☪︎⋆✧ Chapter 5 : ❝Debate.❞

1.4K 189 83
                                    

❄️ Chapter 5 : ❝ Debate ❞
🧊
🌨️ Bab 5.
|| Debate ||
[ Debat ]
.
❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

"[Nameee] ...!"

Gojou memanggil dengan nada manja seraya kedua tangannya melingkari perut [Name] untuk memeluknya yang kini berdiri di sampingnya.

Gojou tak punya malu. Mungkin ia punya, tapi akan ia tunjukkan saat harga dirinya dicoreng. Sekarang ia tidak peduli dengan keberadaan Getou di hadapan mereka saat Gojou memeluk wanitanya.

"Ada apa?"

"Kapan ini berakhir?" Tanya Gojou. Ia mendusel-duselkan hidungnya di area perut sang wanita.

"Kamu sudah kelelahan? Aku bisa menggantikanmu untuk bertemu dengan Akashi -san," ucap [Name].

Satu jari lentiknya mendorong kening Gojou hingga ia melepas pelukannya dari perutnya. Sang pria kembali menyandarkan dirinya pada sandaran sofa.

"Kau tak perlu melakukan itu. Sudah kubilang semalam 'kan? Aku tak mau mengatakan alasanku lagi untuk mengulanginya."

Kening Gojou mengernyit. Membayangkan wanitanya berdua saja dengan kaisar gunting dalam satu ruangan sangat mengganggu pikirannya. Ia pasti akan kehilangan fokus dan tidak menikmati istirahatnya jika itu terjadi.

Ponsel pintar milik [Name] bergetar. Gojou menoleh ke arahnya dengan satu alis terangkat naik, bertanya dalam diam siapa yang menelponnya.

Sang wanita menepuk pundaknya. Kemudian melangkah keluar ruangan setelah berpamitan pada Getou. [Name] mengangkat teleponnya seraya berjalan.

"Jadi ... Satoru, kau anggap keberadaan ku itu apa?" Getou bertanya. Kedua matanya tertutup, ia menyunggingkan senyuman.

"Kenapa Suguru? Kau kepanasan?" Nadanya terdengar mengejek membalas ucapan sang teman tanpa menjawab pertanyaannya. Karena hal itu, Getou membuka kedua matanya.

"Kau bercanda? Atau kau mau mereganggkan badanmu, Satoru?" Getou melonggarkan dasi yang ia kenakan.

"Heee ... Boleh. Aku tidak masalah. Kau perlu ditemani 'kan?" Gojou melepas arloji mahal yang ia pakai.

Atmosfer terasa berat dalam ruangan. Manik indah sebiru langit menatap tajam pada pemilik manik hitam. Seringaian masing-masing mereka pasang.

Getou mulai mengeluarkan teknik kutukan miliknya. Sementara Gojou masih duduk santai, tersenyum gila.

"Satoru."

Suara penuh feminitas itu terdengar. Gojou dan Getou melebarkan manik mereka kemudian menatap objek asal suara.

"Iyaaaa~?!"

Gojou menjawab dengan nada jenaka. Seolah tidak terjadi apa-apa beberapa saat yang lalu. Ia tersenyum lebar menatap wanitanya berdiri seraya memasang raut bertanya.

Gojou tahu [Name] mengetahui jika ia dan Getou hampir berkelahi lagi. Karena tidak ingin kejadian beberapa minggu lalu terulang seperti kehancuran ruangannya, [Name] datang menghentikan mereka.

[Name] melangkah mendekat.
"Mikasa yang meneleponku."

Raut Gojou langsung mendatar saat mendengar nama sang gadis badass diucap. Dia adalah satu-satunya orang yang dapat mengambil perhatian [Name] darinya. Bahkan dalam beberapa hal, [Name] lebih perhatian pada Mikasa.

"Apa yang dia mau darimu?" Tanya Gojou. Nadanya bicaranya berubah.

"Mikasa ... Emm, dia butuh bantuanku lagi--"

"Tolak. Aku tidak akan mengizinkanmu pergi."

[Name] meringis. Gojou benar-benar tidak suka dengan hal dadakan seperti ini. Karena itu berada di luar rencananya. Sang wanita melirik Getou, memberitahu sang kakak sepupu untuk memberikan sedikit bantuan padanya.

Getou mengangkat bahu. Pertanda ia tidak ingin ikut campur.

"[Name], kemarikan ponselmu," Gojou mengangkat tangan, meminta ponsel milik wanitanya.

[Name] memberikan benda pipih itu. Kemudian Gojou mematahkannya dengan mudah menggunakan satu tangan, lalu membuangnya begitu saja ke lantai.

[Name] melotot. Meringis menatap ponselnya yang lagi-lagi dibelah dua oleh Gojou.

"Satoru, kamu terlalu berlebihan."

"Aku tidak peduli, [Name]."

"Kamu bercanda? Kamu merusak ponselku lagi, tau."

"Lalu kenapa? Aku bisa membelikan ponsel yang baru."

"Bukan itu masalahnya. Aku lelah harus memindahkan setiap nomor orang-orang dan memberitahu mereka jika aku memakai nomor baru lagi."

"Makanya, nomorku saja yang kau simpan dikontak mu. Tak perlu menyimpan nomor orang lain."

"Kamu tahu aku tidak bisa melakukan itu 'kan?"

"Kau terlalu baik. Ah~ lupakan. Aku tidak mau berdebat denganmu lagi."

"Kamu akan seperti ini terus jika aku berhenti sekarang."

Getou menghela nafasnya. Bertanya-tanya kenapa ia harus menjadi penonton perdebatan antara pasutri di depannya. Tapi, dalam diam ia kagum karena mereka berdebat tanpa meneriaki satu sama lain. Itu berarti pendengarannya selamat.

Tapi, ia seketika merasa curiga saat matanya tanpa sengaja melihat kilatan aneh dimata Gojou ketika pria bersurai salju itu menatap wanitanya. Baiklah, itu bukan pertanda baik. Sebaiknya Getou pergi dari sini.

"Aku akan pergi menemui Mikasa sekarang." [Name] melangkah keluar dari ruangan setelah ia tahu jika Getou sudah keluar ruangan. Kakak sepupunya itu tahu bahaya yang akan datang jika sifatnya pada Gojou seperti ini. Dan demi membuat bahaya itu terjadi, Getou lebih dahulu keluar meninggalkan dirinya bersama Gojou.

Gojou mengerutkan keningnya. Maniknya menajam, ia tidak suka jika dibangkang seperti ini meski dirinya adalah seorang pembangkang. Dalam sekejap kedipan mata, ia sudah berada di belakang [Name] yang hendak membuka pintu ruangan.

Tubuh besarnya menghimpit tubuh mungil milik wanitanya hingga menyentuh pintu. Memojokkannya. Sang wanita merasa sesak, kemudian terkejut saat tangan Gojou mulai menyentuh pahanya.

"Jangan lakukan itu sekarang di sini! Kamu mau kita ketahuan?" [Name] bergerak. Berusaha keluar dari kungkungan sang tuan arogan.

Gojou mendesis. Pergerakan dari [Name] memberikan reaksi pada tubuhnya. Sesuatu bangkit pada dirinya. Dan Gojou tidak mau menahannya.

Ia lalu menggendong wanitanya, melemparnya ke atas sofa panjang tempat Getou duduk awalnya. Kemudian menindihnya, [Name] berada dalam kuasanya sekarang.

Lalu, suara lenguhan terdengar memenuhi seisi ruangan mereka.

❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

Apa yang kutulis ini ...

(╯ರ ~ ರ)╯︵ ┻━┻

❄️┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ ❄️

His Love HardWhere stories live. Discover now