☪︎⋆✧ Chapter 20 : ❝Curiosity.❞

864 122 50
                                    

🧊 Chapter 20 : Curiosity
.
❄️ Bab 20.
|| Curiosity ||
[ Rasa penasaran ]
.
❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

Getou membuka pintu. Kedua maniknya mendapati Gojou yang terlihat santai di dalam ruang kerjanya, kedua kaki panjang pria itu dinaikkan ke atas meja dengan tidak sopan. Sementara sang pemilik nampak memainkan tablet--mengecek berkas dalam bentuk data.

"Satoru, apa aku mengganggumu?" Getou melangkah masuk. Lalu menutup pintu kembali.

"Tidak. Santai saja. Oh, iya, [Name] mana?" Gojou bertanya tanpa mengubah posisinya, ataupun menatap Getou. Fokusnya masih ke arah layar tablet.

"Dia sudah ada di rumah kalian. Mungkin sedang istirahat. Dan juga ... Ada Mikasa yang menemaninya di sana."

"Cih! Cewe suram itu ... Kenapa selalu nempel-nempel dengan [Name], sih?!"

Getou mendudukkan diri pada sofa.
"Tentu saja, Satoru. Mereka teman dekat sejak lama. Bahkan sebelum kau mengenal [Name], Mikasa sudah bersamanya."

"Seharusnya kau mempertemukan ku dengan [Name] sejak awal kita kenalan, Suguru." Gojou menurunkan kedua kakinya, kemudian memutar kursi mahalnya.

Getou mempertemukan Gojou dan [Name] saat mereka sudah mulai kuliah di universitas yang sama. Awal hubungan yang tidak cukup baik, mengingat sifat Gojou yang masih kekanakan dan kasar. Dulu, [Name] cenderung menghindari Gojou.

"Daripada mengeluhkan itu. Aku punya sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan." Getou kembali membuka suara setelah cukup lama diam. Ia menyandarkan tubuh dengan santai pada sandaran sofa.

"Aku tahu. Itu alasanmu datang kembali ke sini, padahal ada jadwal yang harus kau lakukan di Kyoto." Gojou berucap. Kemudian memutar kursinya ke arah Getou--yang jaraknya cukup jauh darinya.

"Tenang saja. Aku sudah meminta tolong pada Nanami untuk melakukannya." Getou menutup mata, tersenyum.

"Jadi? Si guru menyebalkan itu 'kan?" Gojou sudah menebak hal yang akan Getou bicarakan padanya.

Sang lawan bicara membuka mata.
"Kau benar. Aku mendengar pembicaraannya dengan [Name] setelah mendapat telepon dari Mori -sensei. Guru itu benar-benar curiga pada [Name], Satoru. Sebaiknya ... Kupikir kau sudah harus bertindak."

Getou berbicara dengan hati-hati. Tidak ingin menyinggung harga diri Gojou dengan mengatakan kalimat perintah--menyuruhnya dengan memaksanya untuk segera menyelesaikan masalah ini.

"Oh? Oke. Aku berencana pergi ke sekolah itu kembali."

Kening Getou nampak mengerut.
"Apa yang ingin kau lakukan padanya?"

"Tergantung dari bagaimana dia menanggapi ucapan ku, sih." Gojou mengedikkan kedua bahunya.

Temannya menghela nafas, Gojou bisa mendengar suara helaan itu.

"Bagaimana dengan [Name]? Apa dia perlu tahu ini? Walau kurasa ... Dia akan segera tahu sendiri meski kita menyembunyikannya."

Gojou bungkam. Memikirkan keputusan yang benar-benar tepat.
"Sebenarnya aku tidak ingin dia melihat apa yang akan kulakukan pada guru menyebalkan itu, sih. Dia pasti akan menghentikan ku ... Walau dia yang berakhir terluka."

"Hmm ... Kalau begitu, bagaimana jika kau memakai metode ku saja?"

"Metode merepotkan itu? Tidak, tidak. Tidak mau!?"

"Satoru ... Kupikir sekarang ada bagusnya jika kau menghilangkan sisi itu darimu sebentar."

"Tidak! TIDAK MAU! AAAA JANGAN APA-APA 'KAN AKU SUGURUUUU!!!"

"Anak ini--! Sialan?!"

❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

Hari sangat cepat berlalu. Tidak terasa, langit kembali berwarna jingga, begitu juga awan-awan yang terkena pantulan sinar matahari yang tak lama lagi akan terbenam.

[Name] menatap pemandangan itu dalam diam. Angin lembut menerbangkan beberapa helaian rambut yang kini ia ikat kuncir.

Ada kejadian tentang ikatan rambutnya ini, Gojou sempat protes dan tidak terima jika [Name] mengikat rambut panjangnya. Dengan alasan konyol yang tidak jelas, dan sangat egois.

Lehermu kelihatan banget, tau!! Mau pamer ke bocah-bocah yang ada di sekolah ituuu???!!!

Kekehan [Name] keluarkan. Suara Gojou dan ucapannya pagi tadi masih ia ingat dengan sangat baik, [Name] tidak akan membiarkan sisi mudah lupanya untuk melupakan hal seperti ini.

Ia kemudian melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Sekali lagi, Gojou terlambat muncul di hadapannya.

Pria itu memintanya untuk menunggu di taman belakang sekolah beberapa saat yang lalu karena ada beberapa hal yang harus Gojou urus di sini. [Name] tidak masalah, tapi ia jenuh juga sejak tadi menunggu tanpa melakukan apa-apa.

"Mungkin jalan-jalan sebentar tak masalah, ya ...?"

[Name] berdiri. Mulai melangkah, menelusuri sekolah ini kembali. Meski begitu, ia tidak bosan sebab dia bisa dengan mudah melupakannya.

[Name] kini berada di gedung laboratorium. Pendengarannya kemudian mendengar suara barang jatuh dari salah satu ruangan.

[Name] mengikuti asal suara itu. Dengan langkah penuh hati-hati--meski terlihat santai-- mendekat ke arah ruangan yang saat ini masih mengeluarkan suara berisik.

Ia telah sampai di depan pintu, kini [Name] mengintip lewat kaca pintu untuk melihat ke dalam ruangan.

"Eh?"

Kedua netra nya melebar. Kemudian segera mengerjabkan mata.

Di dalam ruangan, kedua manik hitamnya mendapati Gojou yang saat ini menatap rendah guru bermata hijau itu, walau senyuman ia pasang. Jarak mereka sangat dekat, bahkan wanita itu melingkarkan kedua tangannya pada leher Gojou.

Entah apa yang saat ini pria itu pikirkan atau rencanakan.

Guru wanita itu menjinjitkan dirinya, mendekatkan bibirnya pada bibir Gojou yang masih diam tanpa melakukan apapun selain tersenyum.

[Name] mengernyit, pandangan ia alihkan ke bawah lantai tempatnya berpijak. Apa lagi ini? Sejauh yang ia amati dan pikirkan juga, guru itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ia menyukai Gojou. Wanita bermata hijau itu hanya fokus untuk memenuhi rasa penasarannya pada urusan mereka berdua.

Atensinya kembali menatap ke arah dalam. Kali ini ia hampir mengeluarkan suara saat Gojou kini mencekik leher guru itu sehingga wajahnya nampak membiru. Bahkan kedua kaki wanita itu tidak lagi menapaki tanah.

"Tung-- Satoru!!!" Ia menggeser pintu dengan terburu-buru.

❄️ ˚. ୭ ˚○◦ ❄️ ◦○˚ ୧ .°❄️

Aku kok gak sabar ya pengen publish versi kuliahnyaಥ‿ಥ

┈┈┈ ੈ 𝓐𝓷𝓘𝓷𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ੈ ┈┈┈

His Love HardWhere stories live. Discover now