💸 𝟶𝟹

2.2K 168 10
                                    

Suara alunan alat musik tradisional Jepang memenuhi ruangan milik Toji. Dibalik wajah sangarnya, pria ini suka mendengarkan musik-musik yang bisa merelaksasi otaknya ketika sedang bekerja. Bagi Toji, mendengarkan musik adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya.

Hari ini, [name] sudah menemani Toji sejak jam tujuh malam. Tiga jam lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan. Tapi tidak masalah, karena Toji memberikan bonus cukup banyak untuk hari ini.

Malam ini pun, ada beberapa pria di ruangan Toji. Pria-pria itu merupakan bawahan yang bekerja untuk Toji. Mereka sibuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh Toji. Entah apa yang mereka catat, [name] tidak tahu karena dia tidak pernah bertanya apapun. Menurut [name], pekerjaan Toji adalah hal yang privasi. [Name] tidak mau mencampuri apapun yang berkaitan dengan privasi seseorang, termasuk bosnya.

Toji mengangkat kedua tangannya keatas sambil mengeluarkan erangan khas orang yang sedang merenggangkan ototnya. Sudah hampir dua jam dia duduk di takhtanya sambil memeriksa beberapa berkas yang dikerjakan oleh bawahannya. Padahal cuma sekedar memeriksa dan menandatangani, tapi tubuhnya lelah sekali.

"Mungkin lebih baik aku duduk di kursi saja," ucap [name] yang saat itu sedang duduk di pangkuan Toji, "Kau lelah kan?"

[Name] sudah duduk di pangkuan pria itu sejak ia duduk di tempat ini, artinya sudah hampir dua jam yang lalu. Toji sendiri yang meminta [name] untuk duduk diatas pahanya. Sambil duduk dan menemani Toji bekerja, [name] kadang memijit bahu serta bagian belakang kepala Toji. Sesekali ia menuangkan minuman untuk bosnya.

Toji menggeleng, "Tetap duduk disini dan jangan kemana-mana," larangnya. Satu tangannya merangkul pinggang [name] dan menariknya lebih dekat, sedangkan tangan yang satunya memegang dagu [name] dan menatap bibir ranum itu lamat-lamat, "Kenapa bibirmu selalu terlihat menggoda?"

Toji menggoda [name] tanpa memikirkan perasaan para bawahannya yang juga ingin melakukan hal yang sama. Disaat mereka bekerja, Toji malah asyik bermain dengan perempuan. Mereka pun hanya bisa menenggak air liur mereka melihat si Bos sambil menahan keinginan mereka.

[Name] tersenyum malu mendengarnya. Seperti yang biasa dia lakukan, dia sendiri menggoda lawan mainnya. Matanya yang indah seperti kristal menatap bibir Toji seraya tangannya mengusap bekas luka yang ada di bagian kanan bibir pria itu, "Sepertinya kau sangat menginginkan bibirku, Bos."

Toji menggumam. Salah satu sudut bibirnya terangkat, "Hm hm, kalau iya memangnya kenapa?" Tanyanya seraya ia mendekatkan kepalanya hingga hidung mereka bersentuhan.

[Name] terkikik, begitu pula dengan Toji yang begitu senang menggoda [name] seperti ini. Mereka merasa dunia milik mereka berdua saja, sampai akhirnya dunia mereka lenyap ketika seseorang masuk ke ruangan itu.

Toji dan [name] langsung menoleh ke pintu masuk. Manik hijau Toji menatap tajam orang tersebut. Dari wajahnya saja [name] tahu kalau Toji sedang kesal. Karena orang itu masuk kesini, aktivitas mereka jadi terhenti.

"Wah, wah! Rupanya kau sedang bersenang-senang disini, Fushiguro Toji!"

Laki-laki berambut terang dengan anting-anting di telinganya tersenyum miring seraya ia mengucapkan kalimat tersebut. Pemuda itu mendekati para pekerja Toji sambil memeriksa pekerjaan mereka.

Toji menghela napasnya kemudian ia berkata pada [name], "Kau boleh turun ke bawah dan lakukan pekerjaanmu."

Dengan terpaksa, laki-laki berambut kelam itu menyuruh [name] turun ke area kelab dan bekerja disana. Padahal ia masih ingin bersenang-senang dengan [name].

"Eh? Lalu, bagaimana denganmu?"

"Pekerjaanmu denganku disini sudah selesai, kau boleh ke bawah."

𝐋𝐈𝐕𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐌𝐎𝐍𝐄𝐘,toji ✓Where stories live. Discover now