INTUISI : 03

79 5 0
                                    


Pernah mikir pengen kabur dari Bumi nggak?

Ya, kebetulan hal itu lah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Kinara. Sore ini, dia sedang duduk di pelataran sekolah menunggu supir Mamanya menjemput. Wajahnya murung dengan rambut yang dicepol berantakkan, seberantakkan mood nya. Namun, meski sedang berantakkan, kadar kecantikkannya justru bertambah. Ditambah keringat yang mengalir di dahinya menciptakan aura tersendiri.

Kinara kesal, tadi ia ingin menemani Bentang dan teman-temannya latihan futsal bersama Salisa. Tapi sebuah telpon dari Syahra-Mamanya menghancurkan rencana itu. Syahra menyuruh untuk langsung menuju tempat les baru begitu jam sekolah selesai. Entah les apa lagi yang Mamanya maksud kali ini, Kinara sudah muak.

Mama
Don't be late, Ki.

Mama
Pulang les langsung ke dokter Sahsa ya, Ki. Kamu ngga lupa kan? Mama udah buatin janji.

"Ck," Kinara berdecak kesal membaca pesan dari Syahra.

Mama selalu ingin dirinya sempurna dalam segala hal. Karena itu, sejak kecil sampai sekarang Kinara terus saja disibukkan dengan berbagai macam les yang dia sama sekali tidak suka. Kinara hanya suka bernyanyi dan musik, tapi Syahra menuntutnya untuk menguasai semua. Mulai dari akademik sampai dengan balerina serta berbagai bahasa asing.

Dan Syahra berhasil, Kinara benar-benar tumbuh menjadi gadis yang sempurna. Namun siapa yang menyangka bahwa dibalik kesempurnaan itu, Kinara tidak pernah benar-benar bahagia. Dirinya tidak bisa melakukan hal-hal yang dia sukai. Hidupnya sudah berpusat pada segala aturan Syahra, seperti hal nya robot yang sudah di setting. Kinara benci kenyataan itu.

"Uy! Cantik-cantik kok hobinya ngelamun, sih?"

Kinara terkejut melihat Bentang sudah berdiri di samping kursi tempat dia duduk dengan satu tangan terangkat keatas menutupi sinar matahari yang sejak tadi sengaja Kinara biarkan menyorot wajahnya.

"Kamu masih disini? Nggak jadi latihan?"

"Cie ngalihin pembicaraan! Jawab dulu dong pertanyaan aku lagi ngelamunin apa sih?"

Bentang maju dua langkah, merapatkan tubuhnya pada wajah Kinara menjadikan punggung tegapnya sebagai penghalang panas matahari agar tidak mengenai wajah gadis cantik itu.

"Ben, kamu ngapain sih?" Kinara bertanya gugup.

Cowok dengan jersey futsal biru itu terkekeh sambil menyugar rambut gondrongnya membuat Kinara kian terpesona. Pipinya bahkan menyemburkan rona merah.

"Biar kamu nggak kepanasan, Ki. Muka kamu sampe merah gitu. Lagian ngapain sih malah panas-panasan disini? Kan ada tempat teduh disana?" Bentang menunjukk sebuah pohon rindang tak jauh dari sana.

Kinara berdehem, mengusap kedua pipinya yang terasa panas. "Enakkan disini, Ben."

"Ada-ada aja ya, Miss Perfect ini."

Setelah mengucapkan itu Bentang mengeluarkan tisu dari ransel hitamnya lalu berjongkok di depan Kinara. Dengan gerakkan lembut Bentang membingkai wajah Kinara, membersihkan keringat yang sejak tadi mengalir pada wajah cantik itu. Kinara auto membeku, bahkan nafasnya berhenti tiba-tiba.

"Ki, muka kamu merah banget!" Ucap Bentang panik.

"A-ah, iya panas soalnya."

Kinara dengan cepat mengipas-ngipas wajahnya dengan kedua tangan. Sedangkan Bentang terlihat sibuk mencari sesuatu dari dalam ranselnya.

"Ah ketemu!" Ucap Bentang mengeluarkan sebuah kipas angin mini berwarna merah muda.

"Nih, pake ini." Ia menyodorkan kipas itu pada Kinara.

INTUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang