Bab 76 - Konsekuensi

147 36 9
                                    

"Saya mohon maaf sebesar-besarnya atas semua huru-hara yang saya sebabkan."

Galen tidak tahu gesture apa yang harus ia gunakan permintaan permintaan maaf sebesar itu di hadapan belasan pasang mata paling penting selama karir bulu tangkisnya. Jadi Galen memilih untuk membungkuk sedikit.

Hening.

Tidak ada yang bersuara. Semua orang menyimpan ucapan mereka dalam pandangan masing-masing.

Berbagai macam pandangan diterima Galen. Ada yang senang menyaksikan Galen, seperti Coach Indra dan Mentari. Galen cukup terkejut dengan sikap ramah Coach Mentari mengingat dia pasti jadi salah satu yang paling direpotkan saat Galen pergi.

Ekspresi wajah orang-orang dari pihak Altra terbelah. Renata menjaga raut wajahnya tetap datar. Galen paham. Renata tidak mau pertemanan mereka membuat dirinya dicap tidak profesional.

Seorang wanita berambut sepanjang dagu di samping Renata bengis menatap Galen. Kalau tidak salah namanya Bu Erina, Head of Marketing dari PT Altra. Sebelum ini Bu Erina selalu bersikap ramah pada Galen. Namun kali ini tatapannya menyiratkan tak ada maaf tersisa untuk Galen. Nampaknya kerusakan yang Galen timbulkan cukup besar, terlepas Galen sudah membayar denda pemutusan kontrak sepihak.

"Senang melihatmu kembali, Len." Pak Fuad, Kepala Altra Foundation, memutuskan untuk memecah keheningan. Mata pria itu menyiratkan hanya kelelahan. "Pintu Kalpata selalu terbuka untukmu latihan, kalau hanya itu yang kamu inginkan." Pria itu menghela napas cukup panjang. "Tapi kalau Mountbatten yang kamu incar, saya tidak punya kewenangan. Sebaiknya rekan-rekan dari PT Altra yang angkat bicara."

Pak Fuad mengoper bola pada Bu Erina. Wanita itu tak langsung bicara melainkan membuka laptopnya terlebih dahulu. Setelah membaca layar laptop itu, baru dia membuka mulut. "We have no budget left. Sebaiknya kamu cari sponsor lain."

Galen merasa atap di atas kepalanya runtuh mendengar vonis itu. Selama ini Altra selalu royal dalam mengeluarkan dana sponsorship mereka untuk Galen. Apa pun yang Galen perlukan pasti mereka penuhi. Kejuaraan mana pun, berapa pun biayanya.

"Terus terang, sikap kamu waktu itu membuat kami merombak semua penilaian kami soal kamu, Len. Kami nggak mau kecolongan lagi. Kerugian yang kamu timbulkan terakhir kali terlalu besar bagi brand kami. Bahkan belum terpulihkan sampai saat ini. Bukan cuma masalah finansial, tapi juga image dan trust dari customer."

Bibir Galen mengatup keras. Galen kehilangan kata-kata untuk membela diri. Memang seharusnya tidak ada ruang bagi itu. Galen bisa membayangkan bagaimana wanita itu mengutuk keras begitu mendengar kabar pengunduran diri Galen tempo hari.

"Is there anything I can do to fix it, Bu Erina?"

Tak butuh waktu lama untuk wanita itu menolak tawaran Galen. "I'm afraid no, Galen. It's over. Kamu sebaiknya cari sponsor lain. Nggak bisa dipungkiri, saya pribadi menantikan pertandinganmu di Mountbatten. Mungkin bisa coba perusahaan ayahmu? Terakhir kali aku dengar mereka sempat mensponsori seorang atlet bulu tangkis perempuan ke Mountbatten."

Sindiran keras yang mengakhiri ucapan Erina cukup menohok. Galen tak menyangka pihak Altra juga sampai tahu soal itu. Tentu saja setelah semua dosa-dosa yang ditinggalkan Darren, perusahaan ayah Galen tidak punya dana untuk sponsorship. Mengembalikan profit ke angka semula saja belum tentu bisa dalam waktu dekat ini.

"Are you sure, Bu?"

Pertanyaan Renata membuat semua kepala menoleh.

"What do you mean?" Erina terdengar jengkel sampai-sampai tidak menyisakan ramah tamah sedikit pun untuk putri pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

Drop ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang