▪︎5-Close The Eyes▪︎

47 8 27
                                    

Siapa sangka mantan idol dan seorang aktor besar di negeri Belanda kini berakhir mendekam di balik jeruji besi.  Seantero negeri mendadak heboh kala wajah tampan Lucas terpampang di seluruh channel televisi sebagai pembunuh John Tuan, seorang pendeta yang juga merupakan ayah sahabat masa kecilnya dulu.

Kini namanya meroket kembali, tetapi bukan karena prestasi. Berbagai hujatan dilayangkan pada aktor tampan itu. Meski begitu tidak sedikit orang yang masih menyangkal akan kebenaran berita itu.

Termasuk Sally salah satunya. Bola matanya menatap Lucas berkaca-kaca. Ditatapnya sahabatnya sejak kecil itu dari balik kaca yang membatasi mereka berdua.

"Aku gak melakukan itu," ujar Lucas sambil menatap Sally tepat di kedua netranya.

"I know that. Aku tahu kamu orang baik dan gak mungkin untuk menyakiti paman Tuan," sahut Sally.

Kedua bola mata cokelat muda milik Lucas menyorotkan rasa sakit yang mendalam. Ingin sekali rasanya ia merangkul tubuh lelaki itu dan menenangkannya. Sama seperti yang Lucas lakukan saat kesedihan datang menghampirinya dulu.

"Tapi aku gak punya bukti mau pun alibi. Malam kejadian itu aku hanya diam di rumah," ucap Lucas lagi.

"Apa itu gak bisa dijadikan alibi?"

Lucas menghela napas lalu menggeleng. "Sayangnya gak bisa, aku sendirian di rumah."

"Tunjukan aja cctv! Bukannya di rumahmu ada cctv, gak mungkin artis sebesarmu gak ada cctv," ucap Sally.

"Cctv-ku tiba-tiba rusak malam itu." Lucas mengusap wajah frustasi. "Padahal itu satu-satunya bukti agar aku bisa dibebaskan dari tuduhan ini."

Cctv rusak? Tiba-tiba ingatannya tentang kematian Bambam kembali muncul. Mark pernah bercerita bahwa cctv di apartemen lelaki itu rusak saat hari kejadian dan meski ia yakin bahwa Anton pembunuhnya. Namun, pihak polisi menegaskan bahwa hal itu adalah kasus bunuh diri.

Tubuh Sally mendadak gemetar. Ia memainkan anak-anak jarinya sembari menatap ke sekitar.

"Ini ulah Anton," lirih Sally.

Lucas mengernyitkan dahi lalu memajukan badan. "Kamu bilang apa?"

"Ini ulah Anton, iblis itu pasti sudah menjebakmu," jawab Sally pelan dengan mata menatap ke setiap penjuru arah.

"A-anton?" Lucas semakin mengernyitkan dahi kala Sally menyebut nama yang tampak asing di telinganya itu. "Siapa dia?"

"Dia pendeta di gereja setan itu, Lucas. Belasan tahun lalu dia menghilang setelah membunuh baba, Jackson gege dan Bambam. Sekarang aku yakin dia kembali lagi dan pembunuhan paman Tuan adalah cara dia menyampaikan salam padaku, aku yakin itu," jawab Sally menjelaskan secara rinci dan singkat.

"Maksudmu gereja yang didatangi Julian?" tanya Lucas.

Ia masih ingat betul bahwa sebelum pernikahan Sally dan Mark, teman satu grupnya dulu itu mengaku bahwa ia adalah bagian dari sekte satanisme. Sekte yang membuat keluarga Sally menjadi hancur lebur.

Sally mengangguk kencang. "Tunggu, Julian? Julian pasti tahu caranya bagaimana melawan Anton. Aku harus menemui dia, kau tahu di mana aku bisa ketemu dengannya?"

Lucas menganggukkan kepalanya.

"Di mana? Katakan! Aku harus menemuinya cepat, selagi Mark sibuk mengurusi kematian paman di gereja," tanya Sally.

"Mark gak tahu kamu ke sini?" tanya Lucas tampak terkejut.

Sally terdiam sejenak. "Itu tidak penting! Kamu jawab aja pertanyaanku biar aku bisa secepatnya menemukan Julian dan bantu membebaskanmu dari penjara."

"Dia masih di apartemen yang sama saat kamu datang pertama kali dengan Jackson untuk mengajari kami anggar," jawab Lucas.

Sally langsung beranjak bangun. "Aku per-"

"Sally," panggil Lucas memotong kalimat Sally, "kalau Mark percaya aku pembunuh ayahnya, percayalah padanya. Anggap saja ini sebagai rasa bersalahku padanya karena telah menuduhnya pembunuh mama-mu belasan tahun lamanya."

Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Lucas membuat Sally terdiam. Lagi-lagi iblis mempermainkan hubungan yang terjalin di antara mereka.

"No! Aku akan membuktikan kalau kamu gak salah. Aku gak mau kalau nanti ... Mark merasakan hal yang sama sepertimu."

•••


Matahari berada di puncak kepala. Namun, Sally tetap semangat menyusuri jalan menuju apartemen Julian bermodalkan joygle map. Belasan tahun tak menginjakkan kaki di Belanda membuatnya buta arah, sebab ada banyak perubahan di negeri itu.

Gedung-gedung yang menjulang tinggi semakin banyak, diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Namun, kenapa Anton dan para iblisnya masih berkeliaran di dunia modern ini?

"Hah!" Sally menepuk dahinya. "Aku lupa apa nama apartemennya, harusnya tadi aku tanyakan dulu ke Lucas," keluhnya lalu berbalik arah menuju kantor polisi kembali.

Saat sedang melangkah tiba-tiba Sally berhenti saat melihat sesosok lelaki berjaket kulit hitam tengah berdiri di depan pintu kantor polisi sembari menatapnya tajam. Ia meneguk ludah samar saat lelaki itu berjalan menujunya.

"Sedang apa kamu di sini? Bukannya aku suruh kamu untuk tetap di gereja?" tanya Mark menatap Sally nyalang.

"A-ak-"

Mark mencengkram kedua bahu Sally kuat. "Aku udah bilang, Sal supaya kamu tetap diam di gereja, karena cuma di sana kamu aman!"

Wait!

"Cuma di sana aku aman?" Sally terkekeh kecil. "Kamu ... sebenarnya juga percaya kalau bukan Lucas pelakunya bukan?"

Mark terdiam mendengar kata-kata yang dilontarkan Sally. Ia lalu melepas cengkramannya pada bahu Sally saat gadis itu membalas menatapnya nyalang.

"Aku tahu kamu percaya Anton yang melakukannya, karena di saat yang lain gak percaya pada Jackson gege, tapi kamu percaya kalau Bambam dibunuh bukan bunuh diri. Lalu kenapa sekarang kamu gak percaya sama Lucas?" tanya Sally dengan mata berkaca-kaca.

Mark terdiam lalu mundur beberapa langkah ke belakang.

"Kenapa kamu diam aja, Mark? Aku benar, kan?"

"Apa aku egois kalau kali ini aku tutup mata?"

Kini giliran Sally yang terdiam setelah mendengarkan Mark.

"Dulu dia menuduhkan yang membunuh mama padahal dia lihat sendiri kalau mama tak sengaja tertabrak karena menyelamatkan aku, dan dia buat aku harus menjauh darimu, dan buat kamu benci denganku. Apa aku egois kalau melakukan hal yang sama?" tanya Mark dengan tatapan kosong.

"Mark! Tapi Lucas masih kecil waktu itu!" bela Sally.

Mark tersenyum tipis lalu ia kembali maju dan membawa Sally ke dalam pelukannya. "Mari kita sama-sama menutup mata, lalu pulang ke Hongkong, Sal. Anton gak akan menemukan kita di sana."

Sally lantas langsung mendorong tubuh Mark menjauh. "Dia iblis, Mark! Aku harus tuntaskan semua di sini, aku gak akan pulang sebelum urusanku dengannya selesai. Aku-" Sally menarik napas lalu mengembuskannya. "Aku gak mau pulang dan menyeret Jericho ke dalam lingkaran ini."

"Walau aku gak bisa jadi ibu yang baik bagi Jericho, tapi setidaknya aku mau anakku punya masa depan yang cerah. Aku gak mau dia mengalami hal yang sama sepertiku dulu."

•TBC•

do u miss julian?

Klandestin [SEQUEL CINDERELLA'S WINTER]Where stories live. Discover now