▪︎4-Between Us▪︎

57 9 20
                                    

Siang hari setelah mengantar kedua orangtuanya ke bandara. Jericho langsung mengunci diri di rumah sembari mengerjakan tugas kampus. Awalnya ia ingin menjemput Bea untuk menemaninya di rumah, tetapi gadis itu menolak dengan alasan sedang mencari teman lain.

Namun, siapa sangka jika teman yang dimaksud oleh Bea adalah Jachy. Sosok lelaki yang paling dibenci oleh Jericho, karena aura lelaki itu sangat aneh dan mengancam.

"Aku izinin kamu buat bawa teman lain, tapi harusnya kamu gak bawa cowok aneh ini, Be," ujar Jericho datar sembari menatap tajam lelaki di sebelah Bea.

Sedangkan lelaki dengan manik mata dark grey itu malah mengulas senyum pada Jericho. Sama sekali tidak tersinggung atau pun marah dipanggil 'cowok aneh' oleh Jericho.

"Bukan gitu, Jer. Kamu tahu kan temenku gak banyak, dan dari tiga orang yang aku ajak cuma Jachy yang mau bu-"

"Sejak kapan kamu temenan sama dia?" tanya Jericho menampilkan sisi posesifnya.

Jachy terkekeh kecil lalu menepuk-nepuk bahu Jericho. "Jangan posesif begitu, Jer. Rumahmu jauh dan di luar dingin sekali, bukankah kau harusnya menyuruh kami masuk dan menyiapkan teh hangat."

"Ck!" Jericho memutar bola mata. "Bea aja, kau bisa pulang!"

"No!! Aku gak mau cuma berduaan sama kamu, Jer. Makanya aku ajak Jachy, karena cuma dia yang mau. Dan kalau kamu ngusir Jachy ... aku pun akan pulang," ancam Bea.

Ancaman gadis itu membuat Jericho semakin kesal pada Jachy. Rasanya ingin sekali Jericho melempar lelaki itu ke Nam Koo Terrace, agar bisa dibunuh oleh ribuan penunggu di sana. Terdengar kejam, tetapi senyum miring yang terpatri di bibir Jachy membuat amarahnya semakin berapi-api.

"Jer, boleh, kan? Lagipula kita bisa sambilan ngerjain tugas kelompok di sini," pinta Bea lagi.

Jericho mengembuskan napas frustasi. "Baiklah, tapi ada syaratnya. Dia-" Ia menunjuk Jachy, "gak boleh macam-macam dan  gak boleh lepas dari pantauanku."

"Tenanglah! Aku tidak seburuk yang kau pikirkan," ucap Jachy sembari menepuk-nepuk bahu Jericho. "Boleh kami masuk? Di luar dingin."

Jericho menyampingkan tubuhnya agar Bea dan Jachy bisa masuk ke dalam. Mereka lalu masuk ke ruang keluarga untuk beristirahat. Kedua netra milik Jachy sibuk mengamati figura foto berbagai ukuran yang terpasang di dinding putih itu.

Ia mengulas senyum miring saat melihat patung salib dan Bunda Maria di atas lemari kaca.

"Kalian pasti keluarga yang taat agama," komentar Jachy sambil merebahkan diri di atas sofa.

"Tentu, grandpa-ku pendeta," sahut Jericho.

Jachy manggut-manggut paham. "Lalu apa itu Sally dan Mark Tuan?"

Jericho dan Bea sama-sama membulatkan mata lebar saat mendengar pertanyaan Jachy. Mereka baru saja saling mengenal, tetapi bagaimana lelaki itu bisa mengetahui nama kedua orang tua Jericho?

Melihat reaksi Jericho dan Bea membuat Jachy terkekeh. "Aku jago menebak sesuatu, dan apa aku lupa kalau aku juga jago meramal sesuatu?"

•••

Ratu malam bersinar malu-malu di angkasa lepas, ditemani hamparan bintang yang membantunya menyinari malam ini. Udara di kota Hongkong semakin dingin, membuat Jericho memutuskan untuk makan malam di rumah dengan bahan makan seadanya.
Jachy melanjutkan tugas di ruang keluarga, sedangkan Jericho dan Bea sibuk berkutat di dapur menyiapkan ramen instant sebagai makan malam.

"Gimana kabar dari Belanda?" tanya Bea sambil membuka bungkus ramen.

Jericho mengedikkan bahu. "Mama sama papa seperti menyembunyikan sesuatu padaku tentang kematian grandpa."

Bea hanya terdiam, menyimak jawaban yang dilontarkan Jericho. Ia takut jika berkomentar nanti malah akan menyakiti hati lelaki itu mengingat hubungan Jericho dan kakeknya sangat akrab.

"Waktu mendapat kabar bahwa paman Lucas pembunuhnya, mereka bertengkar hebat. Mama sama sepertimu, dia gak percaya kalau paman Lucas pembunuhnya," lanjut Jericho.

"Mungkin saja memang bukan Lucas pembunuh kakekmu, Jer," sahut Bea. "Ah ... maksudku, kamu pernah cerita kalau mereka teman yang akrab sejak kecil, tante Sally lebih tahu tentang Lucas dan di-"

"Cuma karena mereka dekat? Lalu apa kamu gak tahu kalau paman Lucas pernah ngejar mama?"

Pertanyaan itu sukses membuat bola mata Bea melotot lebar dan hampir saja menjatuhkan panci di tangannya.

Lucas Wong pernah mengejar tante Sally?

"Bisa jadi dia membunuh grandpa untuk balas dendam ke papa karena udah merebut mama darinya, bukankah begitu, Nona Bea Kinanta?"

"Ta-"

"Tapi dia sangat religius? Please, open your eyes, Be! Jangan terlalu membela idolamu. Aku tau kamu suka dengan paman Lucas, tapi semua bukti terarah padanya. Apa kamu masih membela lelaki itu?" potong Jericho dengan nada tinggi.

Urat-urat di wajahnya tercetak jelas. Rahangnya mengeras dan tangan mengepal kuat untuk meredam emosi. Meski rasanya menjengkelkan saat wanita pujaan berada di pihak yang salah.
Sedangkan Bea terdiam di tempat. Baru kali ini ia melihat Jericho semarah ini. Namun, meski begitu ia sama sekali tidak bisa percaya bahwa Lucas bisa membunuh orang, apalagi seorang pendeta besar di negara kincir angin itu.

Mungkinkah kematian grandpa Jericho disabotase? Dan Lucas dijebak oleh seseorang?

•TBC•

Aku gak mau mikir, jadi menurut kalian gimana?

Klandestin [SEQUEL CINDERELLA'S WINTER]Where stories live. Discover now