, namanya Renata. Izy ingat betul pesan Renata waktu itu. "Kalau ada yang ngelempar lo batu, balaslah melempar bunga." Pada titik itu Izy sempat mengira Renata benar-benar bijak. Ternyata ucapan Renata belum selesai. "Jangan lupa sama potnya juga."

"Kak Andrew?" Daisy gugup bercampur panik. Sempat Daisy melirik Izy, mungkin bertanya-tanya apa Izy mengadu pada Andrew.

Sebelum Andrew bisa membuka mulut, Izy menyela. "Drew, besok sore bisa jemput nggak ke rumah? Katanya mau berangkat bareng buat Charity Night." Ide itu tercetus secara spontan di kepala Izy.

Andrew tak bisa menyembunyikan rona pipi di wajahnya. Namun, dengan cepat ia bisa membaca situasi menyaksikan Daisy juga ada di sana. "Oke. Jam 3 gimana?"

"Oke." Izy mengangguk lalu pergi. Ia bahkan terlalu kesal untuk bahkan sekedar mendelik pada Daisy.

* * *

"Drew, sori ya, kemarin gue cuma mau gertak si Daisy."

Walau Izy sudah menjelaskan situasi kemarin, pada nyatanya mobil Andrew benar-benar tiba di depan rumah Izy tepat jam 3 sore.

"Kenapa lo bener-bener jemput gue dah?" protes Izy pada Andrew.

Andrew menanggapi dengan cengiran. "Nggak apa-apa. Sekalian aja beneran jemput."

"Bukan itu masalahnya!"

"Kak Izy! Grabnya udah dateng?" Reo keluar lewat pintu depan menyeret kotak make up Naura. "Lho? Kak Andrew nge-Grab sekarang?"

"Ngawur!" Izy menjitak kepala adiknya.

"Kompor udah mati, Zy?"

Terlambat. Ibunya terlanjur mengira hal yang sama dan sudah mengunci pintu rumah.

"Adik sama nyokap gue ikut," bisik Izy pada Andrew tanpa membuka katup giginya.

Disertai sebuah tawa kecil, Andrew mengulurkan tangan pada Naura. "Andrew, Tante. Temen sekolahnya Izy."

"Oh... Andrew yang nganter Izy ke bengkel sepeda?"

"Iya, Tante," Andrew menjawab sopan. "Barang-barangnya taruh di bagasi belakang aja." Andrew kemudian memandu Reo menuju mobil.

Drop ShotWhere stories live. Discover now