Hukuman

49.7K 3.9K 128
                                    

Siang itu dengan cuaca yang sangat panas terdapat tiga namja sedang duduk di halte bus, siapa lagi kalau bukan Haechan, Jaemin, dan Renjun. Karena sekarang mereka tidak memiliki kendaraan pribadi ditambah lagi tidak ingin membuat repot sopir, mereka lebih memilih naik bus untuk pulang ke kediaman masing-masing.

Ketiganya sudah berkeringat akibat bus yang datang sedikit terlambat, Haechan dan Jaemin masih bisa menganggap ini panas biasa tapi sepertinya Renjun tidak. Sedari pergi sekolah pagi tadi ia terus mengikatkan sebuah syal berkain tipis pas lehernya, apa anak itu tidak kepanasan?! Jaemin dan Haechan saja merasa akan mati jika memakai syal di cuaca yang hampir 40 derajat.

Akibat lelah menunggu kepastian bus itu akan datang atau tidak, ketiganya lebih memilih naik taksi untuk pulang kerumah mereka. Sebelum naik kedalam taksi mereka melakukan pelukan perpisahan, padahal malamnya mereka akan bertemu lagi.

"Kabari aku jika kau dapat masalah" ujar Renjun pada Haechan. Renjun merasa bertanggung jawab atas mobil yang Haechan jadikan taruhan semalam, Haechan mengangguk.

Selama perjalanan menuju kediamannya, Haechan terus-menerus merapalkan berbagai macam doa hingga lidahnya sendiri terbelit. Otaknya sedari tadi menata kata yang akan ia katakan jika orang tuanya memberi pertanyaan, bisa dikata ia sedang mempersiapkan senjata sebelum berperang.

Setelah melakukan perjalanan sekitar 30 menit kini Haechan sudah sampai di kediaman keluarga Seo. Dengan ketetapan hati Haechan mengetuk pintu besar itu yang langsung dibuka oleh seorang pelayan.

"Selamat datang tuan muda, tuan dan nyonya besar sudah menunggu anda di ruang keluarga" ujar kepala pelayan yang biasa di panggil paman Ahn.

Sebelum pergi ke ruang keluarga Haechan berjalan mendekat kearah paman Ahn lalu menyenggol lengan pria tua itu agar menghadap kearahnya. "Paman apa akan terjadi hal buruk kepadaku?" Tanya Haechan dengan suara yang sangat pelan

Paman Ahn hanya mendengus pelan saat tuan muda kecilnya itu bertanya. "Pergilah temui Appa dan Eomma mu, maka kau akan dapat jawabannya" setelah mengatakan itu Paman Ahn langsung pergi meninggalkan Haechan dengan wajah di tekuk.

Tuhan kumohon selamatkan aku

Haechan memasuki ruang keluarga yang sudah terdapat Appa nya yang menatap lurus ke depan, membuat Haechan harus meneguk ludahnya kasar. "Appa.. aku pulang" ucap Haechan pelan dan menampilkan senyum manis andalannya.

"Duduklah" Haechan langsung melaksanakan apa yang diperintahkan oleh sang Appa.

Suasana menjadi sangat mencengkram dan Haechan tahu riwayatnya akan tamat saat ini juga, hingga sebuah tangan melingkarkan disekitar pundaknya. "Anak Eomma sudah pulang rupanya" ucap girang seorang pria manis yang sama sepertinya.

"Eomma~" Haechan langsung membalikkan tubuhnya lalu memeluk tubuh sang mommy.

Appa Haechan yang melihat itu hanya merotasi matanya malas saat ibu dan anak itu sedang melepas rindu. "Bisakah kau tidak mengganggu dulu, Ten?" Ten hanya menatap tajam suaminya itu lalu melepaskan pelukannya pada sang putra.

"Ck tidak usah terlalu serius, John" ucap Ten jengkel saat suaminya itu terlalu serius.

Johnny membiarkan ibu dan anak itu melepas rindu terlebih dahulu setelah itu baru ia akan mengintrogasi anak bungsu kesayangannya, hingga sampai acara melepas rindu itu selesai dan Ten sudah duduk manis di sampingnya.

"Appa ingin menanyakan sesuatu kepadamu, Haechan" Haechan mengangguk, untungnya tadi ia sudah berlatih sebelum perang ini dimulai.

"Kemana mobilmu?" Tanya Johnny menatap dalam putra bungsunya.

"Bengkel" jawab Haechan cepat, walaupun sudah pasti jawaban yang ia berikan sepenuhnya bohong.

"Lalu motor Bugatti milik Jaemin?" Haechan bingung saat pertanyaan itu langsung mengarah pada Jaemin.

Future [Markhyuck] ✓Where stories live. Discover now