Bab 2 - Misi Rahasia

218 43 0
                                    

"Kamu harus cari tahu segala sesuatu tentang Galen. Mulai dari pola latihan, makanan, kebiasaan, temannya... Pokoknya semuanya!"

Suara Ian ketika menjatuhkan misi itu pada Izy terngiang kembali dan membuat kepalanya berputar.

"I put my life buat masukin kamu ke klub sebesar Sakya Buana karena aku tahu aku bisa percaya sama kamu, Izy. Can I trust you?"

Mata indah Ian yang berbinar dan hangat napas laki-laki itu terasa nyata kembali di tengah-tengah kericuhan dalam lapangan indoor Kalpata. "Iya, Kak Ian. Iya..." Izy mendekap wajahnya, menyerah dalam kepasrahan.

Cynthia dengan jahil menarik tangan Izy tanpa aba-aba, membuat wajah malu Izy terpampang di hadapan semua orang. "Tuh kan! Lo ngefans berat pasti sama Galen! Muka lo merah banget!" ledek gadis itu puas.

"HEH! CEKIKIKAN AJA KALIAN! PEMANASAN SANA!" Bang Felix, pelatih mereka, meneriaki dari dalam lapangan.

Izy menghela napas panjang. Hari pertama sudah sekacau ini. Dia tidak hanya jadi bulan-bulanan di klub gara-gara semua orang dengar soal wajahnya yang merah karena melihat Galen, kena hukum, tapi juga seseorang langsung mencurigainya padahal baru 5 menit latihan dimulai.

"Lu beneran anak batch 3?" tanya seorang laki-laki keturunan Tionghoa berwajah tirus tajam yang menghampiri Izy tanpa perkenalan.

Izy mengangguk pelan.

"Kok payah sih?"

Jleb!

"Tangan... Tangan gue abis keseleo."

Bukannya percaya, kening laki-laki itu justru semakin mengerut. "Gue juga batch 3. Tapi gue nggak inget pernah ketemu lo."

Izy berharap tanah di bawah mereka membelah dan menelan tubuhnya hidup-hidup. "Ada... Rambut gue panjang waktu itu... Mungkin lo nggak inget..."

Lawan bicara Izy berhenti sejenak, nampak berkutat dengan batinnya sendiri selama hampir semenit sebelum akhirnya meninggalkan Izy dengan berat hati. Begitu dia menghilang dalam kerumunan, kaki Izy bergetar seperti agar-agar. Ia langsung lunglai dan terduduk lesu di atas lantai.

Kenyataannya, Izy tidak pernah ikut seleksi. Entah bagaimana, Ian ujug-ujug menyodorkan surat penerimaan Sakya Buana untuk Izy dan mengatur segala sesuatunya.

Ian memang begitu. Kalau dia sudah menginginkan sesuatu, dia pasti berhasil mencari cara untuk mendapatkannya. Karena itulah dia berada di daftar pemain terbaik, bersanding dengan Galen Valda. Fakta kalau Galen tak tergoyahkan dari tahtanya ternyata cukup mengusik Ian sampai-sampai ia menyelundupkan Izy ke dalam klub elit ini.

Kak Ian, tolongin Izy!

* * *

"Galen itu orangnya tertutup banget. Dia selalu latihan terpisah dari yang lain. Nggak pernah ngomong sama siapa-siapa selain pelatihnya."

Izy melaporkan hasil pengintaiannya di hari pertama pada Ian di kantin saat jam pulang sekolah. Ian menyimak sambil terus menggeser foto Galen yang Izy ambil diam-diam lewat ponselnya. Memandangi Ian adalah hobi Izy. Entah kenapa rasanya begitu menyenangkan. Rambut hitam yang sedikit berjambul di bagian atas, wajah bersih tanpa cela, mata berbentuk kacang badam, sedikit lesung pipit--aaah! Semuanyaaa! Izy suka semuanya!

Izy boleh bangga. Tidak semua orang bisa bicara sedekat ini dengan Ian. Beruntung orang tua mereka berteman baik, jadi Izy sudah mengenal Ian sejak kecil. Sejak kecil pula Izy naksir Ian. Sejak Ian melindunginya dari bully anak-anak nakal di SD mereka, lebih tepatnya. Gara-gara itu, Izy mengekor sekolah yang Ian pilih sampai sekarang mereka sama-sama bersekolah di SMA Internasional Azura Γ (Gamma) di daerah Cilandak, Jakarta.

Drop ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang