☪︎⋆✧ Chapter 6 : ❝Cranky.❞

1.2K 178 37
                                    

❄️ Chapter 6 : ❝❞
🧊
🌨️ Bab 6.
|| Cranky ||
[ Ngambek ]
.
❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

"[Name], jangan ngambek padaku."

Gojou menoel-noel pipi kanan wanitanya. Mereka berdua sekarang dalam perjalanan menuju tempat para petinggi. Menaiki Limousin pribadi milik Gojou.

[Name] mengabaikan. Semua bagian tubuhnya menjadi sakit akibat kegiatan tidak terduga tadi. Sekarang pakaiannya pun telah ia ganti karena Gojou merobek pakaian yang ia kenakan sebelumnya. Beruntung, ruangan pribadi milik Gojou di perusahaannya tadi memiliki satu kamar, tempatnya cukup tersembunyi, dan di dalamnya ada dua lemari berisi pakaian mereka berdua.

Alasan Gojou menyiapkan ruangan itu karena ia yakin perlakuan intim itu akan mereka lakukan saat berdua saja dalam ruangan kerjanya. Ataupun ketika dirinya memberi hukuman pada [Name] jika tidak sempat pulang ke rumah.

"[Name], [Name], [Name], [Name], [Name]!"

Gojou terus memanggil wanitanya. Ia ingin [Name] menatapnya daripada melihat keluar jendela yang hanya menampilkan pemandangan kota dengan lampu menyala. Itu membosankan. Gojou lebih indah dari pemandangan itu.

"Heeiii! Jangan marah padaku!"

Gojou cemberut. Ia memajukan bibirnya serta kening yang mengkerut. Dia tidak suka diabaikan oleh [Name]. Jika diabaikan orang lain Gojou tidak masalah. Tapi, tidak boleh untuk wanitanya.

Gojou membaringkan kepalanya di atas pangkuan [Name]. Ia memeluk perut rata milik wanitanya, menenggelamkan wajahnya di sana. Bermanja-manja pada [Name] setelah lepas dari berkas-berkas serta jadwal pertemuan tadi.

Elusan lembut Gojou rasakan pada surainya. Dengan semangat ia mengangkat kepala, menatap berbinar pada [Name]. Apa dia sudah tidak marah lagi?

"Ngambeknya sudah?" Tanya Gojou.

[Name] tidak menjawab. Hal itu membuat Gojou kembali cemberut. Jika wanitanya masih mendiaminya meski membalas sentuhannya, itu berarti dia masih marah.

Dengan kesal ia menyembunyikan kembali wajahnya di pangkuan [Name]. Helaan nafas keluar dari mulut [Name], jika tidak seperti ini Gojou akan melakukan apapun padanya dengan sesenang hatinya saja. Tidak. Kadang, [Name] harus melawan atau tidak mendengarkan ucapan Gojou dengan harapan pria ini akan tobat.

"Tuan, kita sudah sampai."

Suara sang pengemudi limousin terdengar. Ia bernama Joe. Seorang pria paru baya yang sudah lama bekerja pada Gojou. Seorang veteran. Meski sudah berumur, ia masih bisa bela diri Kung Fu yang ia pelajari saat di China dulu.

"Baiklah. Aku akan masuk."

Joe segera keluar dari dalam mobil. Kemudian ke pintu belakang--tempat Gojou--untuk bersiap membukakan pintu.

Gojou bangun dari posisi nyamannya. Ia mengecup sekali pipi kanan [Name] lalu keluar dari mobil setelah Joe membukakan pintu untuknya.

Gojou mendekat, ia berbisik tepat di telinga sang veteran.
"Jaga istriku selama aku berada di dalam. Aku mengandalkanmu. Dan juga, pastikan dia tidak masuk ke dalam sana."

Bukan kali pertama sang veteran menerima perintah bernada tegas ini. Ia kemudian mengangguk, tanpa menjawab.

Gojou mulai melangkah masuk ke dalam tempat para orang tua yang tahunya hanya memberikan perintah tanpa berpikir matang. Gojou benci tempat ini sebenarnya. Tapi, ia harus bertemu dengan mereka.

Joe berdiri di sisi mobil. Menjaga serta menunggu tuan besarnya keluar dari dalam tempat itu.

[Name] menurunkan kaca mobil. Kemudian sedikit menyembulkan kepalanya keluar.

"Joe -san."

Sang Veteran menoleh. Menyunggingkan senyuman tipis pada [Name] yang saat ini juga tersenyum padanya.

"Apa yang Satoru katakan pada Joe -san? Dia selalu seperti itu saat akan pergi jika aku berada di sampingnya seperti sekarang."

[Name] selalu penasaran. Ia sangat sering melihat Gojou berbisik pada siapapun orang kepercayaannya saat [Name] hanya akan tinggal dalam mobil. Sama seperti yang terjadi sekarang.

Sang wanita pernah bertanya pada Gojou. Tapi, hanya di balas sebuah senyuman serta elusan dikepala.

"[Name] -san, tuan hanya mengatakan ia sedikit lama di dalam tempat ini."

[Name] hanya mengembangkan senyumnya pada Joe. Dia tahu jika pria di depannya ini berbohong meski sulit membaca gerak geriknya. [Name] tahu, bertanya seperti ini pada Joe tidak akan membuahkan hasil karena sang veteran akan menjaga ucapannya. Maka dari itu, ia berhenti bertanya.

Gojou kemudian datang. Sebelum [Name] menutup kembali kacanya, ia mendapati raut sang pria mengeras, ada yang terjadi di dalam sana hingga memicu api kemarahan.

Joe membukakan pintu mobil. Gojou masuk lalu duduk diam. Dari samping, [Name] dapat melihat jelas raut wajah Gojou yang mendingin. Rasa penasaran muncul, ia ingin bertanya, tapi tidak untuk sekarang.

Dalam perjalanan hanya diisi keheningan. Biasanya jika suasana dalam keadaan bagus, [Name] yang akan banyak bicara mengingat Gojou tidak terlalu berisik jika bukan membahas strategi ataupun kekuatan. Meski ia usil dan menyebalkan.

Kalimat yang keluar dari mulut Gojou mungkin hanya sekedar penjelasan rencana, perintah, kalimat merendahkan dan mengejek, serta tentunya soal kekuatan.

Keheningan ini membuat [Name] merasa tidak nyaman. Terlebih aura yang dikeluarkan Gojou cukup berat terasa.

[Name] kemudian dikagetkan dengan Gojou yang tiba-tiba saja meletakkan kepalanya di atas pangkuan. [Name] secara perlahan mengelus surai saljunya, serta lengan sang pria.

"Kamu baik-baik saja?"

[Name] bertanya. Ia terlanjur penasaran. Gojou mengubah posisi yang awalnya menyamping menjadi telentang.

"Para orang tua ketinggalan zaman itu ...." Suara Gojou merendah, serta kedua tangan yang mengepal erat.

[Name] memberikan sebuah senyuman. Lalu tangannya berpindah menangkup kepalan tangan Gojou.

"Aku sudah tidak marah lagi. Mau cerita denganku?" Tanya [Name]. Membujuk.

"Benarkah?"

"Um."

"Ini soal misi baru ...."

❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

Konflik, konflik~
Berat? Atau ringan?
😂

❄️ ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ ❄️

His Love HardTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon