💸 𝚎𝚡𝚝𝚛𝚊 𝚌𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛

1.5K 131 9
                                    

Toji membuka kedua matanya. Tangannya meraba ke samping tempat ia tidur. Ia mendapati [name] sudah tidak ada disana. Saat ia bertanya-tanya dimana [name] sekarang, aroma harum tercium di hidungnya, memberitahunya bahwa [name] berada di dapur sekarang. Toji pun menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan melangkah menuju dapur.

Bibirnya tersungging keatas kala manik hijaunya mendapati [name] sedang asyik memasak sambil sesekali bersenandung. Wanita itu bahkan tidak menyadari bahwa sejak tadi sepasang mata berwarna hijau sedang menatapnya mesum. Toji mendekati [name], melemparkan senyum manisnya untuk istri yang telah hidup bersamanya selama bertahun-tahun ini.

"Ohayō, istriku."

"Ah, ohayō, Toji." Balas [name] yang masih sibuk dengan masakannya.

"Kenapa kau memanggil namaku? Kau seharusnya memanggilku dengan sebutan 'suamiku'." Gerutu Toji sambil mengerucutkan bibirnya.

[Name] tertawa singkat. Meski umurnya sudah tidak lagi muda, Toji masih saja sering mengambek seperti anak kecil jika ia melakukan kesalahan sepele. Contohnya sekarang saat ia tidak memanggil Toji dengan sebutan 'suamiku'.

"Ya ampun, iya iya. Selamat pagi juga, suamiku tercinta." [Name] membalas dengan nada yang dibuat-buat agar Toji senang hatinya.

Toji tersenyum puas lalu memberi hadiah berupa pelukan untuk istrinya. Kedua lengannya yang kekar memeluk tubuh [name] dari belakang hingga tubuh mereka menempel satu sama lain. Ia mendaratkan bibirnya di leher [name], memberikan sensasi panas untuk [name] hingga wanita itu kehilangan fokusnya.

"Toji, aku sedang memasak."

Toji menggeram tanpa mau melepaskan pelukannya. Ia bahkan semakin mengeratkan pelukannya dan menyurukkan kepalanya di leher [name].

"Toji, nanti Megumi akan melihat kita."

[Name] mencoba untuk melepaskan Toji dari tubuhnya. Bukannya ia tidak suka Toji seperti ini, hanya saja ia takut kalau-kalau anak semata wayangnya itu melihat perbuatan mereka sekarang. Ia kan jadi tidak enak pada Megumi nantinya.

"Memangnya kenapa kalau Megumi melihat kita? Toh, kita tidak melakukan kesalahan apa-apa." Balas Toji acuh tak acuh. Ia tetap tidak melepaskan pelukannya. Bahkan saat [name] berjalan kesana-kemari mengambil makanan yang akan ia masak, Toji tetap menempel di belakang tubuh [name] sambil terus memeluknya.

"Iya, tapi kan Megumi masih anak-anak. Nanti dia berpikiran yang tidak-tidak." [Name] berusaha untuk membuat Toji mengerti. Namun rupanya, pria itu sengaja untuk tidak mendengarkannya. Toji masih tetaplah Toji yang keras kepala, yang semua tindakannya harus ia terima.

Toji menghela napasnya, tidak mau berdebat lebih lama dengan istrinya. Ia membenamkan wajahnya di tengkuk [name] dan lidahnya mulai bergerak liar disana. [Name] merasakan sensasi geli namun hangat di lehernya saat Toji mengecupnya. [Name] jadi semakin tidak konsentrasi dengan masakannya. Ia juga tidak sadar bahwa sejak tadi, sepasang manik milik anaknya melihat apa yang telah ia dan Toji lakukan.

"Ibu ... ."

[Name] berjengit kaget saat mendengar suara anaknya memanggilnya. Toji juga menghentikan aktivitasnya, matanya melirik tajam ke arah suara. Meski begitu, tangannya masih merangkul [name] dengan posesif.

"Ah, Megumi, kau sudah selesai mandi?" Tanya [name] yang salah tingkah. Sebisa mungkin ia bersikap normal, seolah tidak ada hal aneh-aneh yang ia lakukan tadi. Padahal tadi ia sempat mengeluarkan suara erotisnya saat Toji mencium lehernya.

Megumi menatap kedua orang tuanya dengan tatapan malas. Kemudian ia menjawab pertanyaan dari ibunya, "Sudah. Aku lapar."

"Iya, sayang, sebentar lagi masakannya matang. Kau tunggu saja di ruang makan." Perintah [name] disertai dengan senyuman.

𝐋𝐈𝐕𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐌𝐎𝐍𝐄𝐘,toji ✓Where stories live. Discover now