💸 𝟶𝟼

1.3K 150 6
                                    

[Name] membuka matanya. Rasa pusing menyambutnya. Tangannya memijit pelan dahinya dan ia juga merasakan sesuatu dari dalam perutnya sedang naik keatas tubuhnya. Buru-buru [name] bangkit dari tidurnya sambil menutup mulutnya, berusaha menahan sesuatu yang ingin keluar dari sana. Namun matanya menatap aneh tempat ini. Seingatnya semalam ia ada di ruangan Toji, tapi sekarang ia terbangun di sebuah apartemen mewah.

Ya, semalam Toji membawa [name] ke apartemennya ketika perempuan itu tidak sadarkan diri. Dan dia menunggu [name] terbangun hingga semalaman.

"Kau sudah bangun, [name]?"

Toji yang menunggunya semalaman berjalan cepat mendekati [name] yang tiba-tiba bangun dari tidurnya. Paham akan apa yang dirasakan [name], pria itu menuntunnya ke kamar mandi dan membiarkan perempuan itu menumpahkan isi perutnya di dalam toilet.

Toji menahan rambut [name] ke belakang seraya wanita itu mengeluarkan cairan dari perutnya. [Name] merasa lega setelah ia mengosongkan perutnya. Ia mengusap air matanya yang sempat keluar seraya tangannya yang lain mengelap bibirnya. Kemudian kepalanya menoleh, mendapati Toji sedang ada di sebelahnya yang sedang melihat betapa menjijikkannya dirinya sekarang.

Buru-buru [name] bangkit dan membersihkan mulutnya di wastafel. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. [Name] ingat bahwa semalam dia sedang bersama Toji di ruangannya. Kemudian Toji memberinya hadiah, dia menolaknya, lalu Toji marah dan pergi keluar ruangan. Setelah itu, ia merasa pusing dan pandangannya semakin gelap. Ia pun tidak ingat apa-apa lagi setelahnya.

Dengan suara seraknya, Toji berkata, "Semalam kau pingsan."

Matanya yang berwarna hijau menatap punggung [name] yang sedang sibuk di wastafel. Ingin sekali ia menyentuh punggung itu dan mengusapnya. Tapi ia tidak melakukannya karena ia tidak ingin mengganggu wanita itu.

[Name] mengeringkan mulutnya, kemudian ia berbalik dan menundukkan badannya, "Maaf sudah merepotkanmu, Bos."

Perasaan bersalah mendadak hadir dalam diri Toji. Gara-gara dia, [name] harus menderita seperti ini. Dengan nalurinya, ia berjalan mendekati [name] kemudian memeluknya erat. Ibu jarinya mendongakkan dagu [name] sehingga ia bisa melihat bibir ranum itu dengan jelas. Perlahan ia menyapukan bibirnya ke bibir [name]. Bibirnya sangat hangat dan membuatnya bergairah seperti biasanya. Samar-samar, ia merasakan bibir [name] bergetar. Toji pun melepas ciumannya lalu menatap ke dalam mata [name] yang terlihat rapuh pagi itu. Toji jadi semakin merasa bersalah dan tidak berani menatap lebih lama.

Tapi Toji tidak bisa menahan rasa keingintahuannya. Lelaki bersurai hitam itu ingin mendengar sendiri dari mulut [name] bahwa dirinya sedang mengandung, dengan senang hati dirinya ini akan bertanggung jawab. Dia juga ingin tahu sudah usia berapa kandungannya. Namun ia bingung harus mulai dari mana.

Entah sudah berapa lama, ia hanya melihat [name] sibuk merapikan dirinya. Keduanya tidak bersuara dan yang terdengar hanyalah suara langkah kaki [name] yang berjalan kesana-kemari. Padahal biasanya mereka selalu membicarakan hal-hal tidak penting, tapi pagi ini mereka berdua merasa canggung dan gugup. Topik pembicaraan pun tidak ada dalam pikiran mereka.

Suara telepon menginterupsi keheningan diantara mereka berdua. [Name] mengambil ponselnya dari dalam tas. Ternyata Ryo sedang meneleponnya. Laki-laki itu menanyakan keadaannya dan mengatakan bahwa ia sangat khawatir. [Name] menjawab dengan jujur bahwa ia sudah membaik. Pemuda di sambungan telepon itu berseru senang dan menasihatinya untuk menjaga kesehatannya. Setelah itu panggilan ditutup oleh Ryo karena laki-laki itu sedang sibuk di kelab. [Name] memasukkan ponselnya ke dalam tas dan suasana kembali hening.

Berada dalam suasana secanggung ini membuat Toji kehilangan kesabarannya. Ia pun mencoba memancing [name] untuk mengatakan tentang kehamilannya, "Apa kau tahu penyebab kau pingsan semalam?"

𝐋𝐈𝐕𝐄 𝐅𝐎𝐑 𝐌𝐎𝐍𝐄𝐘,toji ✓Where stories live. Discover now