☪︎⋆✧ Chapter 11 : ❝Worry.❞

953 148 42
                                    

🌺 Chapter 11 : Worry
💮
🍷Bab 11.
|| Worry ||
khawatir ]
.
🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

Netra segelap malam melirik ke pojok ujung kelas. Nampak sang tuan kutukan yang terlihat santai duduk di bingkai jendela, kacanya sudah di beri tanda X menggunakan cat warna hitam. Pertanda tidak boleh ada yang mendekat ke jendela itu.

“[Name] -kun, kamu bisa duduk di kursi ketiga dari depan dekat jendela.”

Arahan dari Mori -sensei membuatnya mengangguk. [Name] memberikan senyuman pada beberapa anak yang menyapanya, lalu mendudukkan diri pada kursi.

Sang wanita yang menyamar menjadi gadis sekolahan menatap bosan pada papan tulis serta malas mendengar penjelasan sang guru. Mori -sensei adalah guru Fisika. Pelajaran ini sudah ia pelajari sebelumnya, [Name] sudah paham. Meski dulu harus berusaha sekuat tenaga untuk memahaminya karena diri tidak menyukai pelajaran ini.

[Name] menoleh ke arah jendela kaca. Menatap pemandangan luar rasanya lebih menarik daripada mendengarkan ulang sebuah penjelasan yang sudah ia pahami.

Helaian kelopak bunga melayang di udara. Angin terasa sangat sejuk, [Name] memejamkan mata menikmati suasana menenangkan ini. Meski aura di pojok ruangan sana sedikit mengganggu.

[Name] kemudian mengalihkan atensi saat pendengarannya menangkap perintah Mori -sensei untuk mengerjakan sebuah soal. Jari-jari lentik bergerak perlahan di atas buku, mempertemukan ujung pena, kemudian membuat sebuah tulisan yang indah.

[Name] mahir dalam bidang seni. Dan sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang berbau Matematika. Meski cara berpikirnya melebihi, [Name] tidak menyukai sesuatu yang berhubungan dengan angka dan rumus.

Semua soal ia langsung jawab. Tanpa adanya rumus sama sekali karena [Name] lupa dan tidak memerhatikan. Penyakit mudah lupanya kembali kambuh. Tak apa, nilainya juga tidak akan dihitung, dibagi dan tidak masuk dalam daftar nilai.

Setelah menjawab soal, atensinya kembali menatap pemandangan luar. Kali ini netra gelap melihat ke arah langit biru yang di penuhi awan putih. Hal itu mengingatkannya pada orang yang ia cintai. Bertanya-tanya, apa sang pria baik-baik saja?

[Name] tahu Gojou kuat dan bisa diandalkan. Tapi, kekhawatiran yang berlebihan sering menyerangnya, meski ia sudah meyakinkan diri jika tidak akan ada sesuatu yang terjadi pada Gojou.

Sifat sombong dan arogan Gojou membuat [Name] sangat khawatir. Dengan segala kesombongan itulah yang bisa menjadi kelemahan. Gojou bukan tuan tanpa celah, meski dalam segi kekuatan ia tidak akan terkalahkan, bakat, dan kekayaan.

Di mata [Name], Gojou terlihat seperti anak kecil yang masih perlu bimbingan. Di tuntun secara lembut menuju jalan kebenaran. Anak yang tertekan dan menahan semuanya sendirian. Ia harus--secara tidak langsung--meminta Gojou melepas semua bebannya.

🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

Di sisi lain. Dalam sebuah ruangan mewah, dengan dekorasi satu meja di tengah tepat di depan jendela kaca yang besar. Susunan sofa yang tidak jauh dari meja yang ditumpuk berkas.

Gojou melempar kasar kertas-kertas itu hingga berterbangan di udara. Ia dengan malas menyandarkan diri pada kursi mahal--singgahsananya.

Kursinya ia putar menghadap ke arah jendela. Manik seindah langit itu menatap keluar. Kini, pikirannya di penuhi oleh sang kekasih hati.

Apa yang Gojou katakan pada Getou beberapa saat yang lalu masih terbayang. Perasaan khawatir yang berlebihan, takut sang kekasih hati pergi meninggalkannya. Menjauh darinya. Entah dengan kematian, ataupun dengan putusnya hubungan pernikahan.

Gojou mengepalkan tangan. Nampak urat-urat tangannya yang terlihat. Dia tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi, dia tidak ingin kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya.

Jika saja benar terjadi ... Hati Gojou mungkin akan kembali mati. Tak ada cahaya yang dapat menyinarinya lagi.

Suara pintu yang dibuka masuk dalam pendengaran tajam Gojou.

“Satoru.”

Panggilan dari Getou menyadarkannya. Ia kembali memutar kursi, satu alis terangkat naik.

“Apa?”

“Jangan buang kertas-kertas penting ini sembarangan. Kau mau dapat masalah?”

Getou memungut satu kertas, lalu membacanya. Ini terlihat penting, karena salah satu laporan bawahan Gojou tentang berkembangnya corporation ini.

Tak ada jawaban yang ia dapat dari sang lawan bicara. Getou menghela nafasnya, kurang lebih ia tahu keadaan dan mood Gojou sekarang.

“Mau menelpon [Name] sekarang, Satoru?” Getou menawar.

Mengatakan dia akan baik-baik saja itu tidak ada gunanya. Pemikiran itu sudah Gojou pakai dan tidak membuahkan hasil, ia masih merasa sangat khawatir.

“Ide bagus. Aku akan menelponnya.”

🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

(~ ̄³ ̄)~

🌺 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🌺

His Love HardWhere stories live. Discover now