Tanggung Jawab

36.9K 2.6K 250
                                    

Jangan lupa vote dan comment
.
.
.

Haechan berlarian di koridor rumah sakit, jujur saja sekarang sudah menunjukkan pukul 00.21 dan ia berlarian di rumah sakit dengan hanya memakai sweater dan juga celana pendek yang tertutup oleh panjangnya sweater itu.

Haechan berlarian bak orang kesetanan menuju ruangan tempat Renjun di rawat, berlarian sambil sesekali meringis kesakitan pada bagian bawahnya sungguh hal yang gila baginya.

Brak

"RENJUN!" Teriak Haechan menggelegar ke seluruh koridor rumah sakit itu.

"Ini rumah sakit, Chanie" ingat Mark yang berada di belakangnya.

Haechan hanya menyengir menganggapinya, ia segera masuk dan melihat keadaan Renjun yang masih tertidur.

"Dia baik-baik saja, kan?" Tanya Haechan.

Jaemin tidak menjawab dan hanya memberikan kertas hasil pemeriksaan Renjun.

Mark ikut melihat apa isi kertas itu, tubuh Haechan menegang saat melihat isi kertas itu 'dinyatakan positif hamil' tangan Haechan meremat pelan kertas itu.

"Telfon teman mu itu sekarang! Atau akan ku seret dia kesini!" Perintah Haechan pada Mark.

Mark yang hampir menghubungi Guanlin tapi tertahan akan suara Renjun.

"Ja-ngan" lirih Renjun membuat keempatnya terkejut.

"Kau baik-baik saja?! Ada yang sakit?" Tanya Jaemin khawatir.

Renjun tersenyum tipis lalu memegangi tangan sang adik. "A-aku baik, ku mohon jangan beritahu dia" perkataan Renjun membuat Haechan dan Jaemin tidak setuju dengan itu.

Haechan berjalan mendekati brankar itu, lalu menggenggam tangan itu. "Kau harus memberitahunya Ren, ada darah dagingnya di dalam tubuhmu" jelas Haechan berharap jika Renjun mau mengikuti sarannya.

Renjun mengangguk pelan. "Aku akan memberitahu, tapi tidak sekarang. Aku ingin memberinya kejutan"

Tunggu bukankah ada sebuah kejanggalan disini?! Bukannya Renjun baru saja siuman lalu dari mana ia tahu kalau sekarang ia sedang mengandung.

"Yak dari mana kau tahu kalau kau sedang mengandung?!" Tanya Jaemin bingung.

"Mual, pusing, nafsu makan yang berbeda dari biasanya, dan aku lebih cepat lelah dari biasanya. Aku sudah merasakan selama seminggu, jadi apa lagi jika bukan karena ada sebuah nyawa dalam diriku" jelas Renjun panjang lebar.

Jaemin yang awalnya kalut, pusing, dan stres memikirkan bagaimana nasib sang kakak, ternyata hanya membuang-buang tenaganya saja.

"Kenapa kau tidak memberi tahu kami lebih awal, hah?!" Sepertinya kesabaran Jaemin sedang di uji saat ini.

Renjun menyengir. "Aku lupa" bisakah Jaemin mencabut infus yang berada di tangan putih itu dengan sekali tarikan, masa bodoh dengan darah yang akan keluar banyak. Ia bahkan hampir gila karena Renjun yang pingsan mendadak.

"Tapi.. dia kemana?!" Tanya Renjun dengan raut sedih, Jaemin tahu arah pertanyaan itu.

"Kami belum mendapatkan kabar apapun tentangnya" perkataan Jeno itu membuat raut wajah Renjun berubah murung.

Kau kemana?!

****

Angin yang menerpa helaian rambut itu, suara terpaan air menjadi alunan melodi di telinganya, dan terangnya bulan malam ini menjadi penemannya. Hal ini sungguh membuat Guanlin merasa tenang.

Selama seharian ini ia sengaja tidak memegang ponselnya, ia sedang tidak ingin di ganggu. Banyak hal yang ia pikirkan, semua kalut dan campur aduk, ada beberapa hal yang ia takutkan.

Future [Markhyuck] ✓Where stories live. Discover now