💸 𝟶𝟽

1.2K 147 6
                                    

[Name] sungguh tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh pria di depannya. Pria itu masih menahannya di tempat ini, sedangkan dia harus bekerja demi menutupi hutang keluarganya. Ia bahkan sudah mengatakan berkali-kali, tapi Toji tidak merubah pikirannya.

Pria ini sinting dan gila!

Namun Toji sendiri geram dengan alasan [name]. Dia itu hanya butuh pengakuan jujur dari [name].

"Aku, kan, bosmu. Sudah sepantasnya aku bertanya alasanmu bekerja di kelabku. Aku juga berhak melindungimu karena kau sedang hamil."

Meski sudah berkata seperti itu, jawaban [name] tidak membuatnya puas. Bagaimana bisa puas kalau perempuan itu hanya menjawab, "Aku hanya ingin punya uang, itu saja."

Bayangkan saja, perempuan berumur 19 tahun bekerja di kelab dengan alasan ingin memiliki uang. Kalau memang [name] sebegitu butuhnya uang, perempuan itu harusnya bisa bekerja sambilan di minimarket bukannya bekerja di kelab.

"Baiklah, kalau memang kau tidak ingin memberitahukan semuanya kepadaku tidak masalah," ujar Toji. Walaupun begitu, ia tidak menyerah dan melanjutkan ucapannya, "Aku akan mencari tahu sendiri."

Pupil mata [name] membesar seraya Toji memakai mantelnya, hendak pergi keluar. Sebisa mungkin [name] menahan kepergian Toji, walau ia tahu tubuh kecilnya tidak akan sanggup menahan tubuh berotot milik Toji. Usahanya berakhir sia-sia ... pria itu benar-benar meninggalkannya sendirian di apartemen ini.

[Name] menghela napasnya seraya ia mengambil air mineral dari lemari pendingin untuk diminum. Dirinya tidak menyangka akan ada masalah sebesar ini yang menimpanya. Semua yang ia anggap akan baik-baik saja berubah menjadi masalah pelik yang begitu berat untuk ia tanggung. Kalau saja ia terlahir di keluarga kaya, ia tidak perlu bersusah payah bekerja menjadi wanita murahan seperti ini. Dan seandainya saja pria tua bajingan keparat itu tidak menjadi ayahnya, hidupnya pasti tidak seperti ini.

Kalau sudah teringat tentang ayahnya, pikirannya otomatis mengingat ibunya juga. Sejak kecil, ia tidak pernah melihat ibunya bahagia. Dia sendiri pun tidak pernah merasakan betapa indah hidupnya karena memiliki orang tua yang utuh. [Name] tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayahnya, jadi buat apa dia memiliki orang tua yang utuh? Karena ulah ayahnya, masa kecil yang seharusnya ia habiskan dengan bersenang-senang bersama keluarga malah ia pakai untuk membantu ibunya dan bekerja.

Buliran bening kembali menetes dari matanya. Ia menangisi bagaimana nasib anaknya kelak jika memiliki orang tua hina sepertinya. Anaknya pasti malu memiliki ibu sepertinya. Dan anaknya pasti tidak akan bahagia memiliki orang tua yang buruk seperti dirinya. Makanya ia lebih baik mengaborsi bayi itu daripada nantinya bayi itu menderita karena ulahnya.

Sudah seharian ia menangis, sampai-sampai matanya tidak bisa mengeluarkan air mata lagi. Matanya sudah sembap dan hidungnya memerah. Ia melirik ke jendela dan kakinya membawanya ke area balkon.

Rambutnya yang tergerai menerpa mukanya. Perlahan, ia melongokkan kepalanya menatap ke bawah. Gedung apartemen ini sangat tinggi sehingga orang-orang yang ada di bawah sana terlihat seperti semut, sangat kecil. Senyum menyeringai terbit di bibirnya. Seperti ada ajakan dari Shinigami, [name] naik ke pinggiran balkon. Kesadarannya perlahan-lahan menghilang seraya angin menggoyangkan tubuhnya. Air mata yang tadinya tidak bisa keluar kini mengalir lagi seperti sungai, sangat deras. Pikirannya terpusat pada ibunya dan ia meminta maaf dalam hatinya.

Mungkin ini yang terbaik. Setidaknya bebannya akan menghilang dengan cara seperti ini. Sebentar lagi, ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi. Semuanya akan menghilang, bersama dengan dirinya. Beban yang ia tanggung, penderitaan yang selama ini ia rasakan, dan juga rasa bencinya kepada ayahnya akan menghilang bersamanya. Namun sebuah suara membuat kesadarannya kembali ke dalam dirinya.

𝐋𝐈𝐕𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐌𝐎𝐍𝐄𝐘,toji ✓Where stories live. Discover now