☪︎⋆✧ Chapter 16 : ❝Gloomy Boy.❞

897 130 36
                                    

🌺 Chapter 16 : Gloomy Boy
💮
🍷Bab 16.
|| Gloomy Boy ||
[ Bocah suram ]
.
🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

[Name] memasuki pekarangan sekolah. Kali ini sang wanita tidak diantar Gojou, melainkan Getou menggunakan mobil sport pribadi miliknya.

"Kenapa kalian suka parkir mobil di dalam sekolah, sih?" [Name] bertanya, menoleh ke arah Getou yang duduk di kursi pengemudi.

Ia menaikkan bahunya.
"Satoru bilang padaku untuk tidak membiarkanmu jalan masuk ke sekolah."

"Kak Suguru, kamu terlalu memanjakannya."

"Orang yang paling memanjakan Satoru itu kau, loh, [Name]."

Sang wanita meringis, jika ia ingat baik-baik, ada benarnya juga. [Name] cenderung membebaskan Gojou melakukan apa yang ia mau dan jarang memaksanya melakukan sesuatu hal yang tidak Gojou inginkan.

"Kupikir ... Kau terlalu memikirkan kenyamanan Satoru. Itu bagus, tapi pikirkan juga dirimu." Ucap Getou.

[Name] menganggukkan kepala. Tanpa mengatakan apapun, ia keluar dari dalam mobil mewah Getou, bersamaan dengan pemiliknya.

"Sepertinya pulang nanti Satoru yang akan menjemputmu. Kalau bukan dia, mungkin si Joe. Tunggu kedatangan mereka sepulang nanti." Getou menyandarkan dirinya pada mobil.

[Name] mengedikkan bahu.
"Aku bisa pulang sendiri, loh, kak. Kamu terlalu protektif."

"Itu ide buruk. Satoru bisa kalang kabut mencarimu jika itu terjadi, dan juga ... Aku tidak yakin kau mengingat jalan pulang ke rumah."

"Oke, baiklah, aku akan menunggu." [Name] menganggukkan kepalanya. Sedikit merinding saat menyadari kembali jika dirinya ini buta arah.

Getou mengelus puncak kepala [Name] sebentar kemudian berbalik.
"Baiklah. Aku pergi dulu, ya."

"Um, hati-hati di jalan!!"

Netra hitam menatap kepergian mobil sport yang berwarna sama hingga hilang dari pandangan. [Name] membalikkan badan, melangkah memasuki sekolah ini.

Beberapa anak menyapanya, [Name] membalas dengan senyuman. Meski sebenarnya ia lupa siapa nama anak-anak itu. Dan lupa mereka dari kelas mana.

"[Name]?"

Seseorang memanggilnya dari arah belakang. [Name] menoleh, mendapati sang guru wanita bermanik hijau yang namanya belum ia ketahui.

"Iya, sensei?"

Sang guru mengeluarkan permen tangkai dari mulutnya menggunakan tangan kanan.

"Sepulang sekolah nanti, temui aku di laboratorium di gedung kelas tiga."

Sang wanita mengerjabkan mata. Guru perempuan itu lalu melewatinya tanpa mengucapkan apapun lagi pada [Name].

Ia menolehkan kepala, netra hitam miliknya mengikuti arah jalan sang guru yang sudah jauh di depan.

"Tapi ... Gedungnya di bagian mana ...?" [Name] berucap. Lalu menghela nafas lelah.

Kini ia masih berdiri di lorong yang sepertinya di lantai bawah. [Name] menoleh ke kanan dan kiri, mencari seseorang yang tidak sibuk--untuk memintanya menunjukkan kelasnya berada. [Name] benar-benar payah untuk mengingat jalan. Dan bukan pengingat yang baik.

Kadang ia lupa meletakkan ponselnya di mana padahal baru beberapa detik lalu ia lepas.

"[Name] -kun?"

Ia menoleh ke samping, mendapati Mori Sensei bersama seorang remaja penuh perban di tubuhnya.

"Ah, Mori sensei ...."

"Tidak bisa mengingat jalan ke kelasmu, ya?"

"Um, iya."

"Souka. Kalau begitu Dazai -kun, bisa kamu antar [Name] -kun ke kelasnya? Kelas itu berada di lantai dua bagian tengah." Mori melirik ke belakang, melihat anak penuh perban bernama Dazai Osamu.

"Boleh. Tapi, setelah ini, Mori -san bisa menepati janji? Soal membuat kapsul obat kematian itu ...." Suaranya terdengar tenang. Tapi, tidak ada semangat hidup dalam suaranya.

"Aku bisa membuatkannya untukmu setelah mengantar [Name] -kun ke kelasnya dan menyelesaikan misimu dengan sempurna."

"Menjalankan misi itu gampang. Bagian merepotkannya karena aku bersama si pendek berisik itu."

"Dazai -kun, [Name] -kun harus diantar, loh."

Dazai memasang tampang aneh. Kemudian tanpa berucap lagi, ia berjalan duluan melewati [Name]. Sang wanita menunduk sedikit-- berpamitan pada Mori.

[Name] mengikuti langkah kaki Dazai dari belakang bocah suram itu. Ia tahu ada sesuatu dengan anak ini. Tubuh penuh perban, nada suara yang tenang, pandangan mata yang sangat kelam. Entah apa yang sudah anak itu lewati, tapi, yang jelas hal mengerikan yang memiliki hubungan dengan hidup-mati, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain yang terlibat.

"Ne, onee-san." Dazai memanggilnya tanpa menoleh.

"Iya?"

"Aku kepikiran sesuatu. Mori -san terlihat mementingkan keberadaanmu di sini sampai memintaku untuk menemuimu. Kenapa, ya?"

[Name] tersenyum kecil.
"Aku sedang menjalankan misi di sekolah ini selama beberapa minggu."

Langkah Dazai berhenti, begitu juga dengan [Name]. Remaja penuh perban yang tampan itu membalikkan badannya, kemudian meneliti penampilan [Name] dari bawah ke atas.

"Souka. Aku paham sekarang." Ucapnya setelah berpikir sebentar.

Mereka kembali melanjutkan langkah. Dazai berhenti berjalan saat sedikit melewati pintu kelas [Name].

"Terima kasih, ya, Dazai -kun." Ia tersenyum, sedikit menunduk ke bawah untuk melihat Dazai. Remaja itu menganggukkan kepalanya.

[Name] melambaikan tangan, lalu masuk ke dalam kelas. Bersamaan dengan itu, Dazai juga kembali melangkah untuk menemui Mori Sensei.

🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

Si Tiang salju tak muncul, gantinya si Dazai:3

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈

His Love HardHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin