Bab 90 - Redemption

85 19 2
                                    

Sky berkembang sangat pesat!

Galen tertegun. Kemampuan anak itu jauh melampaui apa yang Galen saksikan 2 tahun yang lalu. Teknik, kecepatan, ketahanan, semuanya! Sky lebih serius dari perkiraan Galen soal pertandingan ini. Sky benar-benar memanfaatkan waktu 2 tahun ini untuk mengasah skill bulu tangkisnya semaksimal mungkin. Bahkan menurut penuturan Rex, Sky melipatgandakan keseriusannya dalam 2 minggu terakhir.

Bukankah memang begitu seharusnya?

Galen seharusnya mencontoh apa yang Sky lakukan. Berlatih, berlatih, dan berlatih! Bukan larut dalam berbagai drama kehidupan. Fokus Galen hanya boleh tertuju pada satu hal: menang!

Batin Galen menghukum dirinya sendiri. Apalagi tiap kali Galen melirik papan skor. Selisih skor mereka semakin tipis. Galen membiarkan pikiran kalutnya mengambil alih. Alhasil Galen dibutakan emosi. Ia segera mengerahkan cadangan tenaganya untuk menggempur Sky.

Namun, nampaknya semesta belum bersama Galen. Semakin digempur, semakin Sky bisa membaca gerakan Galen. Galen bahkan curiga Sky mulai bisa memetakan permainan Galen. Galen jadi ingat, 2 tahun yang lalu Galenlah yang berhasil memetakan permainan Sky terlebih dahulu. Hal itu membuat Galen menang telak. Apa kali ini keadaan dengan mudahnya terbalik?

***

Shit!

Galen mengumpat dalam hati saat Sky akhirnya menyalip Galen. Smash Galen terakhir berhasil dihalau Sky. Bola berikutnya, Sky langsung membalik keadaan. Hari itu Sky membuat permainan Galen terlihat seperti permainan anak SD.

Terdengar jelas volume teriakan suporter berpindah. Kini suporter Sky menggila, suporter Galen perlahan bungkam. Galen tak pernah sekesal ini. Kesal bercampur frustasi, lebih tepatnya, karena waktu pun seakan ikut berlari mengejar Galen. Pada tahap itu, Galen membeku. Ia berdiri kaku di belakang net memandangi sosok lawannya.

Kemudian pandangan Galen mencari Izy di tribun. Agak mustahil melihat raut wajah Izy dari jarak sejauh itu, tapi entah pikiran Galen justru memproyeksikan wajah kecewa Izy.

Aku mengecewakanmu... Aku nggak pernah membanggakanmu... Aku selalu membuatmu bersedih... Galen meracau dalam benaknya.

Mungkin kalau Galen tetap menjadi Galen yang dulu, hal ini tidak akan terjadi. Berpegangan hanya pada dirinya sendiri, tidak mengenal siapa pun, tidak peduli apa pun selain bulu tangkis. Altra masih akan menjadi sponsornya. Sakya Buana akan baik-baik saja. Dia bisa berfokus untuk menang. Tidak perlu takut mengecewakan siapa-siapa.

KAU GILA YA?

Suara lain menyadarkan Galen dari lamunannya. Bagaimana bisa Galen melimpahkan kekesalannya pada orang yang selalu ada untuknya? Apa Galen lupa? Kurang dari setahun Izy telah membuat Galen tersenyum melebihi yang semua orang lain lakukan seumur hidup Galen!

Galen mundur beberapa langkah, pikirannya pun begitu. Ia mencoba menyusuri ingatan, bagaimana ia bisa terpuruk dalam kondisi itu.

Tadi...

Di awal pertandingan, Galen memulai dengan sangat baik. Manuver-manuvernya tidak pernah gagal. Sky sempat tersudut dan tak berkutik. Bagaimana cara Galen kembali pada kondisi itu?

Tunggu...

Galen memang memulai pertandingan dengan kuat atau Sky hanya sedang mempermainkannya?

Mempermainkannya?

MEMPERMAINKANNYA?

"Kenapa lo? Takut kalah dari gue?" terdengar teriakan menghardik Sky dari seberang.

Galen tersulut. Berani-beraninya bocah itu!

Galen mengamati kembali lawan finalnya. Bocah menyebalkan berambut ikal, berwajah angkuh, berisik, pelit, sering menguntit Galen. Itulah wujud asli Sky! Galen heran sendiri kenapa Galen sampai membiarkan dirinya terintimidasi oleh akting cool Sky di lapangan hari ini. Padahal Sky ya Sky! Bocah yang setiap hari ingin dipites seperti kutu sama Izy.

Drop ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang