☪︎⋆✧ Chapter 17 : ❝Pick Up.❞

821 129 29
                                    

🧊 Chapter 17 : Pick Up
🍷
🥀 Bab 17.
|| Pick Up ||
[ Menjemput ]
.
🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

Suara langkah kaki yang terdengar santai dan tenang memenuhi lorong koridor. Heels sepatu yang bertemu lantai menggema setiap gerakan kakinya, mengingat suasana koridor yang kini sepi dari para siswa.

Sinar rembulan malam masuk lewat kaca jendela, menyinari lantai koridor yang bersih.

Langkahnya terhenti. Helaan nafas ia keluarkan.
"Satoru mana ...?"

[Name] merogoh saku, memeriksa kembali ponsel pintarnya. Berharap ada notifikasi pesan dari Gojou atau panggilan teleponnya.

Layar itu kemudian menyala, tidak ada pesan ataupun panggilan Gojou yang masuk. [Name] kembali menghela nafas.

Ia sudah menunggu Gojou untuk datang menjemputnya semenjak sore tadi. Awalnya, [Name] menunggu kedatangan pria Surai salju itu di perpustakaan, kemudian karena bosan ia memutuskan untuk mengelilingi sekolah. Dan berakhir tersesat.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Akhirnya, ia kembali melanjutkan langkahnya, setidaknya dirinya mungkin bisa menemukan pintu keluar dari koridor yang besar ini.

"Eh? Tadi ... Bukannya sensei minta ketemuan, ya ...?" Gerakan kaki [Name] berhenti. Gumamannya terdengar besar di lorong yang sunyi ini.

Ia lalu menoleh kanan dan kiri. Rasanya mustahil dia bisa pergi ke tempat guru wanita itu untuk menemuinya. Dan sekarang, [Name] juga lupa guru tadi minta ketemuan di mana.

"Apa tadi dia memintaku ke gedung olahraga? Atau laboratorium?"

[Name] akhirnya membalikkan badan ke arah lain lalu kembali berjalan. Netra segelap malamnya menelusuri lantai lorong yang terpantul cahaya bulan. Ia bersyukur karena malam ini bulan purnama, jadi [Name] tidak kesulitan untuk melihat.

Bunyi langkah kaki yang sepertinya sedang berlari sampai ke pendengaran. Suara itu berasal dari arah belakang.

"[NAMEEE]!!" Disusul suara familiar yang memanggil namanya.

Sang wanita segera menolehkan kepala, bersamaan dengan dirinya yang ditabrak sesuatu, hingga merasakan kedua lengan menyelimuti punggungnya.

"Eh? Satoru?"

[Name] kebingungan. Baru kali ini ia melihat Gojou berlari-larian sampai keringatan. Pakaian yang ia gunakan juga bukan setelan jas lagi, melainkan pakaian kasual beserta jaket hitam.

"Kamu kenapaa ...?"

Pelukan terlepas, kedua tangan [Name] menyentuh wajah Gojou yang terpahat sempurna. Mengelusi pipinya dengan lembut.

"Maaf, aku terlambat menjemputmu." Ia memajukan bibirnya. Kening pria itu mengerut, seharusnya ia datang lebih awal untuk menjemput kekasih hatinya.

Hal itu membuat perut [Name] tergelitik, senyuman ia mekarkan dengan rona merah di kedua pipi. Satu tangannya beranjak naik mengelusi Surai salju milik Gojou.

"Tak apa. Aku tidak marah. Hanya saja ... Tolong jangan lakukan ini lagi, ya? Sendirian cukup melelahkan."

Pupil mata Gojou agak melebar setelah pendengarannya menangkap arti lain dari kalimat [Name] barusan.

"Kau tahu? Aku selalu membuatmu sendirian, tau." Itu terucap dari bibir Gojou tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Kali ini [Name] yang terkejut. Baiklah, sepertinya dia baru saja membuat Gojou sedikit salah paham dengan maksudnya.

"Um, dan aku selalu menunggu kamu datang untuk membuatku tidak merasa sendirian lagi, loh."

Wajah [Name] semakin melembut. Ia melanjutkan.
"Kamu tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak perlu, ya? Itu hanya akan menambahkan beban pikiranmu." Ucapnya.

Tubuh Gojou sempat tersentak, kemudian dengan segera melepas kacamatanya, lalu menarik tengkuk [Name]. Menyatukan bibir mereka.

Hal itu berlangsung selama beberapa saat. Hingga Gojou mengakhiri.

"Setelah sampai rumah kamu harus memasakkan makanan untukku." Gojou menegakkan tubuhnya kembali.

[Name] terkekeh sebentar, lalu wajahnya berubah sedikit panik. Ia meringis.
"Jangan bilang kamu belum makan malam?"

"Memang belum."

"Shh ... Kenapa aku tidak menyadarinya. Ayo, pulang! Kamu harus makan, tau."

[Name] menarik lengan kanannya. Ia berjalan di depan, Gojou tersenyum remeh.

"Kau tahu arah keluar dari koridor ini?"

Langkahnya terhenti. [Name] menolehkan kepala seraya tersenyum canggung.

"Tidak tahu ...."

Perut Gojou tergelitik. Ia kemudian tertawa.
"Kau hanya bisa bergantung padaku!"

"Um, aku memang bergantung padamu untuk menunjukkan arah pulang."

Menunjukkan arah pulang, ya?

"Tidak. Satu-satunya orang yang paling tahu arah pulang itu [Name], tau."

"Eh?"

"Ayoooo!!!"

Gojou menarik tangan [Name]. Mengajaknya berlarian dikoridor sekolah.

Di sisi lain, dalam balik bayang-bayang yang tidak terkena sinar bulan. Seseorang berdiri, memerhatikan interaksi mereka sedari tadi.

Permen yang sejak tadi ia nikmati dikeluarkan dari mulut dengan menarik tangkainya. Kemudian berdehem.

Rasa penasaran yang besar merasukinya ketika pertama kali melihat [Name] di sekolah ini. Aura yang dikeluarkannya sangat dewasa, seharusnya anak-anak remaja meski memiliki sifat dewasa kadang kalanya bersifat labil. Tapi, [Name] tidak terlihat labil sama sekali.

Terlebih, setelah melihat interaksi yang tidak terlihat seperti sepasang saudara diantara Gojou dan [Name].

🌺˚. ୭ ˚○◦ 🌺 ◦○˚ ୧ .°🌺

Udah mulai nulis versi kuliahnya:3

🌺 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🌺

His Love HardWhere stories live. Discover now